Demon Beside Me

Hans dan Rosela sedang diskusi di dalam kamar mereka. Keduanya membicarakan ibu tiri Rosela yang bersikap sok tenang seolah tak terjadi apa-apa padahal ia sudah melakukan kejahatan besar. Hans yang punya kekuatan supranatural tahu betul kalau wanita siluman rubah itu sedang kalap di kamarnya karena telah gagal membunuh Rosela. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali. Tak seperti kedua orangtua Rosela yang dapat dihabisi dengan mudah.

“Jurang ajaaar! Huuuuuuaaah!” teriak si ibu tiri jahat dari dalam kamarnya. Ia memecahkan semua barang dan membuat berantakan seisi ruangan. Kenapa gadis itu masih hidup juga? Berapa kali aku harus membunuhnya!”

Ibu tiri Rosela sangat geram. Ia tidak habis pikir bagaimana cara Rosela selamat dari kematian. Kalau dipikir-pikir, selamatnya Rosela merupakan hal yang mustahil. Kecuali jika ada keajaiban dan si ibu tiri itu tidak tahu, apa hal ajaib itu.

Rosela memang gadis paling beruntung di dunia ini. Entah amala napa yang dilakukan Rosela sehingga gadis malang itu terpilih menjadi menantu dari keluarga fenomenal paling langka dan luar biasa di dunia.

Secara otomatis, Rosela mendapat perlindungan dari Hans. Menjadi bagian dari keluarga Refald artinya sama saja dengan terhindar dari marabahaya. Ia seolah memiliki 9 nyawa dan pasti akan sulit untuk dilenyapkan.

Kalau orang normal, pasti Rosela sudah tiada sejak lama. Tapi nyatanya ia masih hidup hingga sekarang berkat pernikahannya dengan Hans. Kendati demikian, bukan berarti Rosela sudah aman. Keberadaan Hans di sisi Rosela menjadi dasar kecurigaan tersendiri bagi Nyi lampir itu alias ibu tiri Rosela yang kini mulai sadar akan peran Hans untuk Rosela.

“Aku harus menyingkirkan si Hans itu bagaimanapun caranya. Pasti dia yang membuat Rosela selamat dari kematian. Orang itu memang aneh. Pernikahan mereka juga mencurigakan. Aku harus pisahkan mereka berdua, baru aku bisa menghabisi Rosela sekali lagi,” gumam ibu tiri Rosela di dalam kamarnya setelah puas membuat ruangannya berantakan bagai kapal pecah.

***

Sementara itu, di dalam kamar Hans tersenyum simpul karena ia bisa mendengar apa yang dikatakan ibu tiri Rosela. Rosela sendiri hanya bisa bertanya-tanya apa yang membuat suaminya tersenyum.

“Kau dengar sesuatu?” tanya gadis cantik itu.

“Ibu tirimu yang jahat mencoba memisahkan kita berdua. Kakak tirimu yang koplak itu mencoba mempermalukan kita. Wuah, kau benar-benar jadi obsesi hidup mereka. Untuk apa mereka buang waktu dan tenaga menyingkirkanmu dari muka bumi ini. Kalau mereka ingin uang berikan saja. Nanti kuganti 2 kali lipat. Aku mulai bosan dengan mereka. Sayangnya, kekuatanku tak memperbolehkan membunuh siapapun.”

Mendengar ucapan suaminya, Rosela juga baru sadar. Hingga detik ini ia sungguh tidak tahu apa yang menyebabkan keluarga tirinya sejahat itu padanya. Padahal seingatnya, Rosela dan keluarganya tak pernah sekalipun menyakiti hati orang lain apalagi sampai cari musuh. Entah alasan apa yang membuat wanita jahat itu sebegitu benci pada Rosela sampai-sampai mereka menginginkan kematiannya.

Namun, kalimat terakhir suaminya menarik perhatian Rosela. “Maksudmu … kau tak bisa membunuh orang?”

“Ehm, statusku adalah pangeran demit. Seorang pangeran punya pantangan yang tidak boleh dilanggar atau aku akan kehilangan kekuatanku.”

“Apa yang akan terjadi padamu kalau kau melanggar pantangan itu?” Rosela mulai kepo.

“Aku akan mati.”

“Hah?”

“Itu yang dikatakan kakek Refald, tapi kata kakek Po, aku hanya akan kehilangan kekuatan sementara. Dan rasanya sangat tidak enak sekali. Saat aku kehilangan kekuatanku, rasanya aku seperti orang yang sedang sekarat. Aku tidak tahu, mana diantara mereka yang benar. Intinya, aku tidak boleh melanggar pantangan.”

“Kau tidak perlu membahayakan nyawamu demi aku,” ucap Rosela sedih dan sedikit merasa bersalah pada Hans. “Aku juga tidak tahu kenapa keluarga tiriku membenciku dan orangtuaku. Selama aku hidup, keluargaku tidak pernah bermusuhan dengan siapapun. Ayahku adalah orang yang jujur dan baik hati. Selalu menolong orang lain walau ia sering ditusuk dari belakang oleh orang-orang terdekatnya atau yang pernah ditolongnya. Meski begitu, ayah tidak pernah dendam. Ia berpandangan bahwa apa yang ia alami merupakan proses alami sebuah kehidupan yang penuh dengan masalah. Pantas saja di dunia ini banyak sekali orang baik yang memilih jadi jahat karena lelah disakiti dan tersakiti.”

“Tapi tidak semua orang seperti itu. Kau tetap jadi baik walau keluarga tirimu jahat padamu.” Hans berkomentar.

Rosela berjalan ke arah jendela kamar. Ia sangat merindukan kedua orangtuanya yang kini telah tiada. Kalau sakit hati, Rosela benar-benar marah pada ibu tirinya yang tega membuatnya hidup sebatang kara di dunia ini dan mengalami penderitaan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Namun, ia tak berdaya untuk melawan kejahatan.

Keadaan jadi berbeda sejak kehadiran Hans disisinya. Berkali-kali pria tampan itu menyelamatkannya dari maut. Dan berkali-kali pula, Rosela masih memaafkan perbuatan ibu tirinya dan bersikap seolah tak pernah terjadi apa-apa. Jika hal itu masih saja belum cukup, artinya kebencian ibu tiri terhadap dirinya, sudah melebihi kapasitas.

“Kalau kau mau, aku bisa melenyapkan mereka semua tanpa meninggalkan jejak,” tawar Hans.

“Kau bilang kau tak boleh membunuh orang?”

“Kau pernah dengar istilah membunuh tanpa menyentuh?”

“Maksudmu santet? Apa kau sudah gila?”

“Tidak, aku masih waras.”

“Tidak, aku tidak setuju. Itu bukan ide yang bagus. Kalau aku membalas perbuatan ibu tiriku dengan Santet, apa bedanya aku dengan mereka yang jahat padaku? Aku memang ingin mereka semua merasakan apa yang kedua orangtuaku rasakan saat mereka menghadapi kematian. Tapi setelah kupikir-pikir, apa semudah itu mereka mati? Itu tidak adil, untukku, dan untuk kedua orangtuaku. Mereka harus menderita sampai mereka sendiri yang memilih mati daripada hidup.”

“Lalu kau ingin apa?”

“Mereka harus mendapatkan hukuman setimpal atas perbuatan mereka. Tapi aku tidak tahu, apa yang harus aku lakukan untuk membalas mereka. Sungguh aku tidak tahu. mereka terlalu jahat untukku.”

Hans tak bisa berkata-kata. Ia melihat punggung Rosela yang menatap sinar bulan purnama. Ia belum pernah bertemu dengan gadis seperti Rosela. Ia ingin balas dendam atas kematian kedua orangtuanya tapi ia tidak tahu bagaimana caranya. Kan lucu. Kalau orang jahat pasti sudah melakukan perbuatan jahat pula. Sayangnya, Rosela terlalu baik.

“Besok aku akan pergi ke Perusahaan Leopard. Kau mau ikut?” tawar Hans.

“Apa aku harus ikut?”

“Demi keselematanmu, kau harus ikut. Kau tidak boleh terpisah dariku atau sesuatu yang buruk bisa saja terjadi padamu.”

“Baiklah. Aku ikut, aku juga ingin tahu, sampai di mana kesombongan Damar dan Emma.” Rosela berbaring di sofa dan bersiap untuk tidur.

Hans diam saja melihat istrinya dan ia pura-pura tidur juga. Begitu Rosela pulas, Hans bangun dan menggendong Rosela lalu memindahnya di atas ranjang.

“Dendam tidak akan membuatmu bahagia. Tapi aku juga tak bisa memintamu untuk melupakan dendam itu karena rasa sakit yang kau rasakan memang terlalu dalam. Malang sekali nasibmu harus kehilangan ayah dan ibumu disaat kau membutuhkannya,” gumam Hans sambil menyelimuti tubuh Rosela yang tergolek letih.

Setelah itu Hans menghilang pergi ke suatu tempat di mana ia tiba di depan pintu utama sebuah rumah megah dan besar bak istana ala Chateau de Chambord. Yang membuat mansion ala kastil ini unik adalah, di depan tangga masuk rumah, terdapat dua macan Leopard yang duduk tenang di tempatnya seolah siap menerkam siapa saya yang menjadi ancaman penghuni mansion ini.

“Wuah, sejak kapan Paman Leopard memelihara Leopard,” gumam Hans saat ia tiba di rumah pamannya.

BERSAMBUNG

***

NB : Wuah, Leopard muncul nih, siapa yang kangen sama pasangan nggak ada akhlak Leo dan Shena angkat jari! Hehe …

Yang dua bab aku up jam 12 malam, tapi mungkin ketahan dan baru bisa dibaca besok. Jika lulus berarti suatu keajaiban.