Ini tentang Naomi si gadis cantik ber-hoodie merah yang dibenci ibu dan kakaknya karena dianggap sebagai penyebab kematian sang ayah.
Sejak bertemu dengan Yudistira hidupnya berubah. Tanpa sadar Naomi jatuh cinta dengan Yudistira. Pria yang selalu ada untuknya.
Namun sayangnya mereka dipisahkan oleh satu garis keyanikan. Terlebih lagi tiba-tiba Naomi divonis mengidap kanker leukimia.
Apakah semesta memberikan Naomi kesempatan untuk memperjuangkan cintanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gulla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Naomi turun dari motor Yudistira. Ia berjalan menghampiri Nakula, Arjuna dan Sadewa yang duduk di pinggir lapangan. Sedangkan Yudistira memarkirkan motor. Keningnya berkerut tidak menemukan Bima disana. Biasanya kelima saudara itu selalu bersama.
“Bima kemana kak?” Tanya Naomi.
“Oh itu dia lagi dihukum bunda.” Jawab Arjuna.
“Dihukum?” Naomi jadi penasaran hukuman apa yang diterima Bima. Kenapa hanya Bima saja yang dihukum dari kelima bersaudara itu? Ada sedikit rasa kasihan di hati Naomi. Mengingat dulu ia sering di hukum ibunya. Sedangkan sang kakak dimanja.
“Iya dihukum nyuci kaos kaki.” Sekarang Naomi mengerti maksud Nakula kenapa Bima tidak ada. Ia tertawa kecil membayangkan sosok Bima yang sedang mencuci kaos kaki.
“Anjir buka aib!” Tiba-tiba Bima berteriak dari belakang berjalan menghampiri Arjuna dan Nakula. Cowok itu langsung menyerang kedua saudaranya. Naomi tertawa melihatnya, andai saja ia punya saudara seperti Pandawa pasti hidupnya akan menyenangkan. Sayang saudara yang ia miliki adalah Cassandra. Orang yang egois dan hanya memikirkan kebahagiaannya sendiri.
“Ngapain lo kesini? Pulang sana nyuci.” usir Arjuna menatap kembarannya bosan.
“Bunda itu ada untuk dipatuhi.” Nakula mengunci leher Bima sedangkan Arjuna mengikat tangan Bima. Padahal awalnya Bima yang mau melawan mereka. Yang terjadi malah sebaliknya Bima yang tersakiti. Naomi tertawa melihatnya. Seru sekali kalau punya saudara seperti Pandawa. Harinya akan terasa lebih indah.
“Males banget nyuci sendiri. Bau lagi udah dua Minggu nggak di cuci,” Bima tadi kabur dan memberikan kaos kakinya pada asisten rumah tangga untuk dicuci. Bundanya pasti sedang mengomel di rumah meneriakinya. Sedangkan ayahnya hanya bisa menggelengkan kepala dengan sikap anak-anaknya.
“Naomi tolong bilang ke Nara. Dia mau di tembak pake pistol atau senapan?” Suara Sadewa membuat Naomi terkejut. Naomi menatap Sadewa ragu.
Jangan bilang kalau cowok itu sudah tahu dia adalah sahabat Nara. Naomi malu sekali rasanya. Apalagi mengingat tingkah konyol Nara pada Sadewa. Padahal yang melakukan itu Nara tapi dia yang merasa ingin tenggelam saat ini juga.
“Iya kak hehehe.” Jawab Naomi bingung. Ia jadi takut jika Sadewa akan benar-benar menembak Nara. Tamat sudah riwayat kamu Nara!
“Coklat kamu mana?”
Yudistira muncul tiba-tiba dengan wajah yang menyeramkan. Perasaan ia tidak membuat kesalahan kepada pria itu.
“Coklat?”
Darimana Yudistira tahu jika ia memiliki coklat. Coklat pmberian Leo tadi belum ia makan. Jadi ia menyimpannya di dalam tas untuk nanti di rumah. Karena Leo tidak mengizinkannya makan coklat itu bersama Nara. Padahal Naomi ingin sekali berbagi dengan sahabatnya itu.
“Berikan padaku coklatnya.” Naomi menurut, ia mengeluarkan coklat pemberian Leo lalu memberikannya pada Yudistira.
“Buat apa kak?”
Yudistira enggan menjawab pertanyaan Naomi. Ia malah menyerahkan coklat batangan yang lebih besar dari pemberian Leo. Naomi menatap coklat digenggamnya dengan bingung. Kenapa Yudistira menukar coklatnya dan memberikannya dengan yang baru?
“Makan yang ini saja.”
Yudistira berlalu berjalan ke arah adik-adiknya. Menyerahkan coklat pemberian Leo pada Pandawa. Hal itu membuat Naomi tambah bingung. Ada apa dengan Yudistira.Kenapa sikap cowok itu seolah-olah tidak mengizinkannya memakan coklat pemberian Leo?
“Ayo kita mulai latihan. Besok kita harus menang.”
***
Malam ini Naomi menyelesaikan cerpen yang harus ia kumpulkan pada gurunya untuk lomba. Ia beruntung dipinjami laptop oleh Yudistira. Sehingga ia tidak perlu ke warnet untuk menyelesaikan tugasnya.
Naomi menulis cerita pendek tentang anak kecil yang bernama Kinanti. Gadis kecil ini memiliki penyakit kelainan mental namun Kinanti sangat menyukai tembang-tembang Jawa. Khususnya tembang Kinanti. Kinanti memiliki kakak laki-laki bernama Dean.
Hari itu Kinanti bertanya pada kakaknya kenapa ia berbeda dari yang lain? Kenapa ia sering disebut idiot oleh orang-orang? Dean sebagai seorang kakak sedih mendengarnya, ia mengatakan jika Kinanti itu bukan idiot tapi spesial. Hanya Dean orang yang bisa membuat Kinanti bahagia. Hari itu Dean pergi bersama teman-temannya. Kinanti mau ikut tapi Dean melarangnya, karena ia malu jika teman-temannya akan menghinanya. Kinanti yang bersikeras ikut, ia mencoba mengejar Dean ke jalan. Hingga sebuah peristiwa memilukan terjadi Kinanti tertabrak truk hingga meninggal. Sejak saat itu Dean hidup dengan penuh penyesalan. Karena rasa malunya membuat
adiknya meninggal.
Naomi tanpa sadar menangis membaca kisah yang ia tulis. Ia sengaja mengambil cerita tentang keluarga khususnya tema kakak adik. Karena ingin mempunyai kakak yang sayang padanya. Selama ini ia hidup di keluarga yang tidak normal. Ia memimpikan memiliki kakak yang bisa menyayanginya.
Tes! Tes!
Bukan hanya tetes air mata yang jatuh. Naomi terkejut mendapati darah kembali keluar dari hidungnya. Ia bangkit berlari ke kamar mandi membersihkan darah yang mengalir. Ia membasuh wajahnya hingga bersih. Tubuh Naomi terasa kaku. Ada apa ini? Kenapa belakangan ini ia terus mimisan? Apakah penyakitnya yang dulu belum sembuh sepenuhnya?
Naomi melangkah menuju kamar. Mematikan laptop lalu membaringkan diri di kasur menatap
langit-langit kamar. Apa hidupnya sudah tidak akan lama lagi? Apa ini akhir dari hidupnya? Apa ia akan menyusul ayahnya secepat ini?
Tanpa sadar Naomi menangis merenungi nasibnya. Kenapa ia harus diberikan ujian seberat ini di usianya yang bahkan masih lima belas tahun? Andai saja ia tidak bertemu Yudistira pasti kehidupannya akan lebih mengenaskan. Rumah yang ia tinggali sekarang milik Yudistira, bahkan ponsel dan uangnya semuanya dari cowok baik itu.
Sejujurnya akhir-akhir ini Naomi memiliki perasaan pada Yudistira. Ia mulai menyukai cowok itu. Tapi ia takut jatuh terlalu dalam. Keyakinan mereka berbeda. Ia tidak ingin mengulang apa yang pernah terjadi pada ibu dan ayahnya dulu. Ayahnya beragama Konghucu sedangkan ibunya Islam. Mereka menikah beda agama di luar negeri tanpa restu dari keluarga. Karena tidak ada satupun kerabat yang mau mengakui ayah dan ibunya. Ia tidak ingin Yudistira
bernasib sama bahkan dibenci keluarganya sendiri hanya karena perasaannya. Naomi harus menahan rasa cintanya pada cowok itu. Walau ia
tahu itu sulit.
Naomi bangkit, ia berjalan menuju jendela kamar sambil membawa korek api. Seperti biasa ia menyalakan api tersebut. Baginya api adalah teman setianya yang selalu menemaninya disaat ia sedih. Dibawah langit berbintang Naomi menangis mencurahkan segala rasa sakitnya. Kemudian ia meniup api pada batang korek.
“Aku ingin bahagia.”
***