SUKSES SETELAH BERPISAH

   Demi mewujudkan keinginan suaminya yang saat ini belum pasti akan kembali pulang padanya,Bu Nani benar-benar bertekad untuk merubah kebiasaan buruknya,mulai dari membatasi pengeluarannya untuk shoping. Bahkan ketika Fadly meminta uang,Bu Nani dengan tegas menyuruh Fadly untuk mulai bekerja dan mandiri. Dan kali ini adalah terakhir kalinya Bu Nani memberikan uang pada putranya itu.

    "Bu,untuk sementara tolong sewakan dulu ART untuk aku dan Lia. Rumah kami sangat berantakan. Aku janji selama sebulan akan mencari kerja dan setelah gajian akulah yang membayar gaji ART." Penuh permohonan Fadly mencoba merayu ibunya agar mau mengabulkan keinginannya.

     "Ibu nggak mau Fad,lagian istrimu itu ngapain aja di rumah setelah pulang kantor? Bukannya beres-beres bersihin rumah,malah tidur-tiduran aja. Kalo mau,suruh istrimu yang bayar ART." raut wajah Bu Nani terlihat sangat kesal. Dirinya tak habis pikir dengan kelakuan menantunya saat ini. Hanya untuk menyewa ART sampai dirinya harus turun tangan dengan mengeluarkan uang. Sungguh dirinya tak habis pikir.

     "Ingat Fad,kamu sudah berumah tangga,jangan kayak anak kecil yang tiap hari minta uang sama orang tua. Mulai sekarang mandiri lah. Beritahu istri mu itu untuk mengurus rumah,kalo nggak mau,suruh dia sewa jasa ART saja." Setelah berkata,Bu Nani berlalu ke kamar meninggalkan putranya yang terdiam sambil tersenyum kecut.

    "Hufttt. Ibu dah nggak mau memberi uang seperti dulu lagi,mana pulang ke rumah

kepala ku pening menghadapi istri kayak Lia. Keras kepala,maunya dituruti saja terus." Gerutu Fadly sambil bergegas menuju mobilnya.

    Meskipun malas pulang ke rumah,namun tetap saja Fadly mengarahkan mobilnya menuju jalan pulang ke rumah. Saat ini dirinya tak lagi memiliki teman untuk diajak nongkrong. Semenjak kejadian perselingkuhannya bersama istri Andri terkuak,semua teman-temannya mulai menjauh. Mungkin semua teman-teman Fadly takut mengalami kejadian yang sama seperti yang dialami Andri jika masih berteman dengan Fadly.

    Kembali lagi rasa penyesalan menghampiri Fadly,andaikan saja dulu ia tak mengkhianati Kiara,mungkin saat ini dirinya masih hidup bahagia dengan wanita yang sangat perhatian dan tak banyak menuntutnya. Dan pastinya ia tak akan bertemu Lia dan menikahi wanita pemalas dan keras kepala itu. Membayangkannya saja sudah membuat Fadly sakit kepala. Padahal pernikahan mereka belum lama,namun dirinya sudah sangat muak pada tingkah laku sang isteri yang menurutnya seperti tak terdidik oleh orang tuanya.

    Tanpa terasa Fadly sudah tiba di rumah. Saking asik berperang dengan pikirannya tadi,perjalanan yang ia tempuh dari rumah orang tuanya tak terasa.

     "Dari mana aja kamu Mas ? Aku telponin dari tadi nggak di angkat." Omel Lia saat Fadly baru saja masuk ke dalam rumah.

     "Bisa nggak, nunggu aku duduk dulu baru bertanya ? Udah gitu pakai ngomel segala lagi." Akhirnya Fadly mulai tersulut emosinya.

    "Ya pantaslah aku marah,kamunya bikin kesal,ditelpon berkali-kali tapi nggak diangkat. Dari mana kamu ?" Lia tak mau kalah,masih terus marah-marah di hadapan sang suami.

    "Aku dari rumah ibu! Dan lagi membicarakan hal penting bersama ayah dan ibu sehingga tadi hp aku silent.Puas!?" Ucap Fadly dengan penuh amarah. Wajahnya kini terlihat memerah,membuat Lia sedikit takut dan terdiam. Fadly memang lupa jika sejak tadi mensilent hp nya karena tak ingin ada yang mengganggunya saat menyetir.

    "kalo memang seperti itu,kenapa kamu nggak bilang aku dulu Fad,biar nggak kepikiran macam-macam aku." Ucap Lia membela diri.

"Terserah kamu mau bilang apa,aku mau istirahat,capek." Dengan langkah panjang Fadly segera menuju kamar meninggalkan istrinya yang masih tampak sangat kesal.

Jika dibandingkan istrinya,dirinya saat ini lebih kesal. Dulu saat bersama Kiara ketika pulang ke rumah,tak pernah sekalipun disambut dengan kemarahan. Saat ini dirinya benar-benar tak perduli lagi dengan perasaan Lia. Ia sudah tak mau tau lagi dengan wanita yang bersifat kekanakan tersebut.

Saat pintu kamar di buka,kembali lagi mata Fadly disuguhkan pemandangan isi kamar yang sangat berantakan. Kapas pembersih wajah yang telah digunakan dan ada bekas lipstik bertebaran di mana-mana. Seprai dan bantal di tempat tidur sudah tak karuan letaknya.

"wanita itu,entah apa yang ada dipikirannya. Sangat jorok dan tak teratur!" Umpat Fadly dan bergegas membaringkan tubuhnya yang sangat lelah di ranjang. Tak dipedulikannya lagi keadaan kamar yang berantakan. Hal paling penting yang saat ini ia pikirkan adalah segera beristirahat.

Tak lama Lia pun menyusul masuk ke kamar dan mendapati suaminya itu sudah tertidur.

"Dasar! Kerjanya cuma jadi tukang tidur. Aku pikir selama ini ia sudah mulai menjalankan bisnis orang tuanya. Ini malah pengangguran. Cuma buat nyewa ART saja dia nggak mampu." Cibir Lia pada suaminya yang sedang tertidur itu. Meskipun ia tau,Fadly tak akan mendengarnya,asalkan amarahnya tersalurkan.

Tak ingin ambil pusing dengan keadaan suaminya,Lia berniat ingin pergi ke kafe sekedar bersantai untuk melepaskan penat.

Baru saja ingin membuka pintu rumah,ia dikejutkan dengan kedatangan ibu mertua.