(Identitas Tersembunyi) Inarah yang biasa di sapa Nara sudah dari dulu tak mengikuti jejak sang kakak dan sang adik yang masuk pondok pesantren, Nara memilih sekolah di SMA milik sang kakek.
Tak ada yang tau bahwa Nara adalah cucu dari pemilik SMA karena Nara memang tak menyombongkan diri, bahkan Nara yang penampilannya seperti anak pesantren justru menjadi hinaan oleh teman-teman sekolahnya dan jadi korban bullying.
Tapi itu hanya sesaat, ketika Nara sudah lelah berpura-pura menjadi lemah kini taring yang selama ini di sembunyikannya pun keluar juga bahkan membuat para bullying jadi ketakutan.
Ikuti ceritanya Nara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
"Ya sudah, kalian silahkan kembali ke kelas semua dan siap-siap lanjut ulangan kedua" titah Pak Rio
Krok..... Krok....
"Aduh pak bisa gak izinkan kami makan terlebih dahulu, kami gak akan bisa konsentrasi jawaban soal ulangan kalau perut laper" kata Erika memelas pasalnya perutnya berbunyi
"Iya, Pak. Waktu istirahat kami habis sia-sia hanya karena kesalahpahaman ini" kata Adi berlenggak-lenggok karena cacing di perutnya meronta-ronta minta di isi
"Baiklah, Bapak kasih waktu 30 menit untuk kalian makan" kata Pak Rio
Nara dan teman-temannya pun keluar dari ruang guru, bersyukur mereka semua membawa bekal jadi tak perlu ke kantin yang akan menghabiskan waktu untuk mengantri apalagi waktu mereka di beri hanya 30 menit.
Nara melihat ke arah Putri yang tampak kelelahan, Putri berbaring di tempat duduk yang ada di koridor. Putri juga sesekali mengelus perutnya, membuat Nara mengerutkan keningnya.
Pasalnya Nara juga merasa perubahan Putri yang jadi aneh, semua orang mengira Putri hilang waktu itu karena di sembunyikan makhluk halus, Nara yang mendengar cerita teman-temannya waktu itu tentu bingung.
Soalnya setau Nara kalau seseorang yang di sembunyikan oleh makhluk halus, orang itu tak akan mudah keluar dari dunia gaib jika sudah masuk, apalagi kalau sudah makan makanan mereka.
Jika pun kembali terkadang hanya tubuhnya saja, sedangkan arwahnya sudah ikut makhluk halus. Nara menggeleng cepat, Nara sangat yakin bahwa Putri sebenarnya tidak di sembunyikan oleh makhluk halus.
Soalnya saat ini Putri terlihat baik-baik saja, tak ada yang terjadi padanya. Hanya saja Putri terlihat sering mengeluh sakit perut, mual saat mencium aroma sesuatu dan makan dalam porsi banyak.
Nara melihatnya biasa saja, tapi teman-teman satu kelas merinding melihat perubahan Putri. Nara yang tadi melamun panjang mengenai keadaan Putri, tersadar ketika mendengar Adi menggerutu.
"Uhhh, bikin mood gue hilang aja" rutuk Adi sembari duduk seperti perempuan
"Sama, Di. Gak tau apa-apa malah kena tuduh" sahut Beni
"Udahlah, mending habisin makanan kita. Setelah ini kita baca rangkuman lagi" kata Erika lalu secepatnya menghabiskan makanannya
Sesuai kata Erika tadi, selesai makan Nara dan teman-temannya kembali membaca rangkuman milik masing-masing, Adi sesekali bertanya pada Nara dan Beni yang memang ternyata pintar di kelas.
"Put, loe gak ke kantin?" tanya Dinda yang habis dari kantin
"Loe gak lihat, gue lagi kecapean gini. Loe kira gak ngantri memangnya?" sahut Putri kesal
"Wehh, santai gue cuma nanya aja kali" kata Dinda lalu duduk samping Putri
Ulangan mata pelajaran kedua pun di mulai, Nara tersenyum dan dalam hati bersyukur karena lagi-lagi di mudahkan untuk menjawab soal ulangan, jika mengerjakan segala sesuatu dengan tenang tentu akan bisa.
"Hah...." keluh Raden
"Kenapa, Raden. Soal ulangan sangat mudah ya?" tanya Bu Fatimah sebagai pengawas kali ini
"Sangat mudah, Bu. Apalagi kalau Ibu duduk di samping saya" kata Raden sembari menatap ke arah Bu Fatimah
Bu Fatimah langsung menatap tajam ke arah Raden, membuat Raden cengar-cengir karena telah berbuat tidak sopan dengan guru perempuan itu, beranggapan seolah seperti teman saja.
Erika beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan maju ke meja pengawas mengumpulkan kertas ulangannya, hanya selang berapa detik Beni juga mengumpulkan kertas ulangannya.
"Sudah di periksa?" tanya Bu Fatimah
"Udah, Bu" jawab Erika lalu keluar dari ruang ujiannya
"Raden gak usah toleh-toleh, mau Ibu ambil kertas ulangan kamu?" kata Bu Fatimah sembari beranjak dan menghampiri tempat duduk Raden
Raden menundukkan wajahnya tapi masih cengar-cengir, Bu Fatimah tentu kesal melihat anak muridnya tampak tak menghargainya, bahkan Bu Fatimah juga menegur Dinda dan Putri agar pindah tempat duduk.
Karena dari tadi Bu Fatimah juga memperhatikan Dinda dan Putri yang berbisik-bisik, terlihat Bu Fatimah menghela napas panjang dan menghembuskannya kasar, Bu Fatimah juga geleng-geleng.
"Kebiasaan banget mau saling contek, besok ulangan di ruang guru saja di depan guru-guru sekalian" kata Bu Fatimah dengan tegas
"Nara, loe diem aja dari tadi. Loe pasti gak bisa kan, makanya jangan sok-sokan kayak tadi" kata Putri tiba-tiba menegur Nara
Membuat Nara mengerutkan keningnya, pasalnya Nara diam karena begitu serius mengerjakan soal ulangan. Apalagi ini ulangan mata pelajaran Matematika, tentu harus hati-hati dan teliti.
"Putri" panggil Bu Fatimah
"Iya Bu, Iya" sahut Putri jengkel
"Kenapa dari tadi tiap Ibu mendekati kamu tutup hidung terus? Apa ibu bau?" tanya Bu Fatimah mendengus tubuhnya ke kanan ke kiri lalu terkekeh, membuat sebagian anak muridnya yang masih di dalam ruang ujian juga terkekeh
"Hehehe, gak kok Bu. Saya cuma gak suka sama bau parfum yang Ibu pakai, bawaannya jadi mual. Maaf ya Bu, kayaknya asam lambung saya kambuh lagi" kata Putri ramah
"Kamu pasti sering telat makan, jadi kalo mencium aroma yang menyengat bawaannya mual" kata Bu Fatimah lalu menjauhkan diri
Nara kembali meneliti jawabannya yang ada di kertas ulangannya sebelum di kumpulkan, setelah yakin Nara beranjak dari tempat duduknya membawa kertas ulangannya ke depan dan memberikan pada Bu Fatimah.
Baru saja sampai di ambang pintu, Beni tiba-tiba menghampiri Nara. Tapi dari kejauhan Erika berlari kencang dengan napas tersengal-sengal, membuat Nara dan Beni keheranan melihat Erika.
"Guys, ada penampakan di kamar mandi" kata Erika sembari mengatur napasnya
"Penampakan apaan sih, Er?" tanya Nara dan Beni
"Jin ya, Er. Ihh, jadi benar donk berita yang beredar kalo sekolah kita horor" kata Adi dengan gaya kemayunya
Nara menatap Adi dengan tajam, karena tak terima sekolah milik sang kakek di anggap horor. Padahal rumor itu sudah di klarifikasi oleh sang kakek, bahkan mereka juga sudah membaca doa bersama sebelum ulangan.
Agar di jauhi gangguan makhluk halus dan ulangan semester satu ini berjalan dengan baik serta lancar, Adi pun nyengir dan minta maaf pada Nara karena telah asal dalam bicara barusan.
"Bukan jin, aduh susah jelasinnya. Mending kalian lihat sendiri, biar gak penasaran" kata Erika
Beni dan Adi yang penasaran bergegas ke kamar mandi, di susul dengan Bu Fatimah yang ternyata mendengar perkataan Erika tadi, tentu juga penasaran penampakan apa yang di lihat Erika di kamar mandi.
Tak lama kemudian Beni dan Adi kembali menghampiri Nara dan Erika, sedangkan dari kejauhan Bu Fatimah mengiring murid laki-laki dan murid perempuan dengan tangan menjewer telinga keduanya.
"Ada apa sih, Ben?" tanya Nara jadi penasaran juga
kalau di dunia nyata ya langsung sdh ambil tindakan berurusan dgn pihak yang berwajib.