TAMAT 29 Desember.
Jangan tuntut aku untuk sempurna, karena tak ada satupun di dunia ini manusia yang bisa sempurna! Termasuk aku!
Mungkin aku gila, aku wanita tergila yang pernah ada. Di masa lalu, aku menyewa lelaki yang kucintai hanya untuk kesenangan sekerjap mata.
Dan jika kemarin aku bodoh, hari ini aku lebih bodoh lagi... Entah, kapan aku pintar dalam hal memilih pasangan hidup...
Aku, Flory Alexa Miller yang tengah dalam dilema besar. Sebuah hubungan yang aku paksakan utuh, rupanya tidak baik-baik saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TIGA DUA
"Flo minta maaf, Hyun." Lelaki tampan itu menundukkan kepalanya. Ini sudah ke sekian kalinya Flory menolaknya.
Flory yakin keputusannya menikah dengan Hyun salah. Hyun sendiri pasrah ketika pada akhirnya Flory mengembalikan cincinnya.
"Aku kacau, aku nggak mau lebih kacau lagi dengan menikahi mu." Flory tertawa di sela tangisnya. Dia ini gila, dia ini sakit jiwa, dia terganggu kesehatan mentalnya.
"Maaf."
"Aku menyayangimu."
Hyun menepuk kepala wanita itu, lalu pergi ngeluyur begitu saja. Dia tulus, tapi hati tak bisa dipaksakan, lihat, dia sendiri takkan pernah bisa gantikan Elang yang begitu baik.
Baik dalam hal kesabaran, dalam hal sayang pada Maurin, dan dalam hal ikhlas. Pria itu bahkan rela mundur setelah Flory berkata bahwa Flory masih mencintai Liam.
Kekurangan Elang hanya satu, selingkuh. Dan ketika perselingkuhan itu bisa mendapatkan maaf dari Flory, bahkan Liam takkan pantas kembali, cinta Elang luar biasa pada Maurin.
Bagi wanita, asal bisa menaklukkan hati anak kandungnya. Maka biasanya, wanita itu akan rela memberikan segalanya.
Hari berganti, Flory mendapat perlindungan dari keluarga Alex, juga keluarga Liam yang sudah sepakat untuk saling menjaga Maurin.
Dengar-dengar, sudah satu Minggu Billy masuk Rumah Sakit Jiwa. Dan Liam masih sering berbolak balik ke sana untuk tanggung jawabnya sebagai seorang teman.
Satu bulan kini terasa cepat. Baru kemarin sidang pertama digelar, dan besok jadwal sidang lanjutan Flory dan Elang kembali di langsungkan.
Seperti biasa, hari ini masih hari yang normal bagi Flory, tepatnya di jam makan siang wanita itu izin dari kantor demi mendatangi sekolah Maurin.
Tujuannya satu, Flory ingin lebih intens menjaga putri kesayangan yang dianggap kurang kasih sayang darinya. Akhir akhir ini Flory melihat wajah Maurin jadi lebih cerah, dan itu terjadi karena dia mulai perhatian.
Dulu, dia hanya berikan sebagian waktunya hanya untuk bekerja. Sementara Elang yang atur seluruh kegiatan Maurin.
Dari yang les bahasa, renang, balet, dan kegiatan lain yang bahkan Flory sendiri tak tahu apa rentetannya. Sekarang, dia mulai bagi waktu untuk menggantikan peran Elang.
"Sayang..."
Setelah memeluk gadis berseragam putih pink itu. Flory menggandeng tangan putrinya lalu menaikan gadis itu ke jok penumpang bagian depan.
"Waw, coklat dari siapa tuh?" Flory bertanya sambil tersenyum. Putrinya menggenggam cokelat mahal di tangannya sambil menerima belitan sabuk pengaman darinya.
"Papap." Kemudian, gadis itu meletakkan coklat miliknya di atas pangkuannya.
"Dia ke sini?" Flory tak pernah lagi bertemu dengan Liam. Semenjak kejadian Billy, pria itu tak lagi menghubungi dirinya.
Sepertinya Liam serius untuk menikah dengan Billy dan membiarkan dia tenang tanpa gangguan laki-laki. Atau, memang sejatinya Liam tak pernah serius dengannya.
"Em em," angguk Maurin. Flory lalu menutup pintu dan berlari memutar untuk masuk ke kursi kemudinya.
Di belakang, ada dua mobil yang mengawasi mereka. Jelas itu orang- orang Liam dan orang- orang milik Alex yang mulai perketat pengamanan Maurin dan Flory.
"Kenapa nggak dimakan?" Flory melirik sekilas untuk tahu, putrinya hanya menatap coklat yang Liam berikan dengan seksama.
"Kalau mau dimakan. Nggak apa-apa."
Maurin menggeleng. "Kemalin udah makan banyak kok Maulin. Jadinya Maulin balu boleh makan lagi nanti. Dua hali lagi."
Flory mengerutkan keningnya, putrinya ini bukan anak biologis Elang. Tapi lihat, sikap anak itu bahkan tak mirip dengan Liam.
"Papi Elang bilang cukup mengonsumsi satu potong cokelat dengan kandungan lima glam gula saja setiap halinya loh. Jadi nggak bikin efek samping," jelas Maurin.
"Oh, Ok," tawa Flory. Dia melihat putrinya cukup pandai bicara. Di depan lampu merah, Flory mengambil coklat di pangkuan Maurin.
"Jadi mau kita simpan dulu?" tawarnya. Flory tak tega juga melihat putrinya terus menatapi coklat itu, tapi jika mengingat Maurin tidak boleh makan sembarangan Flory setuju.
Flory simpan cokelat mahal pemberian Liam ke dalam pendingin minuman. Kemudian melirik ponsel Maurin yang sudah berubah.
"Upz, ciye, wallpaper hape Maurin udah ganti niyeee?" tegurnya. Sebelumnya Elang, dan sekarang pun Elang, hanya beda foto saja.
"Iya!" antusias Maurin.
"Papi datang?"
"Always!"
"Oya, kemarin datang juga?"
"Always!"
Flory bahkan tak tahu, Elang masih sering menemui putrinya. Besok sidang kedua, tapi Elang tak lagi ada bicara apa pun semenjak dia mengungkapkan bahwa dia masih mencintai Liam.
Biasanya, setiap malam Elang menelepon, dan ingin bicara dengannya. Tapi, sejak saat itu Elang seperti mundur teratur.
Lima tahun bukan waktu yang sebentar untuk sebuah pernikahan. Flory masih ingat bagai mana cara Elang berjuang menyembuhkan luka hatinya.
Satu tahun dia tak mau bicara dengan Maurin, dia bahkan tak mau menyusui anak itu karena sakit hatinya pada Liam. Dan setiap harinya, Elang yang membujuknya untuk memompa air susunya.
Kemudian dengan jahatnya, dia bilang pada Elang jika selama ini dia mencintai Liam. Apa sih yang kurang dari Elang?
Sebelum Elang selingkuh, dia tak pernah mau menatap pria itu. Lalu setelah selingkuh, dia langsung menguntit seperti istri sewajarnya.
Rasanya, Flory tak ingin berpisah jika begini, tapi dia tak mau menyandera Elang lagi. Biar saja Elang dapatkan wanita yang sesuai.
➿➿➿➿
^^^➿➿➿➿^^^
Pagi yang cerah, siang yang terik, tapi suasana di pengadilan agama selalu sedu sedan bagi pasangan yang akan berpisah.
Flory didampingi kuasa hukum, asisten, juga keluarganya. Sementara di sisi lain, Elang datang seorang diri, bahkan tanpa satupun kuasa hukum lagi.
"Lang..."
Keduanya berdiri di depan pintu masuk ruang sidang. Elang tersenyum kecil, mata lelaki itu berkantung seperti kurang tidur.
"Untuk yang terakhir kalinya. Boleh aku peluk kamu sebagai suami mu?" ucap Elang yang tiba-tiba membuat bulu kuduk Flory berdiri.
Flory tak punya alasan untuk tidak memeluk suaminya. Bahkan sangat erat saat dia jatuhkan pelukannya.
"Aku tidak akan ajukan banding, akan aku permudah semuanya." Elang mempererat pelukannya. "Aku mencintaimu," ucapnya.
Di dada bidang itu Flory tertawa dan menangis secara bersamaan. Antara rela dan tidak rela dia melepaskan, jika mudah lepas dari Elang, dia takkan pernah melabrak Chintya dan mengamuk di tempat umum.
"Jangan bohongi perasaan mu terus." Elang berbisik kata itu sebelum melerai pertautan tubuh mereka. "Hari ini juga, aku bersedia bacakan ikrar talak untuk mu."
Sontak, Flory terisak dengan kucuran air matanya, dan Elang masuk lebih dulu untuk duduk di kursi yang disiapkan pengadilan.
cwo tu y klo da kmauan mampu mengalahkan dunia🤣
tp tp tp sekalinya pth hti mampu jggg meluntuhkan dunianya🤭😆🤣
HALALIN dulu baaaang
Wis bingung pala emak mau bela yg mana🤕😅🙏🏻
tp si Chintya siulat ubur2 yg emang KY wc umum mungkin
sorry kak Pasha aku teringat anak glory trus jadinya 😵😥