Hidupku bahagia, meski harus tinggal di rumah sederhana. Apalagi ada dua anak kembar yang tampan mempesona, meski aku tak tahu siapa bapaknya. Aku hanya ingat ada tato kepala naga di tengkuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dinner
Seorang wanita setengah baya mendekat dengan wajah kesal. Wajahnya masih ada guratan kecantikan melekat.
"Jadi wanita ini yang membuat klinik tak menerima pelanggan yang lain," katanya kesal.
"Sok kaya sekali kamu, pakai reservasi semuanya," oloknya.
Helena tertegun.
Masih kuat melekat dalam ingatannya. Siapa wanita yang berdiri di depannya ini.
Wanita yang tega meninggalkan ayah dan dirinya sewaktu masih kecil.
"Maaf nyonya, saya lah yang seharusnya minta maaf," dokter pemilik klinik itu pun mendekat.
Mencoba melerai suasana panas yang terjadi.
"Emang siapa dia?" telisiknya dengan ketus.
Dokter cantik itupun membisikkan sesuatu karena merasa tak enak dengannya.
Helena melenggang pergi.
Tak ada keinginan sedikitpun untuk menyapa wanita yang berjasa membawanya ke dunia penuh tipu daya ini.
"Heh tunggu!" serunya seraya mengejar Helena yang akan masuk sebuah mobil mewah.
Wanita itu menatap tajam Helena.
Helena pun menatap balik.
"Cuihhh, harusnya anakku lah yang pantas untuk tuan muda Hayden," katanya meremehkan Helena
Helena tersenyum elegan. Jadi wanita ini sudah tahu jika dirinya dekat dengan Hayden berkat bisikan dokter tadi.
"Sudah selesai nyonya. Maaf tuan Hayden sudah menungguku," kata Helena tegas. Padahal mau ditunggu Hayden atau nggak, Helena tak perduli. Hanya untuk basa basi agar wanita yang tak pantas disebutnya ibu itu menyingkir dari hadapannya.
"Jangan sok. Aku tahu siapa Hayden. Pria muda yang haus akan pesona wanita cantik. Tunggu saja, bentar lagi lo akan ditendang juga," ejeknya dengan sinis.
"Makasih nyonya. Dekat dengan tuan Hayden saja sudah membanggakan, apalagi menjadi istrinya," bisik Helena dengan senyum paling manis.
"Jangan ngaco kamu," oloknya kemudian setelah tertegun sesaat. Sepertinya wanita itu kaget Helena menyebut kata istri.
"Apa anda syok?" kata Helena dengan mimik pura-pura kuatir.
"Ha... Ha... Ha... Hayalanmu terlalu tinggi Nona. Mengharap menjadi istri Hayden Frederick Sampson. It's impossible," serunya seraya terbahak.
Sebuah sedan mewah, tepat berhenti di dekat mereka.
Seorang laki-laki gagah nan tampan mendekat. Helena saja sampai melongo melihat sang suami yang melangkah ke arahnya.
"Sudah selesai sayang?" tanyanya dengan mesra ke Helena.
"Hhhmmm," gumam Helena.
Wanita setengah baya itu hanya bisa mematung melihat siapa yang datang.
"Kita pergi" ajak Hayden.
Helena pun menggamit lengan Hayden dengan mesra, dan masuk ke mobil yang sama.
Hayden tak menyapa wanita yang berdiri mematung di dekat Helena.
Mobil itu meluncur cepat meninggalkan wanita setengah baya yang belum juga berpindah posisi.
Beberapa kali dia menepuk-nepuk pipinya berharap apa yang dilihat hanya mimpi.
"Claraaaaaaaa....," teriaknya memanggil seseorang.
Bahkan wanita itu tak malu menghentakkan kaki untuk memanggil sang putri.
Terlalu kecewa, karena Hayden yang digadang-gadang akan menjadi menantunya malah menggandeng wanita lain di depannya.
"Apaan sih Mah, baru mau masuk? Bosan nih sudah menunggu sedari tadi. Ngapain juga mama di situ? Mau menjadi penjaga pintu?" oceh Clara.
"Siapa wanita yang bersama Hayden tadi?" tatap mama.
"Yaelah, mana aku tahu Mah. Banyak sekali teman wanitanya. Tapi nggak papa sih, yang penting endingnya nanti dia jadi suamiku," sambung Clara terkekeh.
Wanita yang dipanggil mama itu menyentil kening Clara.
"Bangun dari mimpi lo. Kalau mau menjadikan Hayden suami kamu, usaha dong," ucap mama.
"Jangan mau dikalahin sama cewek barusan," imbuh mama.
"Ngomong-ngomong, baru kali ini mama lihat Hayden sebegitu perhatiannya kepada seorang wanita," gumam mama.
"Issshhh, mama jangan matahin semangat aku dong," Clara pergi dengan menghentakkan kaki.
Wanita itu pun mengikuti langkah Clara putri sambungnya itu, "Kenapa wajah wanita yang bersama Hayden berasa tak asing ya?" gumamnya pelan.
"Ah, nggak mungkin. Pasti dia berada di kolong jembatan sekarang,"
.
"Kenapa diam? Memikirkan wanita tadi?" telisik Hayden.
"Enggak," jawab Helena singkat.
Helena beberapa kali menghela nafas.
"Kita mau kemana?" Helena berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Aku tahu dia lah yang melahirkanmu," seru Hayden membuat Helena menatap sang suami yang duduk di sampingnya.
"Aku sudah tahu jauh sebelum kamu menjadi istriku," bilang Hayden.
"Bagaimana bisa?" heran dengan sikap Hayden barusan.
"Karena aku Hayden, penerus keluarga Sampson," ucapnya bangga.
Helena mencebik akan kepongahan Hayden barusan.
"Sudah siap belum?"
"Siap untuk apa?" tukas Helena.
"Siap untuk menerima hukuman dariku," tandas Hayden.
"Hukuman? Emang aku buat salah?" Helena merasa seminggu belakangan selama Hayden pergi tak berbuat aneh-aneh.
"Hhhmmmm, banyak," Hayden yang biasanya irit kata, entah kenapa sejak dekat dengan wanita ini rasanya ingin nggodain terus.
"Nih," Hayden menyodorkan sebuah map.
"Apa ini? Jangan bilang ya kalau aku musti menandatangani perjanjian seperti yang di novel-novel itu. Nggak ada nikah kontrak. Bagiku pernikahan itu sakral dan sekali seumur hidup," kata Helena dengan tegas.
Parto yang ada di belakang kemudi tersenyum simpul, baru wanita ini yang berani sama tuan muda. Batin Parto.
Berkas yang sudah dipegang Helena kembali diserahkan ke Hayden.
"Buka dulu!" suruh Hayden tanpa menerima setumpuk kertas yang dikembalikan Helena.
"Ogah" Helena menyilangkan kedua lengan di dada.
Maka Hayden lah yang akhirnya membukakan untuk Helena.
Momen langka bagi Parto. Tuan muda nya bagai kerbau dicucuk hidungnya, Hayden menurut membuka berkas-berkas untuk bisa dilihat Helena.
"Apa ini?" Helena merebut selembar kertas yang paling atas.
"Bukannya ini akta kelahiran Zayn?" tapi sekarang ada bubuhan nama Hayden Frederick Sampson sebagai bapak kandung.
Helena kembali mengambil lembar kedua. Dan itu kepunyaan Zayden.
"Apa ini valid?"
"Cek aja ke dinas terkait. Kalau palsu, maka Parto akan menanggung semua akibatnya," ucap Hayden karena melihat Parto yang sedari tadi menertawakannya.
"Ampun tuan muda," balas Parto dari depan.
"Lo meledek gue kan sedari tadi?"
"Ampun tuan. Mana mungkin aku berani," kata Parto kembali fokus dengan jalanan di depan.
Sementara Helena Rose fokus dengan berkas yang dipegangnya.
"Percaya?" tanya Hayden mempertegas. Hanya anggukan Helena yang didapat.
Mobil belok ke sebuah resto mewah.
"Tuan, room vip dua tiga," kata Parto.
"Oke,"
Hayden membukakan pintu untuk Helena.
"Sejak kapan jadi romantis?" gumam Helena.
"Semua tidak gratis wahai nyonya Sampson," ucap Hayden dengan posisi tangan siap digandeng oleh Helena.
Helena mencebik.
"Setelah makan malam, siap-siap saja menerima hukumanmu," bisik Hayden di telinga sang istri.
Bagi orang lain yang melihat mereka berdua adalah pasangan teromantis malam ini.
Tapi itu semua hanya ilusi bagi Helena. Karena sedari masuk mobil sampai saat ini, hanya ancaman demi ancaman yang didengar dari mulut Hayden.
Helena ternganga melihat semua yang nampak di depan mata.
"Usap tuh iler kamu," kata Hayden.
"Tuh kan buat badmood aja," Helena masuk dengan menghentakkan kaki. Sebal sekali rasanya.
Hayden mengurai senyum, puas menggoda sang istri.
Harapan dinner romantis hanya sebatas angan, nyatanya mereka tetap seperti Tom and Jerry saat di meja makan.
Au ah gelap... Author melipir menjauh aja.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Makan bakso belum lengkap tanpa sambal, sambal sebagai pelengkap saos kecap #Kasih like komen vote biar karya terkenal, dan smoga author rajin up
🤗
lanjut thor...
jngn berharap terlalu tinggi bu..klo jatuh nti sakitnya ga ada obat..hahaha
ingin bls pantun tapi ga bisa thor.../Grin/
bisa nya kasih semangat untuk mu thor...
lanjuuut...