Seorang pemuda tanpa sengaja jiwanya berpindah ke tubuh seorang remaja di dunia lain. Dunia dimana yang kuat akan dihormati dan yang lemah menjadi santapan. Dimana aku? Itulah kata pertama yang diucapkannya ketika tiba di dunia yang tidak dikenalnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mdlz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketiga Puluh Dua
Setelah hening sejenak, Jenderal Gerbang Timur berkata, “Pemuda itu tidak sesederhana kelihatanya.”
“Paman Bayu benar,” sahut Acha, lantas memperjelas, “Kemarin petang, dia berada pada tahap Transformasi tingkat Keempat. Namun malamnya, dia sudah berada di tingkat Keenam.”
“Ketika kami bertanya padanya, apakah Paman tahu jawabannya?” imbuh Acha hampir tanpa jeda, lalu berkata, “dengan santainya dia menjawab, Ah, tidak sengaja menerobos.”
Menatap Jenderal Gerbang Timur, Acha bertanya dengan ekspresi serius, “Paman Bayu, memangnya ada menerobos dengan tidak sengaja?”
Mendapati lelaki tua Nagata dan Iyon Lala mengangguk mengamini, Jenderal Bayu tidak terkejut, dia justru bertanya, “Apakah kalian tahu Kultivasinya sekarang?”
“Tahap Transformasi tingkat Keenam!” sahut Acha seketika.
Melihat tatapan sang Jenderal Gerbang Timur, lelaki tua Nagata dan Iyon Lala kembali mengangguk, tanda konfirmasi atas jawaban yang sudah di ucapkan oleh Acha.
Menatap lelaki tua Nagata. Jenderal Gerbang Timur berkata, “Tetua Nagata, apakah Tetua yakin pemuda itu berada di Tahap Transformasi tingkat Keenam, seperti yang disebutkan Oleh Acha?”
“Aku yakin, Jenderal. Ada apa?” sahut lelaki tua Nagata dengan cepat. Namun pikirannya penuh dengan pertanyaan saat ini, terlebih ekspresi sang jenderal Bayu cukup serius ketika bertanya.
Dengan nada kagum, Jenderal Gerbang Timur itu berkata, “Pemuda yang luar biasa! Anak Muda itu berada pada Tahap Penyempurnaan Qi tingkat Kedua.”
“Apa!” sergah serempak semua orang, benar-benar terkejut dengan perkataan yang di ucapkan oleh Jenderal Gerbang Timur.
Kecuali Acha, semua orang bertanya serempak seketika tanpa di komandoi, “Bagaimana bisa?”
“Inilah mengapa aku menyebutnya luar biasa. Anak Muda itu mampu menyembunyikan napas kultivasi, bahkan hingga lima tingkat,” kata Jenderal Gerbang Timur.
Mengedarkan pandanganya ke semua orang, Jenderal Gerbang Timur menambahkan, “Kita semua mengetahuinya dengan pasti, bahwa orang yang bisa menyembunyikan napas kultivasi, minimal harus berada pada Tahap Kaisar Alam. Itu pun hanya tiga tingkat, tidak lebih.”
“Jika aku tidak berada pada Tahap Kaisar Alam tingkat Tinggi, mungkin aku juga akan tertipu olehnya,” lanjut Jenderal Gerbang Timur.
Wanita dewasa yang sedari awal diam di sebelah Acha, berseru takjub saat ini, “Benar-benar seorang jenius! Dengan tingkat energi alam yang tipis di Daratan Elanor, terlebih dengan sedikitnya sumber daya di Kota ini, rasanya sangat sulit untuk percaya.”
Penasaran dengan pertanyaan yang bergumul di benaknya, lelaki tua Nagata bertanya, “Jenderal, yang membuatku heran sekaligus bingung, pemuda ini dapat mengetahui tingkat Kultivasiku dan Iyon.”
“Ketika kami bertanya tentang bagaimana dia mengetahuinya, dia mengatakan bahwa itu semua dari napas kami,” sambung Iyon Lala tanpa jeda.
Jenderal Gerbang Timur dan Wanita dewasa itu tertegun lama, tidak tahu harus berkomentar apa. Tidak ada penjelasan apa pun yang dapat menanggapi pertanyaan lelaki tua Nagata dan Iyon Lala, karena Author pun tidak memberikan jawabanya.
***
Kediaman Keluarga Nugraha
“Hasyim! Hasyim! Hasyim!” bersin secara tiba-tiba, Arsa menyeka hidungnya sendiri, bertanya-tanya di dalam hati, ‘Siapa yang sedang membicarakanku?’
Di dalam kamarnya, Arsa duduk bersandar di atas tempat tidur. Mengeluarkan sebutir buah jiwa, memandanginya untuk sesaat, buah yang mirip dengan aple itu.
‘Rasanya Manis,’ ungkap Arsa di benak, terus menguyah hingga tak bersisa.
System. “Ding! Selamat, Tuan. Energi Mental bertambah satu poin.”
Mendengar notifikasi system, Arsa mengangguk senang. Lantas bertanya, “System, berapa lama untuk Upgrade ke Versi 2?”
System. “Ding! Tujuh hari Tuan. Dan selama proses upgrade itu, maka System akan dinonaktifkan. Hanya Ruang Penyimpanan system yang berfungsi seperti biasa.”
Berpikir sejenak dan melihat ke panel system, Arsa mendapati bahwa sembilan puluh persen icon yang tertera masih berwarna abu-abu, itu menandakan jika dirinya belum diijinkan untuk membuka.
Menarik napas hingga tiga kali, Arsa berkata di dalam pikirannya, ‘System, Tukar lima ratus ribu Batu Roh tingkat rendah!’
System. “Ding! Selamat, Tuan. Penukaran berhasil. Poin System saat ini adalah Lima ratus ribu delapan puluh.”
Dengan pikirannya, Arsa menekan tombol (+) Pada Panel Tubuh Naga Kuno berulang kali, hingga tombol itu berubah warna, dari warna hijau menjadi merah.
System. “Ding! Selamat, Tuan. Tubuh Naga Kuno telah mencapai 85/30.000. Poin system yang tersedia saat ini adalah tujuh ratus.”
Melihat kecilnya peningkatan, Arsa kembali menukar Batu Roh menjadi Poin system. Kali ini berjumlah Sepuluh Ribu Batu Roh tingkat Rendah yang di tukarkan langsung.
System. “Ding! Selamat, Tuan. Penukaran berhasil. Poin System bertambah menjadi sepuluh juta. Poin system saat ini adalah sepuluh juta tujuh ratus.”
Arsa kembali meningkatkan Tubuh Naga Kuno hingga lima puluh level, membuat Poin System miliknya berkurang banyak, tersisa empat jutaan saja sekali jalan.
‘Semakin tinggi levelnya, semakin banyak nilai poin system yang di butuhkan,’ desah Arsa tak berdaya.
‘System, berapa poin system untuk meningkatkan Ruang Penyimpanan menjadi seribu meter kubik?’ tanya Arsa kemudian dalam benaknya.
System. “Ding! Dua juta lima ratus Poin System.”
‘Ah, uang masih banyak. Tingkatkan ke seribu meter kubik!’ pinta Arsa melanjutkan.
System. “Ding! Selamat, Tuan. Peningkatan kapasitas Ruang Penyimpanan System menjadi seribu meter kubik, berhasil.”
System. “Ding! Poin System berkurang dua juta lima ratus. Poin System saat ini adalah satu juta lima ratus.”
‘System, serap pohon jiwa!’ pinta Arsa setelah jeda sesaat.
System. “Ding! Proses Penyerapan akan berlangsung selama tiga kali dua puluh empat jam. Proses dimulai : 1%….,”
***
Kota Dreams
Kediaman Tuan Kota
Pada saat ini, Fika dan gurunya tiba di kediaman Tuan Kota. Tuan kota hendak berlutut, namun segera di hentikan oleh Fika.
Bagi Fika, tindakan berlutut Tuan Kota dapat membocorkan indentitasnya. Tentu hal tersebut akan membahayakan keselamatan maupun misi yang sedang dijalaninya saat ini.
“Tuan Putri, kenapa tidak memberi tahu kami terlebih dahulu? setidaknya kami bisa menyambut kedatangan Tuan Putri,” ujar Tuan Kota dengan hormat.
“Tidak Apa-apa. Aku sedang menyelidiki sesuatu, dan kebetulan singgah di kota ini,” sahut Fika, lantas mengingatkan, “Oya, jangan sampai penduduk Kota ini mengetahui siapa aku! Panggil aku Nona Muda di depan umum!”
“Dimengerti, Tuan Putri,” jawab Tuan Kota mengakui perintah.
Tidak menunda, Tuan kota menyampaikan kehadiran Fika, “Di dalam ruang aula, ada sahabat kecil Tuan Putri bersama beberapa orang. Apalah Tuan Putri ingin bertemu dengannya?”
“Oya? Siapa?” tanya Fika dengan ekspresi penasaran, seolah dirinya tidak tahu-menahu, bahwa ada kehadiran orang penting di kediaman Tuan Kota ini.
Tuan Kota segera menjawab, “Putri Kerajaan Minola dari Daratan Koja.”
Fika dan Gurunya bergegas menuju ruang aula, melihat lima orang yang sedang berbincang serius, sampai tidak menyadari kehadiran mereka berdua.
“Hei, Acha! Kenapa kamu tidak mengunjungiku?” panggil Fika, mengejutkan semua orang, menoleh ke sumber suara seketika.
“Fika! Kenapa kamu di sini?” sergah Acha, langsung berdiri dan menghampiri Fika dengan tergesa.
Kedua sahabat kecil itu saling berpelukan, ada nostalgia di antara keduanya. mengingat moment mereka semasa kecil, bermain bersama sampai membuat geger kerajaan.
“Harusnya aku yang bertanya padamu,” balas Fika dengan senyum hangat.
Jenderal Gerbang Timur dan yang lain juga langsung berdiri, membungkuk kemudian sebagai bentuk sapa. Mengapa tidak berlutut seperti halnya Tuan kota ketika bertemu Fika? Hal ini karena mereka berbeda Kerajaan.
Di dunia antah berantah ini, kerajaan adalah sebuah negara yang memiliki cakupan wilayah tertentu. Keluarga Raja adalah yang memiliki status paling tertinggi dari semua lapisan masyarakat.
Dalam satu kerajaan, berlutut adalah cara penghormatan, dari jabatan yang lebih rendah kepada jabatan yang lebih tinggi, mereka di haruskan berlutut jika menghadap atau bertemu.
Sedangkan untuk antar kerajaan, Maka sikap penghormatan itu adalah dengan membungkukkan badan. Serupa dengan sapaan kepada sesama, atau yang muda kepada yang lebih tua.
“Jenderal Bayu dan Nyonya Persia, lama tidak bertemu,” sapa seorang lelaki tua yang baru muncul dari balik pintu, sosok yang menjadi guru bagi Fika.
“Jenderal Wage, mari kita duduk!” sambut Jenderal Bayu, alias Jenderal Gerbang Timur, mempersilahkan untuk bergabung di meja aula tamu.
Sebelum pihak Fika mengajukan pertanyaan, agar tidak terjadi kesalahpahaman, Jenderal Bayu segera menjelaskan kehadirannya, “Tuan Putri kami sedang menghadapi masalah, dan posisi terdekat adalah Kota ini, kehadiran kami adalah untuk menjemputnya.”
“Masalah?” ulang Fika mengerutkan kening, lantas menoleh kearah Acha, “ada masalah apa, Acha? Kenapa tidak pergi ke istana untuk mencariku atau ayahku?”
Tentu Fika sangat terkejut sekaligus khawatir. Sahabatnya yang juga seorang Putri dari sebuah kerajaan, menghadapi masalah di wilayah kerajaannya adalah reputasi yang sangat buruk.
“Bukanya aku tidak mau mencarimu, tapi situasinya diluar kendali dan tidak terduga.” sahut Acha menanggapi pertanyaan dari Fika.
Tidak ada yang ditutupi, Acha kembali menjelaskan duduk persoalan yang dia hadapi. Selama satu minggu terakhir, adalah waktu yang paling berat dan menakutkan menurutnya.
Seolah seperti seorang buronan kelas kakap, dia dikejar dan dihadang kemana pun dirinya pergi. Sampai akhirnya dia diselamatkan oleh kehadiran seorang pemuda yang tiba-tiba.
Mendegar nama Arsa sebagai penyelamat, Fika dan Jenderal Wage saling bertukar pandang. Agak sulit bagi keduanya untuk percaya, bahwa seorang Arsa yang kultivasinya sangat rendah, bisa menjadi penyelamat bagi orang yang kultivasinya jauh lebih tinggi.
Apalagi menyelamatkan dari kepungan orang yang di dominasi Tahap Prajurit Alam hingga Tahap Kaisar Alam, adalah mustahil bagi siapapun yang mendengarnya.
Karena alasan inilah, Fika menanyakan ciri-ciri pemuda yang bernama Arsa itu. Dia ingin memastikan, bahwa nama itu berasal dari orang yang berbeda.
Namun ketika mendengar bahwa pemuda itu bermarga Nugraha, dan juga berasal dari Kota Dreams, otak Fika dan Jenderal Wage seoalah berhenti bekerja. Keduanya tertegun cukup lama, terdiam seribu bahasa.
Melihat Fika terdiam, Acha bertanya dengan ekspresi curiga, “Kenapa kamu begitu bersemangat setelah mendengar nama Arsa? Apakah Kamu mengenalnya?”
“Oh, tidak. Tidak ada. Tidak ada. Aku tidak mengenalnya,” jawab Fika tergopoh, seolah dirinya sedang tertangkap basah.
Mendapati alis kiri Acha terangkat, Fika menambahkan. “Yang aku tahu, dia sering membantu anak-anak di panti asuh Kota Ini.”
“Jangan katakan kamu menyukainya.” cecar Acha, menunjukkan ekspresi tidak senang.
Fika balik bertanya dengan ekspresi yang tidak berbeda, “Tidak! Atau malah kamu yang menyukainya?”
“Tidak!” jawab Acha singkat, langsung memalingkan muka.
“Hahahaha….,” gelak tawa tiba-tiba pecah, aksi kedua gadis remaja itu terbilang konyol bagi semua orang di sekitarnya.
“Jika kalian tidak ada yang menyukainya, maka bibi masih punya kesempatan. Kebetulan Bibi sudah lama menjadi janda,” ledek Persia, satu-satunya wanita dewasa di dalam ruangan…
Di luar dugaan semua orang yang hadir, kedua gadis itu menyergah serempak. “Tidak!”
“Hahahaha…,” gelak tawa kembali pecah dan semakin keras, tindakan serentak kedua gadis itu benar-benar tidak terduga.
***
Tiga hari berlalu dengan cepat. Dua hari sebelum hari ini, Acha dan kelompoknya telah kembali ke Daratan Koja, itu karena ayah dari Acha yang merupakan Raja KoJa sudah sangat khawatir.
Dengan menunggang burung elang raksasa, Acha meninggalkan Kota Dreams. Dikawal ketat oleh ratusan prajurit elite, dipimpin langsung oleh Jenderal Gerbang Timur, Jenderal Bayu ahai!
Sedangkan Fika dan Jenderal Wage, mereka kembali ke Penginapan Sentosa. Misi keduanya masih terus berlangsung, seiring berbagai pertanyaan terhadap siapa sejatinya Arsa.
***
Keluarga Nugraha
Dalam tiga hari itu pula, Arsa tetap berada di lingkup Keluarga Nugraha. Pembangunan rumah yang telah direncanakan, kini sedang berjalan sebagaimana mestinya.
Melihat Arsa membantu pembangunan rumah, Ata Nugraha langsung menghampiri, “Adik, terima kasih atas bantuanmu. Dengan koin emas darimu, aku bisa membeli Pil Mida bintang Dua, kemacetanku pun akhirnya bisa teratasi.”
Ata Nugraha tampak sangat bersemangat. Dia baru saja menerobos tingkat Kelima dari Tahap Transformasi.