NovelToon NovelToon
GITA & MAR

GITA & MAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Fantasi Wanita / Pengasuh
Popularitas:4.8M
Nilai: 5
Nama Author: juskelapa

Gita yang gagal menikah karena dikhianati sahabat dan kekasihnya, menganggap pemecahan masalahnya adalah bunuh diri dengan melompat ke sungai.

Bukannya langsung berpindah alam, jiwa Gita malah terjebak dalam tubuh seorang asisten rumah tangga bernama Mar. Yang mana bisa dibilang masalah Mar puluhan kali lipat beratnya dibanding masalah Gita.

Dalam kebingungannya menjalani kehidupan sebagai seorang Mar, Gita yang sedang berwujud tidak menarik membuat kekacauan dengan jatuh cinta pada majikan Mar bernama Harris Gunawan; duda ganteng yang memiliki seorang anak perempuan.

Perjalanan Gita mensyukuri hidup untuk kembali merebut raga sendiri dan menyadarkan Harris soal keberadaannya.


***

Cover by Canva Premium

Instagram : juskelapa_
Facebook : Anda Juskelapa
Contact : uwicuwi@gmail.com

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon juskelapa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

004. Alasan Dikhianati

Rama diam mengamati Gita yang panik menyusuri mutasi rekening dengan teliti. “Berengsek…berengsek …. Uangnya lo bikin apa?” Gita masih membalik-balik lembaran buku tabungan. “Itu uang gue, Rama. Gue kerja overtime demi tabungan ini. Harusnya lo nggak nyentuh uang ini.” Air mata dan cairan hidung Gita sudah sama derasnya. Ia terisak dan membesut hidungnya berkali-kali.

“Lo? Lo-Gue? Kenapa kamu udah kasar banget? Apa nggak bisa ngomong baik-baik?” Rama tersinggung karena suara Gita yang tinggi. Buatnya saling memanggil ‘Lo-Gue’ bersama Gita sudah cukup kasar.

Gita terhenyak dan menatap Rama. “Apa? Kasar banget? Ngomong baik-baik? Lo nggak suka dipanggil Lo-Gue? Maunya dipanggil apa? Dipanggil Bung? Kita lagi berantem karena pengkhianatan lo, Rama …. bukan lagi ngomongin kemerdekaan di Rengasdengklok. Masih syukur gue nggak manggil lo dengan sebutan ‘Njing!’ Kembaliin duit gue!” Gita menjerit, mencampakkan buku tabungan ke wajah Rama.

“Cewe berengsek! Berarti udah tepat kalau gue nikah sama Monic. Cewe kayak lo emang nggak bisa dibawa serius.” Rama merapikan rambutnya yang terkena lemparan buku tabungan. “Bukan tipe wanita yang bisa diajak berumah tangga. Demen lo teriak-teriak. Kasar. Ketawa lo kenceng banget!”

Gita terdiam. Teriak-teriak? Itu adalah kali pertama ia meneriaki Rama setelah dua tahun lebih menjalin hubungan. Kasar? Ia sama sekali tidak pernah kasar kepada orang lain. Setidaknya … ia merasa begitu. Ia merasa tidak punya musuh. Dan soal tawa yang keras, bukannya dulu Rama menyukai tawanya? Rama sering mengatakan bahwa tawanya selalu memancing keceriaan. Tawanya menularkan energi positif ke sekeliling. Dan barusan laki-laki berengsek itu merasa keberatan dengan tawanya.

“Apa lagi? Apa lagi yang bikin kamu harus menyakiti aku kayak gitu?” Meski berusaha tenang, Gita tak bisa menyembunyikan suaranya yang bergetar. Hatinya sakit sekali.

“Monic selalu ada buat aku,” ucap Rama pelan. “Monic mendengarkan semua keluh kesahku, selalu menyediakan waktu buatku dan dia bisa nenangin aku. Aku nyaman tiap bersama Monic.”

“Nyaman sampai bunting?” tanya Gita.

“Git!”

“Rama! Lo denger, ya! Lo nggak usah sok-sokan ngomongin soal waktu buat lo. Lo mau waktu? Gue bisa kasih waktu buat lo ngeluh sepanjang waktu. Gue bisa. Tapi kalau gue ngasih banyak waktu buat lo, gue nggak bisa kerja overtime buat capai banyak target kantor. Artinya gue nggak bisa bantu bayar ini-itu demi pendidikan spesialis lo itu. Buat menuhi target rencana-rencana kita. Lo mikir apa, sih? Lo kira gue nggak capek apa? Yang gue lakuin itu buat lo, Ram! Buat kita. Biar lo nggak nyusahin orang tua lo yang juga susah. Gue kasian sama emak lo.” Gita kembali memeluk setir dan menangis tersedu-sedu. Hati kecilnya berharap Rama merasa bersalah dan sedikit menghiburnya dengan membelai rambut atau menepuk bahu. Setidaknya ia tidak merasa terlalu sendirian. Nyatanya Rama bergeming.

“Gue bakal ganti duit lo. Gue bakal hitung semua yang udah lo korbanin buat gue. Termasuk uang di tabungan; yang udah gue pake buat DP rumah.” Rama menyilangkan tangan di dada dan melemparkan pandangan ke luar. Memberikan waktu pada Gita untuk menyelesaikan tangisnya.

Lagi-lagi Gita terdiam. Hal yang baru didengarnya sangat kurang ajar. Ia bekerja siang malam dan siap sedia menerima makian dari atasan, tapi uang yang ia kumpulkan dipakai sebagai uang muka membeli rumah untuk istri tunangannya. Gita merasa semakin pening. Kepalanya berdenyut dan tubuhnya semakin lemas. Ia hampir gila dan dehidrasi.

“Untuk…untuk DP rumah? Uang lo emang nggak ada lagi? Sama sekali?" Gita melirik sudut dasbor tempat di mana buku tabungan yang ia campakkan tadi tergeletak. Ia kembali memungut buku tabungan itu dan membalik kertasnya. Tabungan itu atas nama Rama, tapi ia yang memegang ATM-nya sebagai bentuk komitmen mereka bersama. Matanya lalu tertuju pada sebuah mutasi uang yang cukup besar. “Seratus empat puluh juta ini ... untuk DP rumah cluster tadi?" Suara Gita parau dan tercekat di tenggorokannya.

Rama menegakkan duduk sambil memperbaiki bagian depan kemejanya. “Iya. Sorry, Git. Gue bakal cicil sebegitu gue dapet kerjaan di rumah sakit. Gue juga nggak mau berhutang banyak di awal hidup gue dan Monic. Apalagi beberapa bulan ke depan kami bakal punya bayi. Uang bayaran kuliah juga udah kepake buat maskawin ke Monic. Dia minta berlian dan ibunya minta rumah untuk meyakinkan anaknya punya tempat tinggal."

"Ibunya yang sakit jantung?" bisik Gita dengan raut jijik.

"Gue janji bakal gue cicil."

“Lo cicil? Lo nggak ngerti soal inflasi? Atau lo pura-pura bego soal teori kebutuhan? Jumlah uang gue yang lo pakai mungkin terlihat kecil saat lo bisa gantiin di masa depan. Tapi untuk sekarang, di saat lo nggak ada duit, nilai duit itu gede! Kalau lo niat ganti, lo harus ganti dengan rasa sakit yang sama. Gue sakit hati Rama! Sakit! Berengsek!” Gita memukul setir dengan kepalan tangannya. Pukulannya begitu lemah karena tenaganya yang sudah banyak terkuras.

Gita meletakkan buku tabungan itu di pangkuannya. Tak ada yang lebih menyakitkan dari perkataan Rama saat itu. Bohong sekali kalau ia mengatakan tidak mencintai Rama. Sampai kemarin malam mereka masih bertukar pesan dan pamit tidur seperti biasa.

‘Have a goodnight, Sayang.’

‘Sleep tight. Kangen kamu pake banget.’

Tidak ada tanda-tanda bahwa pria itu akan menikahi wanita lain, terlebih wanita itu adalah sahabatnya sendiri. Semua terasa baik-baik saja.

“Kenapa harus Monic?” tanya Gita dalam bisikan. Sebenarnya bukan hal itu yang ingin ia tanyakan. Tadinya ia ingin bertanya kenapa tega menyakitinya? Tapi pertanyaan kenapa harus Monic tampaknya lebih membutuhkan jawaban.

Tidak apa-apa selingkuh dan menghamili wanita lain. Tapi andai wanita situ bukan sahabatnya mungkin rasanya tidak sesakit itu. “Kenapa harus sahabatku, Ram? Monic itu orang pertama yang aku kenal sejak hari pertama probation. Lama kami berteman lebih lama dibanding hubungan kita.”

“Awalnya … gue ke kantor buat jemput lo. Di lobi gue ketemu sama Monic. Katanya lo lembur dan bakal pulang lama. Monic ngasih tau café tempat di mana kalian biasa ngobrol. Akhirnya gue ke situ dan Monic nemenin gue ngobrol. Gue nggak tau … tapi obrolan malam itu memang membuat gue ke tahap pengertian baru tentang seorang Monic. Dia wanita yang lembut dan keibuan. Gue ngerasa nyaman. Rasanya … Monic adalah sosok yang gue butuhkan selama ini. Dia bisa jadi tempat gue tukar pikiran, yang selalu ngertiin gue.” Rama berdeham pelan, lalu kembali merapikan bagian depan kemejanya. Pria itu juga merapikan rambut ikalnya yang jatuh ke dahi. “Maafin gue, Git. Harusnya gue nggak bohongi lo terlalu lama.”

“Karena kalau lo nggak bohongi gue, lo nggak akan bisa nguras uang gue, Ram. Gue yang bego. Bego banget gue ….” Gita kembali menutup wajahnya dengan telapak tangan. Ia kembali tersedu-sedu.

“Ehem! Git, jangan gitu, dong. Nangis melulu, deh. Ck!” Rama melihat sekeliling mereka. Orang-orang mulai banyak lalu lalang dan kaca mobil Gita tidak segelap itu untuk menyamarkan wajah mereka yang sedang bertikai di dalamnya.

Gita menegakkan tubuh dan kembali menarik selembar tisu mengusap air mata. “Lo tau nggak kalau selama Monic yang lo bilang keibuan itu menyediakan waktu buat lo, ada gue yang ngegantiin tugas-tugas dia di kantor? Gue yang ngegantiin jam lemburnya karena alasan ibunya yang dirawat sakit jantung? Wanita yang lo sebut bisa dijadikan tempat tukar pikiran dan selalu ngertiin lo itu adalah sahabat yang biasa jadi tempat gue cerita soal lo. Monic dengerin cerita lo karena udah mengantongi contekan soal Lo, Rama. Gue nggak nyangka sahabat gue bisa sebusuk itu! Perempuan berengsek! Murahan!” Gita lagi-lagi menjerit marah. Ia mencabik-cabik buku tabungan yang saldonya tersisa dua belas ribu rupiah.

“Jangan hina istri gue! Dia bukan murahan!” balas Rama dengan jeritan.

“Dia murahan! Lo murahan! Mustahil lo berdua check-in di hotel bintang lima! Kalian berdua sama melaratnya! Hotel kelas melati juga masih terlalu bagus buat kalian! Berengsek!” Gita mencampakkan serpihan buku tabungan ke wajah Rama dan menerjang pria itu. Gita meraih rambut yang sejak tadi sibuk dirapikan Rama.

To be continued

1
ummi_Շɧ𝐞𝐞ՐՏ🍻muneey☪️
itu juga kepaksa bu
Latifa Nuryn Andini Yunnitta
lagi males baca yang lain. tapi bolak balik buka app ini cuma untuk nengok Gita dan mas Haris.

sehat sehat selalu Jus Kelapa
BirVie💖🇵🇸
Bu Helena sedang perang batin yaaa antara malu2 mau kayaknya...d saat anda ikhlas d datangi sama Isyana hhmmm itu sebagai pertanda yaaa Bu...
hanya Gita yg bisa meluluhkan hati Bu Helena hehe biar ketus d mulut tapi d hati berkata lain
makasih kak Jus up nya 🙏🏻❤️
sehat2 selalu 🥰
BirVie💖🇵🇸
rayu Gita aja Bu hehe
BirVie💖🇵🇸
bener Git...
BirVie💖🇵🇸
masih aja sewot
BirVie💖🇵🇸
Isyana ikhlas anak n suaminya bahagia
BirVie💖🇵🇸
karena ibu udah bisa ikhlas...Isyana hadir d mimpi
BirVie💖🇵🇸
habis nangis emang biasanya ngantuk
BirVie💖🇵🇸
doakan terus aja Bu...jangan sedih yg berkepanjangan
BirVie💖🇵🇸
bener banget Bu...
BirVie💖🇵🇸
baru sadar yaaa Bu...klo cucumu bisa dekat dg Gita
BirVie💖🇵🇸
jujur apa adanya 🤭
BirVie💖🇵🇸
punya tandingan yaa Bu sekarang
BirVie💖🇵🇸
kok gak d jawab sih Bu...gak sopan dong
BirVie💖🇵🇸
Alhamdulillah up ❤️‍🔥
super telat baca🙈
memeng melania
terus menunggu kelanjutan ceritanya
belum terlilah hilal akhir ceritanya 😁
Riska Wulandari
owalah bu Helenaa..mau ngomong kalo kesepian & butuh temen aja kok sampe musuhan sama mantu..
Riska Wulandari
aduhhh aku ketinggalan Njuss..😭
Dianti Rahayu
bu helena sebetulnya gak jahat, tapi dia hanya wanita tua yg kesepian dan tidak tahu bagaimana bersikap.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!