🌶Boleh Skip Part Boncabe🌶
Niat hati bekerja menjadi guru bimbel untuk menambah pendapatannya, justru Rini berada di situasi rumit yang membuatnya terjebak pada duda dingin yang juga dosen di kampusnya.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
"ingat, pernikahan ini hanya demi Adam. jangan harap ada cinta atau pun hubungan suami istri yang sebenarnya." Kalimat menusuk dari suami yang baru dinikahinya seketika membuatnya kecewa.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Meski tak dianggap bahkan kehadirannya seolah antara ada dan tiada dimata suaminya. Rini terus menjalankan tugasnya sebagai istri, kecuali hubungan ranjang.
Namun di suatu malam,
"Mas... tolong hentikan. Kamu sadar aku siapa?"
Pria itu terus menjamah seluruh tubuh Rini, bahkan semua pakain Rini telah disobek dan dibuang entah kemana.
"Aku tahu kamu istriku sekarang. Lakukan saja kewajibanmu untuk melayaniku" tak ada suara dengan kelembutan.
"Mash..." Rini merasakan sakit saat bagian intinya ditrobos.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ly_Nand, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Apa Kamu Akan Senang?
Malam ini entah kenapa Adam sangat manja padanya. Ia terus menempel dan tidak mau ditinggal.
"Ma, Adam mau tidur dengan Mama lagi. Boleh ya? Malam ini saja, Please!"
Bagaimana bisa Rini menolak ketika putranya itu memohon denga nada halus dan mata yang menatap penuh permohonan.
"Baiklah... Ayo kita ke kamar."
Sampai di kamar, Adam lantas mengambil sebuah buku cerita yang menjadi kesukaannya. Ia memberikan buku itu kepada Rini.
"Kamu mau Mama bacakan cerita ini lagi?"
Adam mengangguk antusias.
"Baiklah, Mama akan bacakan untukmu. Berbaringlah!"
Adam merebahkan dirinya disamping Rini yang bersandar pada head board. Rini mengecup puncak kepala Adam, kemudian memulai membacakan cerita sampai selesai.
"Pangeran sangat bahagia karena ada keluarga yang selalu menyayanginya dan saudara yang selalu membantu menghadapi kesulitan." Bagian terakhir dibaca Rini sambil tersenyum kepada Adam yang masih terjaga.
"Mama, apa memiliki adik itu menyenangkan?"
"Tentu, sayang. Seperti dalam cerita tadi, sebagai Kakak pangeran selalu melindungi adiknya, ketika adiknya sudah besar dia juga akan melindungi kakaknya. Saudara itu saling menjaga dan melindungi."
"Apa mama akan memberiku adik?"
"Kamu mau punya adik?"
"Aku senang ketika di panti. Deni selalu melindungi adik-adik panti kalau ada yang ganggu. Adik-adik panti juga sayang Deni. Deni banyak yang menyayangi"
"Kalau Adam jadi kakak yang baik, adik Adam juga pasti sayang Kakak Adam" Rini membawa tangan Adam ke atas perutnya?
"Apa Adam akan punya adik juga?"
"Iya, sayang. Di perut Mama ada adik Kakak Adam. Dia akan memanggilmu Kakak Adam."
"Benarkah Mama? Adam akan dipanggil Kakak Adam?"
"Iya, apa mau Mama tunjukkan foto adik Adam?"
"Tentu, ma"
"Baiklah, tunggu sebentar, mama ambilkan dulu di kamar mama."
Adam menunggu dengan baik sampai akhirnya Rini datang membawa foto USG nya.
"Mama, seperti apa wajah adik? Mengapa gambarnya hitam?"
Rini tertawa, ia merasa lucu dengan pertanyaan dari putranya.
"Ini foto kondisi didalam perut mama. Kamu lihat titik ini?"
Adam mengangguk setelah menemukan titik yang dimaksud mamanya.
"Titik ini adalah adik Adam. Dia masih sebesar biji kopi. Adam tahu ukuran biji kopi?"
Adam menggeleng. Rini mencari sesuatu dan menemukan roda mainan seukuran biji kopi.
"Kamu lihat Roda mobil ini. Adik Adam masih sekecil ini."
"Mama, ini kecil sekali. Bagaimana Adam menggendongnya?"
"Karena masih sangat kecil, Adik Adam akan ada di perut mama sampai sembilan bulan. Setelah sembilan bulan, Adik Adam sudah semakin besar dan dokter akan membantunya keluar dari perut Mama."
"Jadi adik ada di dalam sini sembilan bulan ya, Ma?" Adam mengelus perut Rini.
"Iya, Kakak Adam. Adik bersembunyi di perut Mama dulu ya..." Rini menirukan suara anak kecil membuat Adam tertawa.
"Baiklah, kakak Adam akan menunggu dengan sabar" ucap Adam dengan penuh kegembiraan.
"Apa papa sudah lihat foto ini?" Tanya Adam.
"Apa Adam ingin menunjukkan foto ini pada Papa?"
"Tentu, Papa pasti bahagia seperti Adam."
"Apa benar kamu akan bahagia, Mas? Jujur, aku meragukan itu." Lirih hati Rini.
"Bagaimana kalau kita tunjukkan saat Papa ulang tahun?" tawar Rini, karena perasaanya masih belum siap bila Dean menolak janin di rahimnya.
"Baiklah. Kalau begitu ini rahasia kita." Adam berlari mengambil sebuah kotak "Adam akan menyimpan disini. Dan bolehkah kalau nanti Adam yang memberikan hadiah ini kepada Papa?"
"Tentu Kakak Adam" Jawab Rini dengan memeluk Adam, ia mencoba menyembunyikan perasaan takutnya.
"Semoga Papamu, bisa sebahagia kamu ketika mendengar kabar ini, nak" batin Rini.
...****************...
Pagi ini setelah terbagun di kamar Adam, Rini bergegas ke kamarnya untuk mempersiapkan segala kebutuhan suaminya. Setelah selesai, ia membersihkan diri dan turun untuk sedikit membantu menyiapkan sarapan.
Seperti biasa setelah memastikan sang suami siap dengan pakaian kantornya, Rini beralih ke kamar Adam untuk memastikan Adam sudah siap sekolah.
Suasana sarapan tertib seperti biasa. Hingga kegiatan sarapan selesai, Mama Bella yang sejak tadi penasaran dengan tingkah Adam akhirnya bertanya pada cucunya itu.
"Adam hari ini sangat senang?"
"Iya, Oma. Adam sangat senang."
"Apa yang membuat Adam senang?"
"M..." Adam nampak berpikir "Ini rahasia Oma, tapi apa bisa kalau sekarang Adam ingin dipanggil Kakak Adam?"
Mama bela mengerutkan dahinya, mencoba mencari jawaban dari Rini namun Rini hanya tersenyum sambil melihat Adam.
"Baiklah Kakak Adam. Sudah waktuya sekolah. Salim kepada Oma dulu." Rini akhirnya bersura karena Adam memang harus segera berangkat sekolah.
"Ok, Mama."
Setelah Adam dan Dean pergi, Mama Bella meminta Rini untuk duduk berdua di taman.
"Rini, jujur sama Mama. Apa kamu hamil?"
"Iya, Ma." Rini tak bisa menyembunyikan ini dari sang mertua yang sangat menyayanginya.
"Berapa usianya, nak?" Mama Bella mengusap lembut perut Rini yang masih datar.
"Tujuh Minggu, Ma."
"Kamu sudah periksa?"
"Sudah, Ma. Rini periksa kemarin setelah sidang skripsi selesai."
"Dean sudah tahu?"
Rini diam, bagaimana Rini mau menyampaikan kabar ini pada suminya. Mengingat bagaimana sikap dingin suaminya dan keengganan suaminya untuk berbicara dengannya, cukup membuat Rini yakin ia tak punya harapan dengan rumah tangganya sendiri.
"M... Adam ingin buat kabar ini jadi kejuta di hari ulang tahun Mas Dean."
"Benarkah? Ah... Manis sekali Cucu pertamaku!"
"Permisi nyonya" seorang pembantu menghampiri mereka.
"Iya, kenapa Bi?"
"Sepertinya ini milik tuan Dean. Saya temukan ini di halaman depan dekat tempat parkir mobil tuan Dean, nyonya. Sepertinya terjatuh."
"Oh, baik Bi. Terimakasih banyak" Rini mengambil dokumen itu.
"Sepertinya itu dokumen untuk meeting hari ini. Biar Mama minta orang untuk mengantarkan."
"Tidak, Ma. Biar Rini saja, Rini akan memastikan dokumen ini sampai di tangan Mas Dean."
"Baiklah, berhati-hatilah. Berangkat dengan supir. Jangan pergi sendiri."
"Siap Mama Bella yang cantik" Rini mengecup pipi kanan dan kiri membuat mertuanya tersenyum.
Sesekali memang Rini bertingkah manja dengan mertua yang sangat disayanginya itu.
Setelah beberapa menit, Rini sampai di kantor Dean. Ini pertama kalinya ia menginjakkan kaki di kantor suaminya.
"Maaf Mbak, bisa saya bertemu Mas Dean?" tanya Rini pada Receptionis.
Mendengar nama Dean yang disebutkan, membuat sang receptionist heran. Karena tamu bos mereka selalu menyebut nama Yoga, nama Dean hanya disebutkan oleh tamu yang merupakan keluarga bos mereka.
"Maaf, sebelumnya. Ini dengan mbak siapa?"
"Saya Rini, istri Mas Dean." Rini tersenyum ramah, karena sikap receptionistnya juga sangat ramah.
"Maaf nyonya Rini, saya tidak mengenali anda. Terakhir saya melihat anda di pernikahan anda."
"Tidak apa. Santai saja, Mbak. Oh iya, Apa saya bisa menemui suami saya?"
"Silahkan nyonya, saya akan minta Mas Jono untuk mengantar anda. Mohon ditunggu sebentar."
Salah satu receptionist berlalu, tak lama kemudian datang seorang pria berpakaian scurity mengantarkan Rini untuk menunjukkan ruangan Dean.
pelakor itu gampang sebern nya kalau lakinya tegas mah out kasih pelajaran jg
pelajaran nya jangan tanggung" di kasih sekalian sampai lulus , setengah" ya ga mempan
bukan partner ranjang ?
ok ok kalau ketemu face to face ga sengaja kamu berani to the point langsung ngmng ke dia jangan lagi lagi berbuat seperti itu
good job ra
jangan Kya rea di Pendem sendiri nangis sendiri Weh ,jangan myek2 jadi wanita be strong
lanjut /Good/
kelihatannya bagus