Alvaro rela mengorbankan mimpinya untuk menjadi seorang polisi demi sang istri. Dia bekerja keras di siang dan malam untuk bisa membiayai kuliah sang istri, sehingga akhirnya sang istri diterima bekerja sebagai manager di sebuah perusahaan raksasa.
Suatu hari, istrinya tanpa sengaja menabrak seseorang hingga orang tersebut meninggal. Alvaro rela menggantikan istrinya sehingga dia yang dipenjara, mengakui kesalahan yang sama sekali bukan dia perbuat.
Tapi dengan teganya sang istri berselingkuh dan meninggalkan Alvaro yang telah banyak berkorban untuknya.
Setelah keluar dari penjara, Alvaro bekerja menjadi seorang detektif swasta, mengandalkan kemampuannya dalam mengungkapkan banyak kasus.
Alvaro tak pernah bisa melupakan bagaimana perlakuan buruk mantannya terhadap dirinya, Alvaro berjanji akan membalas semua perbuatan mantan istri dan selingkuhannya, sehingga dia memanfaatkan adik ipar sang mantan sebagai pion rencana balas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
"Jadi kamu bisa memasak, Al?" tanya Joana, dia menatap kagum pada Alvaro yang sedang memasak di dapur, apalagi ketika Joana mencium aroma wangi dari masakan Alvaro, membuat perutnya meronta-ronta ingin segera memasukkan makanan tersebut ke dalam perutnya.
Alvaro dari dulu memang telah belajar memasak sendiri, sehingga ketika menikah dengan Bianca, Alvaro lah yang sering memasak sebelum dia berangkat bekerja. Dan sekarang pun setelah dia hidup lama menduda, dia masih sering memasak untuk dirinya sendiri, mungkin karena lebih suka masakan rumahan.
Coba saja kalau seandainya Alvaro bukan pria ho-mo, mungkin bisa saja Joana akan terpesona kepada pria itu. Dia memiliki wajah yang sangat tampan, berkulit kuning, memiliki badan yang atletis dan berotot, bahkan dia memiliki tatapan yang begitu menggoda, ditambah dia bisa memasak. Sayangnya pria itu tidak tertarik pada wanita.
Sebenarnya Joana masih merasa bersalah kepada Dion, tapi ketika Joana meminta maaf harus mengakhiri hubungan mereka, Dion sama seperti tak merespon pesan dari Joana, sampai sekarang pria itu tak pernah menghubunginya. Sehingga Joana sedikit merasa lega, mungkin dia pikir Dion menerima keputusan darinya. Karena mungkin memang dia sebenarnya hanya kasihan pada Dion, walaupun dulu dia berusaha untuk bisa membalas cintanya, tapi perasaan itu tidak tumbuh juga.
Terlebih Dion sudah lama berubah sikap, tak seperhatian dulu lagi, dan jarang menghubungi Joana ketika Joana masih berada di Amerika. Mungkin karena Dion lebih mementingkan hobbynya untuk memangsa wanita yang dia targetkan.
Dion lebih mengutamakan hasrat jiwa pembunuhnya dari pada hasratnya sebagai seorang manusia biasa. Tapi setelah Alvaro merebut Joana darinya, barulah dia memahami isi hatinya bahwa dia memiliki perasaan pada Joana.
"Hm, iya." jawab Alvaro, singkat. Dia berusaha untuk tidak melihat sekalipun ke arah Joana yang sedang berdiri disampingnya, mungkin karena Alvaro masih terbayang bagaimana lekuk tubuh Jaona tanpa berbusana, seakan sedang menari-nari dipikirannya.
Apalagi ketika melihat dengan jelas buah melonnya Joana yang area puncaknya masih berwarna merah jambu itu, sangat menggoda, sampai Alvaro menelan saliva berkali-kali, rahangnya terasa mengeras, sehingga dia tidak berkonsentrasi ketika sedang mengiris bawang merah.
"Al, itu jarimu kenapa mau kamu iris?" Joana terkejut ketika melihat Alvaro yang sedang mengiris wortel, malah hampir mengiris jari telunjuknya, mungkin karena Alvaro sedang melamun, gara-gara terus teringat penampilan indah di balik layar rekaman CCTV itu.
Alvaro baru menyadari bahwa jari telunjuknya sedikit terluka, mungkin karena dia sering terluka lebih dari itu, bahkan dia pernah mendapatkan luka tembak di bagian punggungnya ketika menjalankan misi, maka dari itu luka yang ada di jari telunjuknya itu tak dia hiraukan. Alvaro memilih untuk melanjutkan masak kembali.
Tapi Joana menahan tangan Alvaro, "Al, tanganmu harus diobati."
"Ini hanya luka goresan." Alvaro ingin melepaskan tangannya dari genggaman Joana. Tapi gadis itu malah semakin erat menahan tangannya Alvaro, bahkan Joana meniupi luka di jari telunjuknya itu.
Alvaro tertegun memperhatikan Joana yang sedang meniupi luka di jari telunjuknya, bahkan gadis itu kini sedang mengobatinya, dan sekarang dia menutupi luka tersebut dengan plester.
Semakin lama diperhatikan Joana semakin terlihat sangat cantik dan manis. Alvaro segera mengalihkan pandangannya ke arah lain, dia tidak boleh ketahuan sedang memperhatikan Joana.
"Jangan pernah pernah menyepelekan meskipun ini hanyalah luka kecil, bagaimana kalau tanganmu terinfeksi?" ucap Joana sambil tersenyum manis kepada Alvaro. Bibir Joana sangat menggoda ketika tersenyum manis seperti itu.
Alvaro segera melepaskan tangannya dari genggaman Joana, dia terlihat salah tingkah, seakan merasakan ada sengatan listrik ketika tangannya dipegang oleh Joana. "A-aku harus melanjutkan masak kembali." Alvaro masih bersikap pura-pura cuek kepada Joana.
Joana hanya bisa memanyunkan bibirnya, dia pikir Alvaro akan berterimakasih padanya, pria itu malah cuek begitu saja, apalagi dia bersikap seakan alergi pada wanita sampai kelihatan tidak nyaman dipegang oleh Joana. Padahal aslinya bukan alergi, tapi lebih tepatnya grogi.
'Segitu alerginya kah dipegang olehku, awas aja nanti di kamar, aku akan berpenampilan lebih seksi dari kemarin.' gerutu hati Joana.
Sikap cuek Alvaro justru membuat Joana semakin ingin mengerjainya. Joana sama sekali tidak tahu bahwa Alvaro padahal sudah melihat seluruh tubuhnya, walaupun dari jarak jauh. Sekarang ini pria itu sedang berusaha keras menahan hasratnya kepada Joana.
Mungkin jika Joana mengetahuinya, dia tidak akan seberani itu untuk menggoda Alvaro, apalagi gadis tersebut telah menganggap Alvaro sebagai seorang pria ho-mo. Joana tidak tahu bahwa dulu Alvaro sangat perkasa dalam urusan ranjang.
Dan akhirnya mereka pun makan bersama setelah semua masakan yang Alvaro masak telah matang.
Joana sangat menikmati masakan Alvaro, sampai gadis itu makannya begitu lahap dan nambah dua kali.
Berbeda dengan Alvaro, dia tidak begitu menikmati makan malamnya, mungkin karena bukan makanan ini yang ingin dia makan, tapi dia ingin memakan gadis disampingnya.
'Jangan tergoda, Al. Kamu pasti kuat!' Alvaro memperingatkan dirinya sendiri.
Alvaro kaget saat Joana tiba-tiba menyentuh bibirnya dengan satu jemarinya.
"Ada sisa nasi di bibirmu, Al." ucap Joana, dia mengambilnya nasi kecil di sudut bibirnya Alvaro.
Hal tersebut membuat Alvaro menjadi salah tingkah, apa yang dia rasakan saat ini benar-benar tidak karuan. Sentuhan tangan Joana pada bibirnya membuat aliran darahnya berdesir.
Sementara Joana, dia nampak cuek, melanjutkan makannya lagi dengan lahap. "Masakanmu sangat enak, Al." Joana mengacungkan jempolnya pada Alvaro sambil tersenyum manis, dia sedikit mensipitkan matanya.
Alvaro tertegun memandangi Joana yang sedang tersenyum begitu manis. Mengapa gadis yang dia nikahi bisa semanis itu? Bahkan manisnya bisa mengalahkan manisnya sebuah madu.