Clarissa tidak menyangka jika dirinya diberi kesempatan untuk kembali ke waktu.
Dis
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Senggrong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia liontin putih bulan sabit
Calvin tiba di apartemen sebelum makan malam. Dia membawa semua pekerjaan yang tersisa untuk dikerjakan di apartemen.
Ternyata Carlo pun tidak pulang kerumah. Sehingga Bella terpaksa makan malam sendiri.
" Om dan tante belum pulang bi?" tanya Bella pada bi Siti yang menyajikan makan malam untuknya.
Sebenarnya Bella pun baru saja pulang. Tadi dia berkumpul bersama sahabat-sahabatnya sambil belajar.
Akhir-akhir ini Bella memang sering berkumpul bersama para sahabatnya. Selain bermain mereka juga belajar bersama.
" Belum non," jawab bi Siti dengan sopan.
" Memangnya mereka pergi kemana?" tanyanya penasaran.
Karena tidak biasanya Clarissa makan malam sendiri. Biasanya meskipun hanya ada Daniel, namun Bella selalu ada teman waktu makan malam.
" Kalau tuan Daniel belum pulang dari kantor, mungkin beliau masih lembur. Sedangkan nyonya sandra tadi berpamitan mau mengunjungi non Clarissa."
" Oh... Kak carlo? "
" Beliau juga masih belum pulang."
" Baiklah... Terimakasih infonya bi."
" Sama-sama non. Kalau begitu saya kebelakang dulu, " ijin Bi siti saat pekerjaannya telah selesai.
" Silahkan. "
Bella memandang kosong hidangan di atas meja. Entah kenapa dirinya merasa kesepian.
Bella pikir saat Clarissa tinggal di apartemen dia akan merasa lebih senang. Karena dengan begitu dia bisa merebut kasih sayang Daniel dan sandra.
Namun ternyata mereka malah semakin menjauh. Jika biasanya ada Clarissa yang akan selalu ribut dengannya, sekarang tidak ada lagi.
Bella sebenarnya merasa iri dengan kasih sayang yang Clarissa dapatkan dari kedua orang tuanya. Dia juga ingin merasakannya.
Padahal selama ini Daniel sudah berusaha untuk membagi kasih sayangnya dengan rata. Andai Bella bisa sedikit saja bersyukur.
Karena lapar Bella terpaksa mengisi perutnya. Andai ia tahu akan seperti ini lebih baik tadi ia makan bersama teman-temannya.
Setelah makan malam, Bella masuk kedalam kamarnya. Moodnya benar-benar buruk. Dia mengambil ponsel dan menghubungi steven.
" Halo" sapa Bella saat sambungan mulai terhubung.
" Hai. Ada apa nih... Kok cemberut gitu?"
Saat ini mereka memang melakukan video call. Jadi steven bisa melihat raut wajah Bella yang cemberut.
" Gua kesel banget!" ucap Bella mencurahkan kekesalannya.
" Kesel kenapa?"
" Dirumah nggak ada orang. Jadi gua makan malam sendirian. Tahu gitu tadi gua makan malam sama kalian. "
" Memangnya kemana mereka?" tanya steven penasaran.
" Mereka makan malam diluar. Biasa anak manja lagi berulah " jawab Bella menjelekkan nama Clarissa.
Jika biasanya steven akan marah mendengar hal seperti itu. Kini malah sebaliknya. Dia hanya diam menatap Bella dengan tatapan yang sulit di artikan.
Bella bingung dengan respon steven yang seperti itu.
" Kok lo diam aja sih!"
" Terus gua harus bagaimana dong? Apa harus ngelempar nih ponsel? Rugi lah gua!" ucap steven sambil tergelak.
" Ya bukan gitu juga dong steven. Sudah lah... Mau curhat malah tambah pusing," gerutu Bella sambil memutuskan sambungan tanpa berpamitan terlebih dulu.
Lagi-lagi Steven seolah menemukan sosok lain dari Bella. Gadis yang biasanya terlihat sabar itu terlihat tidak bisa menahan emosi.
Tak ingin memikirkan hal yang tidak penting Steven melanjutkan kegiatannya yang sempat terputus.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Tak terasa sudah dua bulan lebih Clarissa tinggal di apartemen. Hubungan dengan papanya semakin membaik.
Selama ini Clarissa masih menjadi jaga jarak dengan Bella dan teman-temannya. Dia malah semakin dekat dengan Rendi dan Gladys.
Meskipun Gladys menyukai Rendi, namun tidak membuatnya menjauhi Clarissa. Dia sadar perasaan tidak bisa dipaksakan.
Rendi memang semakin dekat dengan Clarissa. Bahkan tak jarang Clarissa bermain ke rumah Rendi. Bahkan si kembar sangat lengket jika ada Clarissa.
Saat ini Clarissa sudah berniat untuk mengunjungi sang papa di kantor. Dia juga meminta sang papa untuk menyuruh sopir menjemputnya.
" Cla!" panggil Rendi begitu Clarissa ingin naik mobil jemputan sang papa.
" Ada apa Ren?" tanya Clarissa dengan lembut.
" Lo punya waktu sebentar tidak?"
" Kenapa?"
" Besok gua mau pergi ke panti. Lo mau ikut tidak?" tanya Rendi harap-harap cemas.
" Boleh juga. Jam berapa?" Clarissa mengiyakannya tanpa banyak berpikir.
" Jam delapan."
" Oke... Besok lo jemput aja di apartemen. Ada lagi?"
" Nggak ada."
" Kalau begitu gua berangkat duku. "
" Silahkan. "
Clarissa masuk kedalam mobil. Sang sopir langsung menjalankan mobilnya ke perusahaan milik papanya.
Setibanya di perusahan, Clarissa langsung menuju ruang papanya. Semua karyawan sudah mengetahui identitas Clarissa sebagai putri pemilik perusahaan.
Daniel secara pribadi memperkenalkannya pada karyawan. Tidak ada yang memandang rendah dirinya lagi. Sebab sebelumnya ada yang menyebut Clarissa sebagai wanita tidak baik.
Hal itu membuat Daniel meradang. Bahkan sampai membuat Daniel memecat karyawan itu.
" Selamat siang non rissa," sapa sekretaris sang papa dengan senyum ramah.
" Selamat siang mbak, papa ada kan?" tanya Clarissa tak kalah ramah.
" Beliau masih ada di ruang meeting. Non rissa bisa menunggu didalam ruangan beliau."
" Terimakasih mbak."
" Sama-sama non."
" Kalau begitu saya kedalam dulu ya mbak."
" Silahkan."
Clarissa pun masuk kedalam ruangan papanya. Memasuki ruangan pribadi yang menjadi tujuan selanjutnya.
Clarissa mengambil baju bersih yang tersedia di almari. Kemudian memasuki kamar mandi.
Setelah selesai, Clarissa mengambil mukena yang ada dilemari. Sudah waktunya menunaikan sholat asar jadi dia tidak ingin menundanya.
Clarissa mulai belajar membenahi diri. Dia tahu jika dirinya sudah terlalu jauh dengan sang pencipta. Apalagi keluarganya juga bukan keluarga yang ahli agama.
Kedekatannya dengan keluarga Rendi, membuat Clarissa mulai belajar agama secara perlahan.
Selesai sholat Clarissa merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Dia sangat lelah dan ingin mengistirahatkan tubuhnya sejenak.
Saat matanya hendak terpejam, Clarissa tiba-tiba mengingat cerita ustadzah yang mengajarinya mengaji. Tentang kehidupan setelah kematian.
Manusia hidup didunia ini hanya sekali saja, kemudian dia akan mati dan tidak akan kembali ke dunia ini lagi. Sebaliknya mereka akan dibangkitkan lagi di akhirat kelak dalam bentuk asalnya.
Sekalipun telah berjuta tahun telah hancur ditimbun tanah. Jasad manusia akan di bentuk semula seperti sedia kala dan nyawanya akan dikembalikan kepadanya untuk diminta pertanggungjawaban atas semua perbuatannya.
Hal itu membuat Clarissa dilema. Jika memang itu yang sebenarnya terjadi, maka apa yang sebenarnya terjadi padanya. Padahal dia merasakan sendiri kehidupan itu dengan nyata.
Tanpa Clarissa tahu, sebenarnya kehidupan sebelumnya yang ia rasa itu tidaklah nyata. Itu hanya mimpi yang benar-benar seperti nyata.
Hal itu berawal saat Clarissa bertemu dengan seorang wanita paruh baya. Wanita itu hampir saja tertabrak jika Clarissa tidak menolongnya.
Wanita itu mempunyai keistimewaan bisa melihat masa depan. Betapa sedihnya wanita itu melihat masa depan Clarissa yang begitu menyedihkan.
Dia mungkin tidak bisa mengubah takdir. Namun dia bisa memberikan sedikit bantuan agar Clarissa tidak bertindak bodoh di masa depan. Semua tergantung dari Clarissa sendiri.
Wanita itu memberikan kalung spesial buat Clarissa . Bukan kalungnya yang spesial namun liontin yang ada di kalung itu.
Wanita itu menamai liontin kesayangannya dengan sebutan liontin bintang bulan sabit. Liontin itu mempunyai keistimewaan yang tidak dimiliki kalung lainya.
Wanita itu seolah memberikan kekuatan lewat kalung yang ia beri. Karena kalung itu pula Clarissa seolah telah mengalami kematian dan kehidupan kembali. Padahal itu semua hanya mimpi.
Siapapun yang menggunakan liontin tersebut akan mengeluarkan kemampuan terpendamnya. Seperti saat Clarissa tiba-tiba pandai bermain basket. Masih banyak lagi rahasia yang terkandung dalam liontin itu.
semoga apa yang di rencanakan bela berbalik ke dia biar tau rasa
up up uup
crazy uup dong thor 😷