Aku yang dikhianati sahabat dan suamiku kembali ke masa lalu. Aku tidak ingin memiliki hubungan apapun dengan mereka lagi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sia Masya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32
Waktu terasa cepat berlalu, setahun sudah kami berada di kelas satu. Dan sebentar lagi akan ada ujian kenaikan kelas. Aku, Loly, Sita dan Leo juga semakin akrab. Sebenarnya saat guru mengumumkan bahwa murid yang pintar akan pindah kelas, ada namaku juga. Aku mencoba membujuk wali kelasku dengan berbagai alasan, dan akhirnya aku tetap bersama mereka. Aku bukan nya ingin menghindari Alice atau kabur, aku hanya tidak ingin terpisah dari teman-temanku. Aku sudah sangat akrab dengan mereka. Dan tak ingin berpisah dari mereka lagi seperti di kehidupan sebelumnya.
Kami berempat duduk di meja kantin bersama-sama. Anak-anak bahkan mengira kami telah membentuk sebuah geng karena kami terlihat selalu bersama-sama.
"Ujian kenaikan kelas sebentar lagi, tak terasa ya kita akan naik ke kelas dua."
"Iya, aku harap kita tetap sekelas."
"Harus dong sekelas, benar nggak Leo." Kata Sita sambil memukul punggung nya Leo tanpa sengaja. Leo terbatuk-batuk karena di saat Sita memukul punggungnya, ia sementara meminum air es miliknya.
"Sorry... sorry aku nggak sengaja." Sita mengambil tisu yang ada di atas meja. Leo menerima tisu tersebut. Leo membersihkan mulutnya lalu membersihkan meja dengan tisu karena sempat ketumpahan air es yang tersenggol tangannya saat ia batuk.
"Hati-hati dong Sita, anak orang jadi batuk karena kamu."
"Aku minta maaf ya Leo,"
"Nggak apa-apa."
Sita kembali duduk dengan tenang di tempat nya. Ia takut membuat kesalahan lagi apalagi wajah Leo sempat keliatan kesal walau hanya sesaat.
"Sita nggak sengaja, maafin ya," kataku pada Leo saat dia melihat kearahku dan mengangguk sambil tersenyum. Leo, meskipun sering jalan sama kami, sifatnya yang dingin masih terlihat jelas. Leo bisa dikatakan seperti patung hidup saat bersama kami. Dia hanya akan berbicara saat kami berdua saja.
"Kalian yakin nggak mau pesan makanan? Dan cuma mau minum es saja?" Tanya Loly sekali lagi. Ia sudah menawarkan kepada kami tetapi kami menolak nya. Aku dan Leo hanya minum air es sedangkan Loly dan Sita memilih untuk memesan makanan. Kalau aku sih punya alasan ingin menurunkan berat badanku. Saat ku timbang dua minggu sebelumnya, berat badanku masih 42 kg sekarang naik menjadi 55 kg. Bukankah itu adalah peningkatan yang sangat jauh. Kalau Leo mungkin saja dia memang nggak selera makan. Karena dia biasanya memang seperti itu. Hanya suka jadi penonton dan pendengar.
"Aku lagi program diet."
Leo, Sita dan Loly menatapku tak percaya.
"Ngapain diet, badan mu juga bagus-bagus saja kok."
"Berat badan ku sebulan yang lalu kan 42 kg dan saat ku timbang kemarin malah naik ke 55 kg."
"Tapi kamu lebih cantik kalau berisi sedikit."
"Nggak mau, aku tetap pada program dietku."
"Nggak baik loh diet."
"Aku dietnya juga nggak berat-berat kok."
"Gimana menurut kamu Leo, Dinda lebih cantik kalau berisi sedikit kan." Tanya Loly. Leo sendiri nggak tahu harus menjawab apa, ia memilih untuk diam.
"Leo nggak seru." Loly kecewa karena Leo tak mendukung perkataannya.
"Ke kelas yuk! Lagian kami juga sudah selesai makan dari tadi. Aku bosan nggak tahu harus ngapain."
Kami berempat berjalan besama-sama menuju kelas. Saat melewati ruangan Xc seseorang tanpa sengaja menyenggol ku dan membuat tubuh ku tidak seimbang dan hampir saja wajahku menyentuh lantai tetapi dengan cepat Leo menangkap tubuhku dari belakang.
"Hati-hati," Leo memandang kesal ke arah pria yang menabrak ku tadi.
"Maaf aku nggak sengaja," pria itu sepertinya sedang terburu-buru. "Aku minta maaf ya, aku ada urusan." Saat akan pergi Leo menarik kerah bajunya dengan kuat. "Begitu kah caramu meminta maaf setelah hampir membuat wanita ini celaka."
Pria itu menatap diriku. Ia seperti meminta bantuan ku untuk terlepas dari cengkraman Leo.
"Jangan biarkan dia pergi Leo, orang seperti ini harus di beri pelajaran." Kata Loly.
"Benar, berani-beraninya dia hampir saja melukai Dinda." tambah Sita.
Sebelum masalahnya semakin tambah runyam, aku segera melepaskan cengkraman tangan Leo pada kerah baju pria itu. Dia memasang wajah seperti akan menangis.
"Sudah hentikan. Aku juga nggak terluka kok, anak-anak sudah pada berkerumun." Bisikku pada mereka karena memang saat ini kami dilihatin anak-anak dari kelas lain.
"Sebaiknya kamu pergi,"
"Makasih ya, aku minta maaf, aku sedang terburu-buru."
Pria itu berlalu pergi meninggalkan kami. Tapi setelah ku lihat wajahnya, rasanya tidak asing bagiku, tapi di mana ya kami pernah bertemu?
Loly merangkulku dan kami lanjut berjalan menuju kelas.
"Seperti tidak asing." Tanpa sadar aku mengucapkan kata itu.
"Apa yang tidak asing?" Mereka bertiga menatapku dengan penuh tanda tanya.
"Eh... Nggak, nggak ada kok."
Kenapa ya, hari tidak terasa berjalan dengan begitu cepat. Besok sudah hari senin saja, dan besok juga kami akan mengikuti ujian. Aku mengambil materi yang akan menjadi bahan soal pada ujian hari pertama, yaitu bahasa Indonesia, sejarah, dan biologi. Sungguh aku tidak memperkirakan bagaimana ketegangan pada detik-detik ujian itu berlangsung nanti.
ansk perempuan klu pacaran RUSAKKKK.