Dea sudah menjadi sekretaris dan simpanan Arden Harwell selama 2 tahun. Disaat Arden akan menikah dengan wanita pilihan keluarga nya Dea memutuskan untuk menyudahi hubungan mereka.
Membuatnya dan Arden menjadi mantan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim.nana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12 - Harapan Arden
Saran. Hanya dibaca saat malam.
Setelah berbaikan.
Dea mulai bersikap seperti biasa, seperti beberapa hari lalu sebelum mereka bertengkar.
Sehabis mandi sore, dia langsung berkutat di dapur dan menyiapkan sajian untuk makan malam.
Arden tidak suka dengan daging dan ikan, dia malah lebih memilih sayur. Sekali masak dan langsung habis, seperti itu saja Arden sudah senang sekali.
Sambil memasak sesekali Dea bersenandung menyanyikan lagu cinta. Lagu khas orang-orang tanya sedang dimabuk asmara, seperti Dea saat ini.
Siapa yang tidak bahagia ketika orang yang kita cintai mengatakan tentang pernikahan? bahkan ternyata cintanya pun berbalas, padhal selama ini Dea merasa hanya dia yang mencintai, sememara Arden tidak.
Tapi ternyata dugaannya salah dan Dea sangat bahagia akan hal itu.
Masih menunggu satunya matang, tiba-tiba Arden menghampiri. Sontak saja perhatian Dea langsung tertuju pada pria tampan itu. Apalagi Arden datang dengan bibirnya yang tersenyum kecil, manis sekali.
"Aku rindu aroma masakan mu," ucap Arden, dia memeluk Dea erat dari arah belakang. Bulu bulu halus di dagu Arden membuat Dea merasa geli ketika dagu itu menyentuh pundaknya yang terbuka.
"Padahal baru dua hari aku tidak masak."
"Tapi rasanya sudah seperti 1 tahun."
Dea mencebik, ucapan Arden itu ketara sekali merayunya. Dea lantas mematikan kompor dan memindahkan sayur di piring saji. Sementara Arden tetap memeluk dia dan mengikuti kemanapun pergerakan Dea.
"Ar, ini sudah matang, ayo kita makan dulu," ajak Dea, dia berbalik dan menghadap Arden. Menggantungkan kedua tangannya di pundak sang kekasih.
Dea dan Arden saling tatap.
"Aku bukan hanya rindu Masakan mu."
"Lalu?"
"Aku juga rindu percintaan kita di dapur."
Dea tidak bisa menjawab, karena sepenggal kalimat itu sudah mampu membuat darahnya mendidih. Belum lagi saat Arden mulai mengikis jarak dan memagut bibirnya mesra.
Dengan sekali gerakan Arden menggendong Dea lalu mendudukkan wanitanya ini diatas meja dapur, berdampingan dengan beberapa sayuran yang belum sempat Dea beres kan. Ciuman Arden terus turun, seirama dengan gaun tidur Dea yang ikut turun dan terjatuh diatas lantai.
Menyisahkan tubuh polos dengan lekukan yang menggoda.
Arden selalu terpana melihat tubuh Dea. Dia terus memberikan sentuhan hingga membuat inti sang wanita basah. Dan saat hendak menyatukan diri, tiba-tiba Dea menahan.
"Ar, aku tidak pakai KB," ucap Dea diantara suaranya yang memburu, hanya dengan senyuman Arden dia sudah mendapatkan pelepasan pertamanya.
"Kenapa masih membicarakan itu? kehadiran anak akan semakin membuat hubungan kita kuat sayang," jawab Arden, semua ucapannya selalu saja terdengar manis di telinga Dea, membuatnya semakin banyak menaruhkan harapan.
Dan ucapan itu pula yang membuat Dea pasrah, dia membuka kakinya dan memberi jalan Arden untuk masuk, tenggelam hingga sampai ke tempat yang paling dalam.
Tiap hentakan yang Arden berikan, Dea selalu mendesaah, sampai akhirnya mereka berdua sama-sama tiba di puncak. Arden memeluk tubuh Dea erat, dia sangat berharap benihnya kali ini bisa tumbuh menjadi janin.
Sebuah kehidupan yang akan menyatukan dia dan Dea. Menjadi pengikat untuk selama-lamanya.
Setelah penyatuan panas itu, akhirnya mereka makan malam bersama. Arden mengatakan jika besok dia akan menemui Silvana dan mengatakan hubungan mereka.
Dea mengiyakan, dia akan menunggu bagaimana nanti akhirnya.
Meski Dea sangat yakin, pasti Silvana akan tetap menolak hubungan mereka dan memaksa Arden menikahi Mona.
Tapi kali ini Dea coba percaya, coba percaya bahwa Arden akan berusaha lebih keras.