Memiliki mimpi hidup membina rumah tangga dengan kasih sayang yang tulus nyatanya mimpi itu hanya tingal kenangan. Dijual sahabat terbaiknya sendiri menjadikan awal derita baru bagi kehidupan Wanita bernama Tyara Alkyara Putri, dibenci, dimusuhi. Bahkan dijauhkan dari orang-orang yang dulu menyayanginya. Bahkan status orang tua yang juga tidak memperdulikan akan nasib dan deritanya. Akankah Wanita berumur 20 tahun memiliki sebutan Ara akan mampu bertahan dengan membawa status dirinya yang sudah tidak perawan?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Fatimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
09 ( Meninggalnya Madam )
"Apa Madam yakin rencana ini akan berhasil?"
"Iya Madam yakin, Madam sudah kirimkan pesan kepada Arvan, kita berdoa saja semoga wanita licik itu tak mengetahui niat kita, tapi alangkah lebih baik kamu pergilah soal pertemuan ini biar Madam yang urus."
"Madam serius tidak ingin aku temani?"ujar Tyara.
"Kamu janganlah cemas, madam bisa mengatasinya apalagi jika hanya soal pertemuan, alangkah baiknya kamu pergi kerumah Arvan, kamu pasti sangat menantikan momen bahagia inikan?"
Tyara hanya tersenyum, Madam mengelus pipi Tyara, tak hanya itu Madam pula membel4i pipi mungil bayi dalam gendongan Tyara.
"Madam sangat menyesal telah menghancurkan hidupmu. Maafkan Madam telah melukai kalian dan mengakibatkan hidup kalian sengsara, maafkan Madam."
Wanita yang dulunya sangat membencinya itupun kali ini air matanya tak mampu terbendung, dibantu mengusapnya, Tyara juga menggenggam erat tangan Madam dan tak akan menyalahkannya lagi.
"Madam tidak perlu merasa bersalah, masalalu sudah seharusnya dilupakan dan aku sudah melupakan masa kelam itu, kali ini Tyara percaya Madam pasti bisa, Madam harus semangat."
Diberikan dukungan penuh untuknya, senyum merekah Madam membangkitkan semangat Tyara dan juga dirinya sendiri.
"Terima kasih, Madam tidak akan pernah lupa dengan kebaikan kamu. Madam pula tidak akan patah semangat dan Madam yakin kita pasti akan berhasil, baiklah Madam pergi jagalah diri kamu."
Tyara lalu memberikan pelukannya, namun ketika keduanya dalam rangkulan ada rasa aneh yang tiba-tiba Tyara rasakan, ia merasakan namun tak mengerti firasat apa ini.
"Madam yakin tidak mau aku temani?"ujar Tyara yang sebenarnya tak tega membiarkan Madam pergi sendiri.
"Kamu janganlah cemas semua akan baik-baik saja, Madam pergi, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Sehabis Tyara membalas, langkah Madam mulai menjauh dari tatapannya, rasa cemas berpadu tak enak masih menyitari hatinya yang hingga kini masih tak nyaman.
"Aku harap firasat ini bukanlah firasat yang buruk! Kamu harus tenang dan percaya Tyara ...kamu harus percaya."
Tak membutuhkan waktu sampai berjam-jam Madam akhirnya sampai ditempat yang ditujukan, sialnya sepertinya Madam menempati tempat yang salah lantaran tak terlihat adapun seseorang yang lewat.
Suasana yang sunyi itupun tiba-tiba terdengar tepukan tangan, ketika Madam dihadapkan dengan rasa cemas, Madam seketika membalikkan badan.
Wajah madam nampak mengkerut apa yang ia rencanakan tak sesuai yang ia harapkan, berharap seseorang yang ia harapkan akan datang, namun siapa sangka malah berbalik banding tak seperti yang ia duga.
"Alexa? Bagaimana mungkin?"
Madam tak percaya wajahnya nampak panik diselimuti rasa ketakutan.
"Apa madam menunggu suamiku?"hardik Alexa.
"Tidak! Bagaimana mungkin ini bisa terjadi aku ingat pesan itu jelas-jelas aku kirimkan pada Arvan?"gumam Madam masih tidak bisa mempercayai jika Alexa lah yang datang.
"Pastinya Madam heran kan kenapa malah aku yang datang? Oh iya apa Madam suka dengan kejutanku? Madam jelas percaya kan kalau yang datang ini aku?"
Alexa tersenyum kekeh, Madam sadar selicik apa wanita yang ia hadapi, ia pula yakin kali ini dirinya tak akan selamat berada ditangannya.
Alexa melangkah mendekatkan diri menghampiri Madam, Madam seperti ketakutan perlahan ia memundurkan langkahnya.
"Apa Madam tau aku paling tidak suka yang namanya penghianatan. Madam sudah berjanji akan bungkam mulut, tapi ini apa? Pertemuan ini jelas Madam ingin memberitahu Arvan tentang kebenaran 9 bulan yang lalu kan?"seru Alexa semakin menambah kecemasan Madam.
"Kau terlalu licik, tapi ingatlah tidak selamanya kemenangan akan berpihak padamu. Aku tegaskan pula kali ini kamu tidak akan menang karena aku berada di pihak Tyara. Dia menjadi korban atas keegoisan kamu dan sebaliknya kamu harus menerima karma atas perbuatan kamu, paham!"
Alexa hanya tersenyum kekeh hanya menganggap angin yang lewat atas ancaman yang dilayangkan Wanita dihadapannya ini.
"Apa menurut Madam madam sungguh bisa mengalahkan aku? Madam tidak lupa kan selama 9 bulan aku berhasil menjalankan rencana ini tanpa seseorang tau akan kebenarannya? Mana mungkin Arvan akan percaya dengan ucapan madam ataupun ucapan Tyara tanpa adanya bukti yang kuat? Apa madam sungguh yakin?"tantang Alexa yang kali ini tak main-main lagi.
"Tapi sayangnya semua ini sudah tidak perlu dilanjutkan, Madam sudah berani berkhianat maka Madam pula yang harus menerima resiko."
"Apa maksudmu?"ujar Madam.
"Seseorang yang menjadi penghalang maka aku pastikan orang itu akan pergi, madam sekarang sudah berterus terang berpihak padanya apa mungkin aku bakal memberikan kebebasan untuk Madam, tidak! Jadi rasakanlah."
Tanpa aba-aba plsau itu tertancap tepat diperut Madam, Madam seketika merintih kesakitan, tubuhnya bergelimang banyak d4rah, tubuh lemahnya itupun akhirnya terhuyung jatuh.
Sengaja gagang plsau ia lapisi plastik hingga tidak akan tertinggal bekas sidik jarinya disana.
Tubuh madam sudah tak berdaya, wajahnya yang berubah pucat ia membutuhkan pertolongan, tapi sadar wanita dihadapannya tak akan mungkin memberikan jabatan tangannya sebagai pertolongan.
"Madam sendiri yang menginginkannya, jadi jangan salahkan aku jika aku juga berani berulah! Selamat tinggal dan sampai jumpa di kehidupan yang akan datang Madam, terima kasih atas kerja samanya telah membantuku menjalani kehidupan ini, terima kasih."
"Kamu kejam Lex, aku pastikan kamu tidak akan menang melawan Tyara, kamu tidak akan menang!"
Ditinggalkan begitu saja bagaikan sampah yang tak memiliki arti, wajah Madam nampak semakin pucat banyak d4rah sudah mengotori pakaiannya. Bahkan lantai sudah tak sebersih seperti sedia kala.
"Maafkan Madam Tyara ... maafkan Madam ...."
Bersambung