Rania Zakiyah, gadis berumur 21 tahun yang terpaksa nikah dengan laki-laki yang tidak dikenalnya. Akankah pernikahan mereka berlanjut atau harus berpisah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Star123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Waktu sudah menunjukkan pukul 17.30, Rafa sudah sampai duluan di rumah. Rafa sedikit heran, biasanya jika Rafa pulang maka akan ada pemandangan Rania sedang ngerjain sesuatu. Entah masak, nonton tv atau membaca buku. Tapi hari ini rumah terasa sepi.
"Ran" Rafa mengedarkan pandangannya di setiap sudut ruangan. Tidak ada Rania. Dengan langkah cepat, Rafa pergi ke kamar Rania memanggil nama wanita itu tapi tidak ada jawaban.
"Apa Rania sedang mandi ya?" tanya Rafa pada diri sendiri. Rafa mencoba menelpon Rania, telepon berdering namun tidak ada jawaban dari pemilik nomor tersebut.
Lima belas menit. Rafa masih menunggu Rania didepan kamar, masih mencoba memanggil dan menelponnya. Hasilnya sama. Dengan hati-hati, Rafa membuka kamar yang digunakan Rania. Rania tidak ada dikamarnya.
Rafa melepas jas yang dipakai seharian ini, melonggarkan dasinya dan menggulung lengan kemejanya sampai sikut. Rafa turun ke bawah dan menelpon mertuanya.
"Assalamualaikum, Rafa" suara Bu Tania terdengar. Sepertinya Pak Rudi sedang pergi ke masjid karena yang mengangkat telepon Rafa adalah ibu mertuanya.
"Walaikumsalam, Rafa mau tanya Rania ada disana Bu?"
"Ga ada, Fa. Emang Rania ga ada dirumah?"
"Ga ada, Bu. Rafa juga sudah menelpon Rania tapi tidak diangkat. Ibu punya nomor telepon teman Rania yang bisa dihubungin?" tanya Rafa memijit keningnya. Rasa khawatir menyelimuti Rafa. Bagaimana Rafa tidak khawatir jika jarak kampus dan area penthousenya sangat dekat ditambah hari sudah sore tapi Rania belum juga pulang.
"Aduh, ibu ga punya" Kalimat yang diucapkan ibu membuat otak Rafa kembali bekerja. Rafa akhirnya ingat kalau pacar Grey adalah teman Rania.
"Baik, Bu. Rafa baru ingat sepertinya Rafa punya kontak temannya. Rafa hubungin dulu ya, Bu"
"Iya, Rafa. Tolong nanti kabarin ibu ya"
"Baik, Bu"
Baru saja mau menelpon Grey, terdengar seseorang sedang memencet angka di pintu penthouse Rafa. Rafa langsung memalingkan wajahnya ke arah pintu. Hanya Rafa, Rania dan Bi Rani yang tahu pin tersebut. Tidak mungkin Bi Rani jam segini datang, mau ngapain dia.
Rafa mulai melangkahkan kakinya mendekati pintu. Terlihat cahaya dari luar tandanya bahwa pintu mulai terbuka.
"Rania, dari mana saja kamu?" Tanpa sadar Rafa sedikit meninggikan suaranya. Kekhawatiran Rafa membuat dia lupa jika dia baru saja membentak Rania.
"Bang" lirihnya menatap Rafa yang berdiri tidak jauh dari posisinya. Rafa yang sangat teliti melihat ada yang tidak beres pada Rania. Tumben sekali Rania masih menggunakan jas biasanya Rania akan melepaskannya dan menyimpan ditas. Dengan cepat, Rafa menyingkap jas berwarna putih itu.
"Kamu kenapa?" Rafa memelankan suaranya. Rafa sadar jika dia baru saja membentak Rania.
"Ditabrak orang" Rafa mengangkat kepalanya untuk melihat wajah Rania. Ada genangan di pelupuk mata Rania. Rafa memeluk wanita didepannya. Ada rasa bersalah sudah membentak Rania.
"Sakit?" tanya Rafa dan dianggukin Rania. Sejak tadi Rania ingin sekali menangis tapi malu. Tidak menunggu lama, Rafa langsung menggendong Rania dan membawanya ke sofa yang berada di ruang tamu.
Rafa membuka jas putih dan melempar ke sembarangan. Rafa tidak memperhatikan nama bordiran yang ada di jas tersebut. Kalau tahu mungkin akan ada cerita lain. Tapi sekarang Rafa hanya fokus pada luka Rania.
"Abang bantu"
"Ha? Maksudnya Bang?"
"Kamu bisa ngelakuin sendiri?" tanya Rafa, Rania hanya menggeleng. Tidak mungkin dengan keadaan tangan yang terluka, Rania bisa membuka baju serta celananya.
"Abang ga akan macam-macam. Abang sudah janji sama kamu, Ran" ucap Rafa yang melihat kebimbangan Rania. Mendengar perkataan Rafa, akhirnya Rania mengangguk daripada ga ganti baju.
"Dia suami kamu, Ran. Dia halal untuk menyentuh badanmu dan dia hanya ingin membantu" kalimat yang sejak tadi diucapkan Rania di dalam hatinya
Bohong jika Rafa tidak merasakan perasaan yang panas, hati Rafa juga deg-degan. Ini pertama kalinya, Rafa akan membuka baju wanita. Rafa menyetarakan tingginya dengan wajah Rania karena ingin membuka pengait yang terpasang di jilbab Rania. Hembusan nafas Rafa menerpa wajah Rania. Rania terpaku melihat wajah Rafa yang begitu dekat.
Mata yang bulat berwarna hazel, hidung yang mancung serta bibir yang sexy. Ada sedikit bulu halus diatas bibir Rafa. Rania sampai menahan nafasnya sebentar.
Rania yang terlalu fokus memandangi wajah Rafa melupakan apa yang sedang dikerjakan laki-laki itu. Rafa sudah berhasil membuka kain penutup kepala Rania, menampilkan rambut hitam panjang yang sedikit bergelombang di bawahnya.
"Shit" gumam Rafa dalam hatinya.
Jarak yang begitu dekat membuat mata Rafa dapat melihat leher jenjang Rania yang putih mulus. Rafa menelan ludahnya. Rafa tahu bagaimana Rania, cara berpakaiannya yang sangat tertutup dipastikan jika belum ada laki-laki yang melihat dan menyentuh keindahan yang dimiliki Rania. Rafa menyunggingkan bibirnya. Rafa kembali fokus pada wanita didepannya.
"Bang" Rania menyentuh tangan Rafa ketika Rafa ingin membuka kancing kemeja yang digunakan Rania.
"Biar Rania saja" Rania tersenyum. Bagaimana Rania tidak tersenyum, sudah lima menit menunggu tapi Rafa belum juga membukanya. Tangan Rafa bergetar.
"Eh, iya" Rafa menjauhkan tangannya dan duduk di sebelah Rania.
"Maaf"
"Ga papa, bang. Biar Rania buka dikamar aja, terima kasih" Rania berdiri dan mengambil jas serta jilbab yang tadi dilepas dan ditaruh sembarangan oleh Rafa. Dengan jalan terpincang-pincang, Rania pergi ke kamarnya. Rania menolak bantuan Rafa untuk menggendongnya.
"Bodoh.. Gitu aja Lu tremor, Fa" gumam Rafa yang melihat kepergian Rania dengan rambut yang mengayun.
***
Dikamar.
Rania mencoba membuka kancingnya sendiri dengan pelan. Kaku jelas karena sudah sejam lebih Rania tidak menggerakannya.
"Bagaimana ini?" Rania menggumam. "Andaikan ada ibu pasti ga sesusah ini"
Dengan hati-hati dan pelan, Rania bisa membuka kemejanya. Namun, kejadian tidak terduga ketika Rania akan membuka celana panjangnya. Keseimbangan yang tidak pas membuat Rania jatuh.
Bruk.
"Awwhhhh" Rania berteriak karena sudah jatuh, lukanya juga ikut terkena gesekan. Rafa yang mendengar karena kebetulan sedang kelua dari kamar sehabis mandi langsung membuka kamar Rania.
"Abangggggg, tutup matanyaaaa" teriak Rania ketika melihat Rafa berada didepan kamar. Pemandangan yang tidak pernah dilihat Rafa secara langsung membuat Rafa tidak bergeming.
"Abanggg" teriak Rania lagi. Malu? Jelaslah. Saat ini, tubuh Rania terekspos dengan jelas. Hanya penutup bukit kembarnya dan celana panjang yang baru terbuka separuh menampakan kulit putihnya.
"Maaf" ujar Rafa yang kembali sadar. Rafa langsung menutup pintu kembali. Wajahnya memerah, keadaan Rania yang seperti itu membuat tubuh Rafa panas.
"Sial" Rafa langsung kembali ke kamarnya. Sepertinya dia harus kembali mandi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
beri dukungan di Novel terbaruku juga ya kak, jangan lupa kritik dan saran untuk membangun penulisanku