Aqila gadis cantik berusia delapan belas tahun yang baru saja menyelesaikan pendidikan nya di negara Finlandia.
Malam itu untuk merayakan kelulusan nya, Aqila berhasil kabur dari penjagaan ketat para bodyguard milik kakak nya.
Tetapi siapa yang menyangka gadis itu malah kabur ke sebuah night club terkenal di kota tempat ia tinggal dan terjebak oleh sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan?
Lalu bagaimana kisah selanjutnya? Sesuatu seperti apa yang akan menimpah dirinya? Atau mungkin sebuah jebakan?
Note:- Agar mengerti jalan cerita sebelumnya, disarankan membaca karya "Terjebak Cinta Om Mafia Possesive"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riri_923, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab-32-
"Masih sakit?" Tanya Bram seraya membantu Aqila berjalan.
Sedangkan Aqila yang awalnya meringis menahan nyeri seketika langsung berhenti dan menatap jengah Bram.
"Kamu pikir?" Tanya balik Aqila dengan nada sinis nya.
Bram menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal dengan kekehan pelan nya. "Seharusnya sih udah gak sakit, mungkin" Jawab ragu Bram.
"Cih!" Aqila kembali melangkah perlahan dengan sigap Bram merengkuh pinggang nya dan menuntun nya.
Padahal hari sudah berganti dan terhitung sudah dua hari sejak malam panas itu, tetapi inti Aqila masih terasa nyeri. Mungkin ini lah yang di namakan 'Harimau berbuka puasa'.
Bahkan kemarin, niat hati Aqila ingin menyerahkan formulir pendaftaran tetapi jadi kandas dan berakhir Bram yang menyerahkan nya sendiri.
"Beli peralatan nya besok aja ya, setelah kamu lebih membaik"
"Mau sekarang, minggu depan aku sudah harus mengikuti ospek"
"Yaudah aku gendong aja ya?" Tawar Bram bersiap menggendong istri kecil nya.
"Gak mau, aku mau jalan" Tolak Aqila hendak berjalan.
Tetapi baru saja melangkahkan kaki nya, tiba-tiba tubuh Aqila terasa terbang dan ternyata saat ini dirinya sudah berada di dalam gendongan Bram.
"Jangan keras kepala, kamu malah menyiksa diri sendiri!"
"Ini semua karena kakak ya!" Sahut tak terima Aqila. Tangan nya terangkat dan melingkar di leher Bram menahan bobot tubuh nya karena takut terjatuh.
"Salah sendiri bikin aku emosi" Jawab santai Bram mulai melangkah. "Tapi gapapa deh, sering-sering bikin aku emosi supaya bisa menghukum mu di atas kasur" Lanjut nya dengan tatapan nakal.
"Dasar maniak!"
Bram terkekeh mendengar makian itu, lantas menurunkan Aqila di jok mobil tepat disamping kemudi.
"Kamu masih belum mengenal ku, sayang" Ucap Bram penuh arti menatap mata Aqila cukup lama hingga akhirnya suara seatbelt yang di tekan membuat Aqila tersadar.
"Ishh apaan sih!" Aqila mendorong pelan kepala Bram.
"Hari ini kita habiskan waktu berdua di luar, jadi duduk yang manis"
Setelah mengucapkan itu Bram menutup pintu mobil disamping Aqila dan mengitari mobil lalu masuk di sebelah nya.
Hari ini Bram memilih untuk pergi tanpa supir, tentunya Bram lah yang mengemudikan mobil Lamborghini Veneno Roadster salah satu koleksi nya.
Mobil mulai melaju meninggalkan bagasi dan melewati pekarangan rumah yang sangat luas itu hingga akhirnya keluar dari gerbang utama.
Selama perjalanan baik Aqila atau pun Bram sama-sama diam, tetapi senyum di bibir Aqila terus terukir kala merasakan sejuk nya angin.
Hingga tiba-tiba Bram Menyodorkan tangan nya seperti meminta sesuatu tepat dihadapan Aqila membuat wanita itu mengernyit bingung.
"Mau apa?" Tanya bingung Aqila menatap wajah fokus Bram disamping nya.
"Berikan tangan mu"
"Untuk apa?"
"Berikan saja, jangan banyak bertanya"
Baru saja rasa kesal Aqila lenyap, tetapi perkataan Bram kembali membuatnya kesal. Dengan perasaan kesal akhirnya Aqila memberikan tangan nya tepat di atas tangan Bram.
Seketika tubuh nya di buat membeku kala Bram menggenggam tangannya dan membawanya kearah wajah nya. Sedetik kemudian Bram langsung mengecup hangat punggung tangan itu.
Setelah beberapa saat akhirnya Aqila tersadar dan mencoba menarik tangan nya dari genggam Bram, namun pria itu menahan nya.
"Kak lepas, nyetir yang benar!"
"Gini aja"
"Tapi--"
"Intinya kita akan tetap selamat sampai tujuan" Sela Bram mengeratkan genggaman nya.
Suasana, posisi, dan kehangatan seperti ini lah yang sering Bram bayangkan. Dimana ia menyetir dengan sebelah tangan menggenggam tangan Aqila.
Di iringi suara musik yang mengisi keheningan dan hembusan angin yang masuk melalui celah kaca mobil.
"Mulai saat ini aku akan mewujudkan semua impian ku, bersama mu, Aqila Ivanka.. Upss maksud nya, Aqila Adipati" Ucap Bram dalam hati dan terkekeh pelan.
"Kenapa?"
Bram menoleh menatap istri cantik nya lalu menghentikan kekehan nya dan berganti menjadi senyuman yang Aqila akui sangat manis dan menawan.
"Aku hanya sedang membayangkan hal-hal indah bersama mu nanti" Ujar Bram kembali menatap jalan di depan nya.
Mendengar penuturan itu lantas Aqila langsung memalingkan wajah nya dan mengigit bibirnya dengan pipi bersemu merah.
"Siall! Gak boleh baper!" Peringat Aqila pada dirinya sendiri sebelum akhirnya ia kembali menatap Bram yang saat ini mengecupi punggung tangan nya.
"I love you, my wife"
"I hate you"
"Ingat sayang, benci sama cinta tuh beda tipis. Hati-hati nanti kemakan ucapan sendiri kan malu" Peringat Bram terkekeh pelan.
"Ck, tidak akan!"
"Kita lihat saja, istriku" Tantang Bram menyeringai tipis.
...****************...