NovelToon NovelToon
Permintaan Terakhir Istriku

Permintaan Terakhir Istriku

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Cerai / Penyesalan Suami
Popularitas:260.2k
Nilai: 4.8
Nama Author: idaa_nafishaa

Sepuluh tahun pernikahan, Chiko merasa sudah tidak ada lagi cinta dengan Humaira.

Chiko mengungkapkan keinginannya untuk bercerai, agar bisa menjalin hubungan yang baru dengan Dinda. Sekertaris baru yang sudah menjadi kekasih Chiko selama beberapa bulan terakhir.

Satu bulan memenuhi keinginan terakhir Humairah sebelum bercerai, membuat Chiko merasa bahwa cintanya kepada sang istri masih sama besarnya seperti dulu.

Akankah Chiko memutuskan kekasihnya? atau tetap pada pendiriannya untuk bercerai dengan sang istri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon idaa_nafishaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ucapan Selamat

"Tuan Holik?" Mama sangat terkejut saat melihat kedatangan Tuan Holik, begitu juga Chiko.

Ya, siapa yang tidak mengenal Holik. Pengusaha legendaris di Indonesia. Walaupun beliau sudah vakum dari dunia bisnis, tapi banyak perusahaan yang masih setiap di bawah jaringan kepemimpinan nya.

"Tuan, sungguh kehormatan yang sangat besar hanya berkunjung ke rumah saya," ucap mama.

"Tunggu, tadi Anda mengatakan bahwa adalah yang membuat para investor menarik investasinya terhadap perusahaan saya. Memangnya apa yang saya lakukan terhadap Anda sehingga Anda melakukan itu terhadap perusahaan saya?" tanya Chiko.

"Kamu nanyak?" tanya Holik.

"Tanya saja, karena seingatku aku tidak melakukan kesalahan apapun yang membuat Anda tersinggung."

"Secara bisnis kamu memang tidak melukaiku secara langsung. Tapi perlu kamu tahu bahwa aku sendiri tidak rela jika duniawi yang kamu peroleh saat kamu bersama dengan Humaira, akan kamu gunakan untuk menyenangkan wanita lain yang sekarang menjadi istri kamu."

"Tunggu, kenapa anda membawa nama Humaira? apa hubungannya dengan anda?"

"Kamu nanyak?"

Ah orang tua ini benar-benar membuat aku merasa sangat muak.

"Tuan Holik?" ucap Papa saat dirinya baru saja pulang dan melihat adanya Tuan Holik di rumah mereka.

Tuan Holik berbalik, Awalnya dia fokus menatap Papa Chiko sebelum kemudian pandangannya beralih pada dua gadis kecil yang baru saja turun dari mobil.

"Apa dia anak Humaira?" tanya Tuan Holik.

Papa segera mengajak Aisyah dan juga Almira untuk mendekat dan menganggukkan kepala atas pertanyaan dari Tuan Holik.

Dalam hati Chiko mengatakan 'kamu nanyak?'. Sialnya dia tidak bisa mengatakan hal itu dari mulutnya sehingga membuat Chiko hanya bisa mengumpat di dalam hati.

"Aisyah, Almira?" ucap Tuan Holik yang membuat mama dan papa sekaligus Chiko terkejut karena Tuan Holik mengetahui nama mereka.

"Assalamualaikum, kakek," ucap Aisyah.

"Masyallah, sopan sekali kamu sama seperti ibu kamu. Sayang sekali kamu harus mempunyai ayah yang sangat tidak bertanggung jawab dan terlena dengan kesenangan sesaat."

"Walaikumsalam sayang, sini. Ini adalah kakek kamu. Kakek Holik."

Aisyah mendekati Holik kemudian Holik memeluknya.

Setelah itu, mama mengajak Tuan Holik untuk masuk ke dalam rumah.

"Terima kasih atas kemurahan hatinya, tapi maksud kedatangan saya kesini untuk menjemput Aisyah dan Almira."

"Wah, tidak bisa seperti itu dong. Anda sudah membuat saya di ujung kebangkrutan. Sekarang anda ingin membawa kedua buah hati saya?" tanya Chiko yang sudah hampir emosi.

"Kenapa? Bukankah sebelumnya kamu sudah menyerahkan hak asuh Aisyah dan juga Almira kepada Humaira?"

"Maaf Tuan, saya juga bingung kenapa tiba-tiba ada datang ke rumah saya dengan niatan untuk membawa pergi ke dua cucu saya?" tanya papa.

"Karena mereka juga kedua cucu saya."

"Apa?"

Tak lama kemudian, sebuah mobil Mercedes berhenti tepat di depan rumah keluarga Chiko. Semua mata tertuju pada sosok yang turun dari mobil itu dan pejalan ke arah mereka.

"Humaira?"

Mama yang mengetahui bahwa wanita yang baru saja turun dari mobil itu adalah Humaira, memilih untuk segera mendatanginya dan memeluk menantu yang sudah dianggap sebagai putrinya sendiri.

"Assalamualaikum, Mama." ucap Humaira.

Mama yang sudah berada di hadapan Humaira dengan mata berkaca-kaca memilih untuk memeluk Humaira dan menjawab salam Humaira sambil memeluk Humaira.

Setelahnya Aisyah dan Almira yang mengetahui kedatangan sang Ibu juga segera menghampirinya.

Mama melepaskan pelukannya dan sedikit berpindah untuk memberikan ruang kepada Aisyah dan Almira.

"Ibu? apakah ini benar-benar Ibu? tanya Aisyah.

"Assalamualaikum, putri ibu.." Ucap Humaira sambil berjongkok dan merentangkan kedua tangannya.

"Walaikumsalam, Ibu." Ucap Aisyah dan Almira sambil memeluk Humaira.

"Lihatlah, kebahagiaan yang terpancar dari kedua wajah putrimu saat dia kembali bertemu dengan ibunya. Dimana hati nuranimu sebagai seorang ayah dan kepala keluarga saat kamu memutuskan untuk mengakhiri rumah tangga ini?" ucap Tuan Holik.

"Maaf Tuan Holik, Saya rasa urusan saya dengan anda hanya karena kenapa. Kenapa Anda memerintahkan semua investor yang berinvestasi di perusahaan saya untuk menarik semuanya."

"Chiko, Bukankah aku sudah mengatakannya kepadamu jika aku tidak rela kamu menggunakan harta yang sudah kamu peroleh bersama dengan putri ku, untuk wanita lain."

"Putri?" tanya Papa.

"Ya, Humaira adalah putriku yang hilang dan kini aku sudah menemukannya. Aku sangat merasa marah saat aku bertemu dengan putriku dalam keadaan yang menyedihkan. Tapi kemudian aku merasa bersyukur karena setidaknya dia tidak memilih untuk menghabiskan seluruh hidupnya mengabdi pada pria yang jelas-jelas tidak bisa menghargainya."

Humaira memilih untuk pulang ke rumah lamanya dan mengambil buku catatan yang sempat dia buat, Humaira tahu jika Chiko tidak akan pernah membuka buku itu. Jadi Humaira memutuskan untuk membawa kembali album ke tangan itu.

Setelahnya, Humaira segera menyusul sang ayah ke rumah orang tua Chiko karena tahu Aisyah dan Almira pastilah ada di sana.

Tak ingin berlama-lama ada di sana, Humaira berpamitan kepada kedua orang tua yang sempat menjadi mertuanya itu.

Mama tentu saja tidak bisa menahan air matanya saat dia berpisah secara langsung dengan Humaira.

"Humaira, bisa kita bicara sebentar?" tanya Chiko.

Humaira melihat ke arah sang ayah dan sang ayah menganggukkan kepala.

"Lima menit," ucap Tuan Holik sambil masuk ke dalam mobil di mana Aisyah dan Almira sudah ada di dalam.

Chiko berjalan sedikit menjauh dari kedua orang tuanya agar pembicaraan mereka tidak didengar oleh kedua orang tua Chiko.

"Ada apa, mas?" tanya Humaira.

"Humaira, Apa kamu tahu jika Tuan Holik adalah Ayah kamu?" tanya Chiko.

"Tidak, sebelum aku secara tidak sengaja bertemunya saat di rumah sakit."

"Apa kamu sakit? ah maaf. Aku seharusnya tidak bertanya sesuatu yang akan menyita waktu 5 menit itu. Aku ingin mengatakannya kepadamu jika memang benar kamu adalah putri dari Tuan Holik, orang yang sudah menyebabkan semua investor di perusahaanku menarik investasinya. Aku ingin kamu mengatakan kepada Ayah kamu untuk tidak melakukan itu dan membuat semua investor kembali berinvestasi pada perusahaan aku."

"Mas, apa kamu sadar dengan apa yang baru saja kamu katakan?"

"Humaira, Aku tahu kamu adalah wanita yang baik dan kamu tidak akan tega untuk melihat aku dalam kehancuran. Bukankah aku sudah berbaik hati akan memberikan nafkah serta menjamin kehidupan kedua Putri kita sampai mereka lulus universitas. Bagaimana aku bisa memenuhi tanggung jawab ku itu jika, aku sendiri akan berada di ujung kebangkrutan."

"Mungkin sebaiknya kamu membaca ulang berkas perceraian kita yang dikeluarkan oleh pengadilan agama. Di situ tertulis dengan jelas bahwa aku tidak menerima uang sepeser pun yang akan kamu keluarkan untuk Aisyah dan Almira."

"Humaira..."

"Maaf, kita sudah berbicara lewat dari 5 menit. Aku harus pergi karena aku ingin melepas rindu dengan Aisyah dan juga Almira." Humaira tersenyum untuk terakhir kalinya sebelum dia berbalik badan dan mulai berjalan meninggalkan Chiko.

Namun, baru beberapa langkah. Humaira kembali mundur dan berada di hadapan Chiko lagi.

"Ohya, aku lupa mengucapkan selamat atas pernikahan kamu dan Dinda, semoga pernikahan kamu selalu diberikan keberkahan dan kebahagiaan."

...----------------...

...----------------...

...----------------...

...----------------...

1
Rahmah
Humaira bodoh memaksakan diri sekali
Rahmah
percuma kamu nasehatin suami mu sampai berbusa mulut mu gak akan ngaruh.kasih terapi kejut aja suami KY gitu bodoh betul JD wanita
Rahmah
ini cerita atau apa sih
Siti Aminah
bahasa ny membingungkan..kita hrs pinter2 memahami kata2ny dan menafsirkan ny sendiri
Siti Aminah
good job humaira...bikin dinda kena karma ny...
Dina Sutarlim
bagus
Windarti08
typonya parah banget...
jadi gak nyambung bacanya
siti salamah
laki otak dengkul
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
terimakasih kak..karya yg sangat bagus
saya baca maraton 👍👍👍❤️❤️
Yati Syahira
semoga nggak bisa punya anak dinda d chiko
nabila
knp ceritanya sprt loncat2 ya?
The Lovely
Yg mati itu Dinda apalagi lo yg pantas jdi penghuni neraka jngn ajak" Humaira
Arriati Se
gregetan
Eri Erisyah
beri pelajaran juga buat dinda
Wati Julaeha
aduuh jangan terlalu bertele tele dong ceritanya 😑
💦Mak Phi-khun: Jangan di baca kak. di skip aja 😌
total 1 replies
Nurmalia Irma
seandainya bercerai pada akhirnya akan lebih bahagia pasti wanita yg tersakiti akan lebih memilih bercerai daripada bertahan
Nurmalia Irma
bertanyea tanyeaaa 😂
Nurmalia Irma
lieuuur si ciko mah diihhh
Nurmalia Irma
lieuuur si ciko mah diihhh
Nurmalia Irma
kirain keburu ketauan selingkuh tuh si dinda..aahh ternyata kawin juga tuh mereka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!