Hipotermilove

Geng Lowo Ireng yang setengah jam sebelumnya di chat Den melalui WA agar datang ke rumah bininya, kini pada berbaris rapi seperti akan mengikuti upacara pengibaran bendera. Bedanya outfit yang mereka pakai sepertinya agak menyimpang dari kodratnya, terlihat tidak ada persiapan sama sekali ketika mendatangi rumah Tungga Pratama.

Slamet pakai kaos lengan panjang hadiah dari benih jagung yang dia beli, beli dua pack benih, dapet lima kaos estentik! Meski sama bentuk dan rupanya tapi Slamet tetap senang memakai kaos hadiah dari pembelian benih jagung. Wes, ra urus sama penilaian orang yang mikir dia nggak pernah ganti baju sekalipun! My urip my adventure, jare Slamet.

Yagsa, dia mungkin saking buru-burunya sampai nggak nyadar sandal jepit yang dipakai beda warna. Yang satu kuning, satunya biru. Mana ukurannya juga nggak selaras. Oke, tetap hargai acara kesusu nya mereka demi Den yang bilang suruh ngumpul cepat! Penting, demi hidup dan mati. Kalo kayak gini caranya entah hidup siapa dan kematian siapa yang Den bicarakan di chat tadi. Yagsa seperti bahkan sempat megap-megap saking capeknya dia mencoba menghidupkan motor bebek yang kudu dipancal dulu baru bisa ditunggangi.

Dan Cireng, jangan lupakan si bontot Lowo kita satu ini.. Dia tak kalah menyedihkan dengan kedua temannya dalam hal berpakaian. Celana yang dipakai Cireng sobek! Wajar? Tentu nggak wajar karena celana itu sobek di bagian selangkangan. Dia duduk sambil melipat kedua kakinya seperti wanita menutupi noda menstruasi pada lipatan paha bagian dalam. Sungguh Cireng sangat mengutuk Den karena ngasih informasi seuprit-seuprit.

"Asyu kowe Den, aku ke sini buru-buru banget lho. Mau jait celana.. Suweeek iki, kata mu cepat ke sini. Ini pertarungan antara hidup dan mati. Lambemu hidup mati! Nurjana kamu jadi temen!" Cireng langsung mengeluarkan isi dalemannya.

Den tertawa. Slamet mengusap punggung Cireng sebagai bentuk solidaritas. Yagsa diam saja karena dia nyeker di antara orang lain yang pakai sepatu. Meski Slamet tetap yang paling anti mainstream diantara yang lain. Dia pakai sepatu buat ke sawah. Yang bagian bawahnya ada totol-totolnya seperti sepatu futsal! Keren bukan?

Sandalnya Yagsa di tinggal di depan pintu. Dia sangat nggak peduli meski nanti ada yang iseng mengambilnya, sungguh Yagsa ikhlas lahir batin.

"Bukan Nurjana tapi durjana Ci!" Yagsa membetulkan kosakata Cireng yang salah kaprah.

Den memegang perutnya yang sakit lantaran saking seringnya tertawa terbahak-bahak oleh kekonyolan para temannya yang somplak aja bisa kompak banget.

"Ya maap lah. Tapi, makasih ya semua.. Tadi kalo nggak ada kalian, pasti aku bakal diserang habis-habisan sama om nya binikku yang songong itu." Den berhenti tertawa. Emang udah sepatutnya dia berhenti menertawakan kengenesan para bestinya yang datang demi menyelamatkan dia dari fitnah keji si Pras dan Tikar.

Beberapa menit yang lalu, Den bergerak cepat dengan mengirimkan pesan chat pada para Lowo agar bergegas ke rumah bininya. Pokoknya yang penting cepet sampai! Karena ini menyangkut hidup dan mati, kata Den di dalam pesannya.

Satu persatu para Lowo sampai di rumah Jiwan, Yagsa lebih dulu. Dengan helm batok, rambut klimis dan napas mentok di ujung paru-paru.. Yagsa menemui Den dan keluarga mertua ningratnya.

Nggak butuh waktu lama, Cireng datang dibonceng Slamet. Cireng bahkan masih memegang jarum jahit dan benang di tangannya, saking mikir jika Den ada dalam bahaya. Dia kudu buru-buru mendatangi teman rasa setannya itu.

"Ini kalian mau ngadain atraksi debus di sini? Atau kalian badut ulang tahun? Salah rumah kalau begitu, pergi dari sini! ini bukan tempat kalian!" Pras marah karena rumah Jiwan kedatangan tamu aneh, menurutnya.

"Mereka adalah saksi hidup saat aku memesan kamar hotel di hari itu pa. Yagsa, Slamet, Cireng, mereka yang ikut berjaga di sana selagi aku sama Tisya nyetak cucu buat papa dan mama." Den tak menggubris ucapan Pras.

Tisya terlihat membolakan mata tapi tetap diam aja. Ini suaminya kok makin nggak punya urat malu gini sih, gimana?

Ketiga teman Den saling tatap, belum mengerti tentang situasi yang terjadi. Namun ketika mata mereka mengikuti gerakan mata Den ke arah wanita yang menunduk sambil memainkan ujung blousenya, si paling cerdas Cireng akhirnya paham.

'Hidup mati gundule amblek! Tau gini ngapain aku buru-buru ke sini, p1cek ancen konco siji iki!' Maki Cireng menatap Den tajam.

"Iya om. Kami ada di sana. Cek aja cctv hotel itu kalo nggak percaya. Aku sama Slamet bahkan sempet tukeran nomer sandal sama mbak resepsionisnya. Ya Met ya?" Cireng mendahului para temannya yang lain untuk membela Den dalam situasi yang memojokkan temannya.

"Iya." Slamet manut aja.

"Itu rekayasa kalian saja kan? Dibayar berapa kalian sama Den?" Pras ngamuk.

"Sa, pinjem hp mu bentar." Den meminta hp Yagsa. Pemuda itu langsung memberikan ponsel miliknya begitu saja.

Den mengetik nomer yang katanya adalah nomernya untuk memeras wanita yang masih belum diketahui siapa namanya. Mendadak, Tikar celingukan. Sial! Dia lupa membuang kartu yang masih terpasang di ponselnya! Ini adalah momen amsyong pake banget buat Tikar.

"Kalian ngapain sih? Masih mau bermain drama hah? Buang-buang waktu saja! Lebih baik sekarang kamu ikut aku ke kantor polisi untuk mepertanggung jawabkan perbuatan mu Den!" Ujar Pras percaya diri.

"Dari pada ngajak saya ke kantor polisi, lebih baik anda introspeksi diri saja pak Pras. Tersebab apa? Saya masih bisa memaafkan anda karena fitnah yang anda buat ini. Saya tidak akan melaporkan anda balik ke pihak berwajib karena masih memandang papa mertua saya, jadi.. Untuk kedepannya, saya harap anda tidak berulah!"

"Apa maksud mu?! Lancang sekali kamu!! Sudah salah tapi malah memutar balikan ucapan.. Dasar licik!"

Tanpa diperintah, Cireng dan Slamet langsung meringkus Tikar. Mereka memeriksa apa yang bandot tua itu sembunyikan.. Dan taraaaaaa.. Hasil penggeledahan yang mereka lakukan adalah, mereka menemukan ponsel yang masih bergetar memunculkan nama miss Asiu. Waah.. Namanya Asiu ternyata gaess!

Dan berakhir lah sudah momen menegangkan untuk seluruh umat tersebab Pras, Tikar dan.. Asiu.. diusir pergi dari rumah Jiwan. Sebelum pergi, mereka membuat rekaman pidio yang berisi permintaan maaf Asiu berkaitan dengan rumor yang beredar bahwa sanya dia telah melakukan kesalahan karena memfitnah Den, si pengacara muda berkarisma.

Oke, masalah Den selesai.. Yang tersisa adalah pisuhan untuk dirinya. Yagsa sampai melempar sandalnya ke pangkuan Den.

"Tak pancal ndasmu, modyar kowe!" Yagsa kesal bukan main.

"Siapa yang berani nendang kepala suamiku??? Bilang siapa??? Maju sini!!"

Mendengar suara menggelegar Tisya, Yagsa yang masih memegang satu sandalnya langsung diam seketika.

'Ini istri mu kena sambet squidward apa bagemana sih Den.. Begitu amat ngomongnya dah! Jiwa mimih perih ku yang polos bin lugu ini nggak bisa lama-lama ngadepin keturunan angry bird kayak gitu..' Batin Yagsa nyesek.