Seorang tuan muda pewaris keluarga kaya raya yang menghilang akibat kecelakaan yang dialamainya. Dikabarkan meninggal namun keluarganya tidak percaya karena mayatnya tidak ditemukan. Dan seorang Nenek tua bersama seorang cucu perempuannya menyelamatkan sang tuan muda dalam keadaan hidup walau terluka sangat parah. Sang tuan muda hidup kembali dengan identitas baru karena ditemukan dalam ke adaan hilang ingatan dan cacat pada wajah serta kakinya. Namun naas sang tuan muda di fitnah sehingga harus menikahi cucu sang nenek. Disaat cinta kian tumbuh dihati mereka, sang tuan muda ditemukan kembali oleh orang-orang kepercayaan Keluarganya dan dibawa paksa kembali ke tengah keluarganya. Bagaimanakah kisah sang tuan muda dengan status barunya? Dan bagaimanakah nasib cucu perempuan nenek sang penolong? Akankah cinta mempertemukan mereka kembali?
Inilah kisahnya 👍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Guspitria Kamal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32 Triple Date
'' Bos, rencana sudah berjalan. Tinggal tunggu waktu eksekusi.'' Ujar Beni saat menutup panggilan telepon dari sekretaris divisi perhotelan pusat.
'' Good job. Tapi ingat jangan sampai bocor, di sini dinding bisa bicara.'' Ulas Danu yang sedang duduk di kursi kerjanya.
'' Tapi Nu, apa lo yakin dia pelakunya?'' Tanya Tama yang agak ragu dengan tindakan Danu.
'' Bahkan gue yakin bukan hanya dia pelakunya. Kita lihat saja, setelah ini tikus-tikus busuk itu akan keluar kepermukaan.'' Jelas Danu penuh penekanan.
'' Ok, gue ikut rencana lo.'' Jawab Tama.
Ceklek... Pintu ruangan Danu terbuka.
''Hallo semua.'' Tiba-tiba Tisa muncul dari balik pintu dan di belakangnya terlihat Mayang yang mengikuti.
'' Sayang, kok ga kabari Mas sih kalo mau kesini?'' Ujar Danu yang langsung berdiri menghampiri Mayang. Namun Mayang malah langsung duduk di sofa sebelah Imah.
Sebenarnya Mayang datang karena Tisa tiba-tiba saja menjemputnya tanpa mengabari terlebih dahulu. Alhasil, Mayang tidak dapat mengelak dan terpaksa ikut dengan Tisa. Jujur Mayang sangat malas untuk ke kantor Danu tepatnya tempat kerjanya dulu.
Mayang tidak ingin mendengar omongan yang tidak penting dari mulut-mulut ember kariyawan kantor. Yang paling membuat Mayang kesal adalah saat mereka yang dulu meremehkannya tiba-tiba memujanya bak sang ratu. Bagi Mayang itu terlihat sekali menjilat dan sangat menjijikan. Bahkan tidak jarang juga yang mengejeknya bahkan mengatainya wanita tidak baik.
''Lihat tuh si cinderela lewat, lagaknya sombong banget.'' Bisik seorang karyawan.
'' Bener, palingan dia hamil duluan buat menjerat Tuan Danu. Mana mau Tuan Danu sama gadis kampung macam dia kalo ga di ajak ngamar duluan'' Bisik satunya lagi. Karena itulah Mayang tidak mau datang ke kantor kalau tidak penting sekali.
'' Kok aku ga ada yang nyambut sih?'' Cemberut Tisa.
'' Udah besar juga, masih manja.'' Sahut Beni.
'' Baguslah manja, dari pada bermuka dua. Kadang sok perhatian, giliran dideketin malah sok cuek.'' Sindir Tisa pada Beni. Wajah Beni langsung merah padam menahan malu karena semua yang ada di sana menutup mulut menahan tawa.
'' Apa Kakek tahu lo ke sini?'' Tama bertanya pada Tisa.
'' Tahu lah, kan tadi aku pamit dulu ke kamar Kakek. Tapi Kak, kayaknya Kakek lagi sakit. Muka Kakek pucat banget.'' Jelas Tisa.
'' Jadi Kakek lagi sakit Tisa?'' Mayang langsung kaget, apalagi dia belum sempat juga menjenguk Kakek Agung ke rumah utama.
'' Gimana kalo malam ini kita ke rumah utama sayang, Kakek pasti senang di jenguk kamu.'' Bujuk Danu. Namun Mayang malah tak acuh.
'' Adik ipar, nanti ada rencana mau ke rumah utama ga? Kalo iya nebeng ya.'' Ujar Mayang samabil tersenyum indah kepada Tama.
Tama yang mendapat panggilan tiba-tiba dari Mayang langsung kaget menatap Danu yang raut wajahnya sulit untuk diartikan.
'' A a iya Kakak Ipar, nanti kita sama-sama jenguk Kakek ya Kakak Ipar.'' Jawab Tama tanpa menghiraukan tatapan Danu padanya.
''Jadi sekarang gimana nih, jadi makan siang bareng ga?'' Tisa mukai bosan.
'' Ayok, Nyonya Rangga mau makan dimana?'' Tanya Danu penuh kasih sayang kepada Mayang.
'' Kalo princes maunya makan di mall aja, biar sekalian jalan-jalan hehehe..'' Celetuk Tisa.
'' Ga ada yang nanya princes.'' Jawab Beni.
'' Idih..siapa juga yang ngomong sama situ, EGP Emang Gue Pikirin bleek...'' Kesal Tisa pada Beni yang mengejeknya.
'' Bener juga Tisa, mending kita makan di mall aja. Sekalian Kakak mau belanja banyak, daripada uangnya mubazir buat yang lain mending Kakak habisin aja. Jaman sekarang kan pelakor dimana-mana, bener ga Asben?'' Ucap Mayang menatap Beni penuh makna.
''Ah? A iya Nyonya, dari pada mubazir.'' Jawab Beni sambil melihat Danu sekilas.
'' Hahaha...Kakak bisa aja, kalo ketemu kita gebukin aja rame-rame hahaha...'' Tisa tertawa lepas bersama Mayang yang mentap Danu dengan tajam.
'' Tenang May, Kalo ketemu buayanya biar sekalian kita cincang biar dibikin sate.'' Celetuk Imah. Danu, Beni dan Tama langsung saling tatap seperti ketakutan.
'' Udah cerita buaya pelakornya? Kalo udah kita langsung berangkat sekarang.'' Ujar Tama. Akhirnya setelah membereskan berkas-berkas yang berserakan, semuanya langsung keluar dari ruangan Danu.
Saat mereka akan masuk lift, langkah Mayang terhenti saat melihat Imah dan Beni tidak ikut dalam rombongan.
'' Imah tadi mana?'' Tanya Mayang. Barulah yang lain menyadari tidak ada Imah di belakang.
'' Kalian lanjut saja, biar Imah ikut mobil gue.'' Ujar Tama sebelum melangkah pergi.
'' Halo Ben, lo dimana? Turun sekarang, gue tunggu di lobi.'' Danu menelpon Beni saat mereka sudah di dalam lift.
'' Kamu ikut saya sekarang!'' Imah sangat kaget Tama datang tiba-tiba.
'' Ayo lelet.'' Ucapa Tama saat melihat Imah belum juga bergerak.
'' Maaf Tuan, saya ga ikut. Kerjaan saya masih banyak Tuan.'' Jawab Imah dengan senyum yang terpaksa.
'' Saya bos kamu, kalo saya suruh ikut ya ikut.''
'' Tapi saya ga enak Tuan, apa tidak sebaiknya saya di kantor saja. Kalau semuanya pergi nanti kantor kosong gima----'' Belum selesai Imah bicara tangannya sudah ditarik oleh Tama.
'' Memangnya kamu satpam jagain kantor.'' Kesal Tama sambil terus melangkah dengan menggenggam tangan Imah. Bahkan di dalam lift pun tangan Imah tidak dilepas Tama.
Hampir semua orang yang mereka lewati menatap bingung sampai Imah dan Tama hilang dari pandangan. Imah hanya bisa menunduk mengikuti langkah kaki Tama yang lebih lebar dari langkah kakinya. Sedangkan Tama tersenyum puas karena Imah tidak meronta untuk melepaskan genggaman tangan mereka.
'' Wah Kak rame banget, kita makan yang di sana aja yuk.'' Ujar Tisa saat mereka telah berada di depan resto di salah satu pusat perbelanjaan yang terbesar di kotanya.
Saat mereka akan duduk, tiba-tiba datang seorang wanita putih langsing berpakain pakaian seksi dengan tonjolan dada yang menggoda.
'' Hai Danu, ga yangka ya kita bisa jumpa di sini?'' Ujar Yuki dengan tak tahu malunya memegang lengan Danu. Beni yang sadar langsung memijit pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut nyeri.
Ulah nakal Yuki membuat Danu reflek melepaskan tangan Yuki sambil menatap Mayang yang juga menatapnya dengan tajam. Wajah putih Danu seketika berubah merah, tubuhnya menjadi kaku dan keringat dingin mengucur deras disekujur tubuhnya. Tatapan mata Mayang seakan mampu menghunus jantung terdalamnya, bahkan tanpa aba-aba Danu berjalan mendekat ke samping Mayang yang berdiri disebelah Tisa.
'' Eh mba, bisa sopan ga sih. Main pegang-pegang aja, ga sopan.'' Kesal Tisa yang juga tidak suka dengan sikap Yuki yang sok manja.
'' Halo mba, ketemu lagi kita.'' Ujar Yuki tak menghiraukan ocehan Tisa dan malah menyapa Mayang yang berdiri tepat di samping Tisa.
'' Ketemu lagi?'' Mayang pura-pura bingung dan yang lain jadi penasaran kapan Yuki bertemu Mayang sebelumnya.
'' O iya, Mba yang dikira pelakor itu ya.'' Jawab Mayang dengan wajah sok polosnya. Wajah Danu langsung pucat mendengar ocehan Istrinya, Danu takut kalau Mayang melakukan apa yang di dengarnya waktu dikantor tadi.
'' Apa? Eh Mba, jangan mulai lagi ya. Kalo mulut tu dijaga.'' Bentak Yuki dengan menunjuk wajah Mayang.
'' Tolong jaga sikapmu Yuki, dia Istri saya. Dan saya paling anti dengan orang yang tidak menghormati Istri saya.'' Ucap Danu sedikit emosi.
'' Ini wanita ga ada etikanya. Eh Mba, kalo mau dibilang wanita baik-baik ya baikin dulu pakaiannya. Ish..bikin kesel aja.'' Tangan Tisa sudah terayun ke udara sangking bencinya.
Mendengar kata-kata Danu dan Tisa sontak membuat wajah Yuki memerah karena malu. Takut akan membuatnya lebih malu lagi, Yuki langsung pamit dengan alasan sudah terlambat ketemu kliennya. Hal itu membuat Mayang dan Tisa ketawa cekikikan.
'' Ada apa sih, kayaknya seneng banget.'' Celetuk Tama yang baru saja datang bersama Imah.
Seketika semuanya menatap ke arah Tama, dan bukannya menjawab mereka malah salah fokus dengan tangan Tama dan Imah yang saling bertautan. Imah yang sudah sadar arah tatapan mereka, langsung melepas pengangan tangan Tama.
'' Wah sepertinya kita triple date nih, pantesan lo panik saat Imah ga ikut.'' Ucapan Danu membuat Imah membulatkan matanya, tapi Tama malah menanggapi dengan wajah datarnya.
'' Ralat.'' Beni dan Tisa serentak membantah.
'' Gue ga.'' Mereka serentak menolak lagi.
'' Udah ah, banyak drama. Jadi makan ga nih, ayo sayang mau pesan apa?''. Danu menatap Mayang yang terlihat jengah dengan sikap Danu.
Jujur sebenarnya Mayang percaya dengan hati kecilnya bahwa Danu tidak pernah selingkuh darinya. Apalagi melihat bagaimana sikap Yuki yang terlihat murahan dimatanya. Cuma Mayang kesal saja dengan sikap Danu yang terkesan tidak terbuka padanya.
Sesuai rencana Mayang, setelah makan dia akan belanja menghabiskan uang suaminya. Banyak barang yang berhasil Mayang beli, bahkan yang tidak perlu pun di belinya asalkan lucu dan yang terpenting mahal. Tidak lupa Mayang juga membelikan beberapa pakaian, tas dan sepatu untuk Imah meski Imah terus menolaknya. Tidak lupa juga beberapa potong pakaian untuk Mang Dudung Ayah Imah. Bukannya protes, Danu malah tersenyum bangga karena Mayang menerima nafkah darinya.
Setelah merasa sudah menguras isi dompet suaminya, Mayang akhirnya terlelap tidur dalam dekapan Danu. Saat ini Mayang, Danu, Beni dan Tisa tengah dalam perjalanan menuju rumah utama. Sedangkan Tama mengantar pulang Imah terlebih dahulu.
Danu tidak menghiraukan perdebatan kecil antara Tisa dan Beni yang tengah menyetir di depan. Danu begitu bahagia bisa menghabiskan waktu bersama dengan wanita pujaan hatinya yang tengah tidur dalam pelukannya.
Tepat pukul tujuh malam rombongan Danu sampai di rumah utama. Tidak ingin mengganggu tidur istrinya, Danu menggendong Mayang saat turun dari mobil. Namun tepat di depan pintu rumah, Mayang terbangun.
'' Sudah sampai Mas?'' Ujar Mayang setengah sadar. Kemudian Danu menurunkan Mayang pelan-pelan.
'' Iya sayang, kamu kecapean jadi Mas gendong aja lagi.'' Jawab Danu.
Tiba-tiba terdengar suara teriakan minta tolong dari dalam rumah. Dengan cepat Danu dan Beni berlari masuk ke arah sumber suara dengan diikuti Mayang dan Tisa dibelakangnya.
'' Ada apa Bik? Kenapa teriak-teriak?'' Ujar Danu dengan wajah panik.
'' Tuan Besar Tuan, Tuan Besar.'' Bibik terlihat sangat panik.
'' Kakek kenapa Bik?'' Sahut Danu.
'' Tuan Besar jatuh dari tangga samping rumah dan tidak sadarkan diri.''
'' Kakeeek.'' Pekik mereka bersamaan.