[Mohon maaf novel ini, aku tulis ulang karena suatu hal]
Nolan Cahya seorang pengangguran atau NEET selama 20 tahun yang mengalami kecelakaan saat menyelamatkan seekor kucing di tengah jalan.
Namun, Nolan tidak pergi ke Nirwana melainkan dia bereinkarnasi ke dunia lain sebagai Dungeon Master atau Tuan bawah Tanah oleh Sistem Kehidupan.
Nolan yang hidup di dunia lain, dia pun mendapat beberapa skill dan perlengkapan yang luar biasa.
Dan, tujuan Nolan sendiri hidup di Dunia lain ingin melanjutkan kehidupan NEET.
Inilah kisah pria bernama Nolan Cahya dan Dungeon nya ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon [ Fx ] Ryz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dungeon Master| Chapter 31. Permintaan warga Desa
...Chapter 31. Permintaan Warga Desa....
Saat ini aula pertemuan di Mansion lantai pertama sedang dipenuhi oleh warga desa korban dari penyerangan bandit.
Aku pikir mereka pasti takut saat tiba di Dungeon namun, setibanya disana pemikiran ku salah. Warga desa terlihat sudah beradaptasi dan itu berkat dari Keisha juga Arin yang sedang menangis di pelukan seorang wanita paruh baya.
Aku menduga wanita paruh baya itu Nenek dari Arin.
Setibanya aku disana, semua arah pandang tertuju kepada ku seakan-akan meminta kata sambutan dari ku dan aku pun melakukan nya.
"Selamat datang di Dungeon ku, Aku Nolan Cahya pemilik dari Dungeon ini. Kalian tidak perlu khawatir karena aku tulus menolong kalian untuk tinggal sementara di Mansion ini."
Saat mendengar ucapan ku itu semua warga saling bertukar senyum.
Lalu, aku memerintahkan Nier dan Muru kembali melakukan aktifitas nya dan mereka pun menghilang.
Beberapa saat kemudian, Arin berjalan dengan pria seusianya dia memiliki badan yang tinggi dan memiliki rambut pirang. Mereka datang menghampiri ku.
"Tuan Nolan, dia Lazio. Putra dari kepala desa kami," ucap Arin yang memperkenalkan pria berambut pirang.
Pria yang bernama Snow itu membungkukkan badannya dan memperkenalkan dirinya.
"Saya Lazio, putra dari kepala desa. Terimakasih kepada Tuan Nolan telah bersedia membantu kami," jawab Lazio.
"Jika kamu putranya, dimana kepala desa?"
Lazio menundukkan kepalanya, "Ayah dan ibu tidak selamat."
Sesaat aku teringat akan pasangan suami istri yang terbunuh di depan rumah yang cukup besar dari penampilan pandang Nier.
"Maaf, Tuan Nolan. Kedua orang tuaku tidak berhasil selamat," jawab Lazio.
"Begitu, aku turut berdukacita."
"Tuan Nolan, bolehkah kami meminta sesuatu?" pinta Lazio.
Aku yang mendengar itu tersenyum kecil, "Lazio, lebih baik kita bicara di tempat lain. Ikut dengan ku!"
"Baik, Tuan Nolan," jawab Lazio yang mengikuti ku.
Lalu, aku pun membawanya ke ruang pertemuan yang mana Lazio dan Arin duduk dihadapan ku sedangkan Miku berdiri di belakang ku.
"Lalu, apa permintaan mu?"
"Kami ingin tinggal disini sampai peperangan berakhir," jawab Lazio.
Aku yang mendengar itu sontak terkejut, "Peperangan? apa maksudmu?"
Lazio pun menjelaskan bahwa kerajaan Bellanova dan Kerajaan Salvation sedang berperang dengan alasan yang dia tidak ketahui. Namun, akibat perang itu yang menderita adalah rakyat kecil.
Mendengar itu, aku menghela nafas panjang lantaran aku teringat akan kehidupan dahulu yang mana para Pejabat selalu memikirkan diri sendiri dan melupakan penderita rakyat kecil.
Semua dunia ternyata sama saja.
Meski aku merasa iba dan kasihan terhadap mereka. Aku tidak boleh lemah dan Naif. Lebih dari itu, aku tidak ingin keberadaan mereka akan merugikan Dungeon.
Maka dari itu, aku pun terpikir sesuatu.
"Aku bisa saja menolong kalian tapi, kalian memiliki dua pilihan?!"
"Apakah itu, Tuan Nolan?" tanya Lazio.
"Satu, seperti yang kukatakan sebelumnya, aku akan memberikan tempat ini untuk kalian tinggal dengan makanan dan minuman yang kalian harus cari sendiri diluar Dungeon."
"Dan, yang kedua?" tanya Lazio.
"Kalian akan tinggal dan bekerja di sini sebagai Budak ku."
Mendengar itu, Arin dan Lazio terkejut. "Apa budak?"
"Benar, kalian akan menjadi budak Dungeon ini meski begitu, aku akan mendirikan desa di Dungeon ini yang mana kalian bisa mengelola dan mengkonsumsi perkebunan juga peternakan dilantai itu dan keselamatan kalian, aku yang jamin.
"Lalu, apakah kami akan jual jika memilih yang kedua?" tanya Lazio.
Aku tertawa remeh mendengar hal itu, "Aku tidak serendah kalian seperti kalian wahai manusia. Aku hanya tidak ingin merugikan Dungeon dengan membawa kalian semua ke sini dan Status budak, bagiku hanya status pekerja saja."
"Jika memang begitu, apakah anak-anak juga diwajibkan bekerja?" sambung tanya Lazio.
"Itu sudah seharusnya. Aku pikir seorang anak bisa bekerja untuk menyirami perkebunan atau memetik hasil panen."
"Jadi, begitu. Aku mengerti..." ucap Lazio yang sontak terdiam.
Melihat Lazio, aku pikir dia sedang mempertimbangkan ucapan ku maka dari itu, aku akan memberikan nya waktu.
"Baiklah, jika itu perlu dipertimbangkan maka berikan jawaban kepadaku besok pagi!"
Sesaat aku mengatakan itu, Lazio menggelengkan kepalanya dan menelan ludahnya.
"Seperti itu tidak perlu. Aku akan menjawabnya sekarang!" ucap yakin Lazio.
"Dan, apa jawabanmu?"
"Kami akan menjadi budak mu dan akan tinggal di desa Dungeon!"
Aku tersenyum mendengar hal itu, "Baiklah, aku menghargai keputusan mu dan aku akan mempersiapkan nya jadi sekarang, kamu beristirahat lah!"
"Baik, Tuan Nolan," jawab Lazio dan Arin.
Lalu, mereka pun meninggalkan ruangan.
Setelah itu, Aku menghela nafas panjang. "Menjadi budak sebanyak itu di Dungeon? apa aku sudah gila?" Aku pun menyandarkan badan ku di kursi. "Aah, sial! sisi manusia ku seperti nya belum hilang."
...____...
Lazio.
DAH TAU DIHINA, DIPERGUNAKAN, DITIPU MASIH AJA MAU
BINTANG MINUS
-