NovelToon NovelToon
Duka Dua Garis Merah

Duka Dua Garis Merah

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintamanis / Patahhati / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika
Popularitas:587.4k
Nilai: 4.7
Nama Author: alfajry

Pernikahan Brian Zaymusi tetap hangat bersama Zaira Bastany walau mereka belum dikaruniai anak selama 7 tahun pernikahan.

Lalu suatu waktu, Brian diterpa dilema. Masa lalu yang sudah ia kubur harus tergali lantaran ia bertemu kembali dengan cinta pertamanya yang semakin membuatnya berdebar.

Entah bagaimana, Cinta pertamanya, Rinnada, kembali hadir dengan cinta yang begitu besar menawarkan anak untuk mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfajry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidur dengan Rinnada

Flashback Off~

Hari ini Brian belum pulang ke rumah. Zaira sudah menunggunya dari tadi. Dia juga sudah menelpon tetapi ponselnya tidak bisa dihubungi. Padahal besok pagi mereka harus berangkat ke Bandara.

Zaira mencoba menelpon Andre untuk menanyakan Brian, tetapi dia mengatakan Brian sudah pulang dari tadi siang.

Ia mencoba tenang. Mungkin saja Brian sedang banyak urusan untuk menyelesaikan pekerjaannya sebelum libur panjang, pikirnya.

Zaira melirik jam dinding. Sudah pukul 12 malam. Brian tidak pernah seperti ini. Kalaupun dia pulang terlambat, pasti akan memberi kabar.

Zaira mulai khawatir. Hatinya tak tenang. Dia memilih menunggu di ruang tamu. Sesekali ia mengintip dari jendela kalau mendengar suara deru kendaraan mendekat. Lalu menghela napas saat ternyata itu bukan Brian, melainkan kendaraan yang lewat saja.

Jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Zaira menangkup wajahnya yang mulai lelah. Saat itu, dia sadar bahwa Brian tidak akan pulang ke rumah. Dia pun masuk kedalam kamar dan memilih menununggu sambil terlelap.

~

Di sebuah pantai, Brian menggandeng tangan Rinnada sambil melangkah bersama. Dia melihat garis senyum Rinnada mengembang saat menatap ke arah dirinya. itu salah satu Hal yang ia sukai dari gadis itu. Tiba-tiba Rinnada menghentikan langkahnya. Brian yang menoleh kesebelah, bertanya pada kekasihnya.

"Ada apa, sayang? Kenapa berhenti?"

"Aku tidak bisa lagi berjalan, kak". Ucapnya dengan wajah murung. Senyum yang baru saja ia tampilkan dengan indah hilang begitu saja.

"Kenapa?"

Rinnada tertunduk. Dia menggelengkan kepalanya. Lalu dia melepaskan genggaman tangannya dari Brian.

Brian terkejut, dia bahkan tidak ingin melepas genggaman itu. "Kenapa, Rin? Kenapa kau lepas? Sini, pegang tanganku, kita jalan sama-sama, ya?" Pinta Brian pada Rinnada yang mulai mundur beberapa langkah hingga kakinya menyentuh air.

"Kau sudah berubah, kak."

"Ada apa, Rin? Aku tidak mengerti. Cepat, genggam tanganku". Ucapnya pada Rinnada yang terus melangkah mundur.

"Rin, cepat pegang tanganku."

Rinnada menggelengkan kepalanya. "Kau tidak mengenalku dengan baik ternyata. Kau pandai sekali meyakinkan keluargaku". Ucapnya sambil mulai menangis.

"Apa maksudmu, Rin?" Brian ingin sekali maju menarik tangan Rinnada yang perlahan mulai masuk ke dalam air laut, namun kakinya seperti terpaku.

"Rin, pegang aku". Teriaknya pada Rinnada.

"Tidak. Aku menyesal telah mengenalmu. Pergilah. Aku takkan melihatmu lagi. Pergi". Teriaknya sambil terisak-isak.

Brian terkesiap. Dia membelalakkan matanya. Sinar matahari yang menyelinap masuk melalui tirai jendela yang terbuka menyilaukan pandangannya.

Lalu dia mencoba sadar dari kantuknya. Memandang sekeliling ruang yang tidak ia kenali tempatnya. Samar-samar dia mengingat yang terjadi malam tadi.

Saat ingin berdiri, dia merasa badannya terasa amat ringan. Lalu ia melihat tubuhnya yang terlindungi selimut merah jambu dan lebih terkejut lagi saat ternyata hanya dalaman yang menempel di tubuhnya.

Pikirannya mulai kacau. Dia mencoba mengingat lagi kejadian tadi malam, apa yang dia lakukan bersama Rinnada. Yang dia ingat hanyalah Rinnada yang memapah dirinya menuju tempat ini.

Tak lama, Rinnada masuk ke dalam kamar dengan wajah yang cerah. "Selamat pagi, sayang. Sudah bangun?" Sapanya pada Brian yang masih bingung dengan keadaannya sekarang.

"Ada apa, kak?" Tanyanya lalu duduk di tepi tempat tidur.

"Apa yang terjadi kemarin?"

"Apa kakak tidak mengingatnya?" Rinnada tersenyum tipis. Dia lalu mendekatkan wajahnya ketelinga Brian. "Tadi malam adalah malam yang sangat panas".

Mendengar itu, Brian terbelalak. Dia tidak mungkin melakukan itu. Dia cukup tahu batas karena dia masih sangat menyayangi istrinya.

"Hei kau jangan bercanda!" Sanggahnya dengan hati yang buncah. Lalu menyibak selimut dan mengambil baju-bajunya yang tergeletak begitu saja di atas lantai.

"Apa kau menganggapnya candaan? Aku bahkan melepaskan keperawananku untukmu, dan kau menganggapnya candaan?" Wajah Rinnada mulai gusar. Dia berdiri dari duduknya.

"Kau yang merayuku. Lalu setelah itu, kau tidak mengakuinya?"

"Itu tidak mungkin. Aku tahu aku takkan melakukan hal itu". Tandas Brian sambil memakai pakaiannya dengan tergesa-gesa. Dia harus pulang sebab dia akan berlibur dengan Zaira. Pikirannya kacau memikirkan perasaan Zaira karena dia tidak pulang semalam.

"Tega sekali kau, kak" Rinnada menangis terisak-isak. Dia terduduk di lantai.

Melihat isak tangis Rinnada yang menggambarkan betapa hancur perasaannya, Brian terdiam cukup lama. Dia mulai berpikir, bagaimana jika memang dia melakukan itu? Melihat Rinnada menangis, dia sedikit mencair.

Dia lalu berjongkok dihadapan Rinnada.

Rinnada tertunduk. Air matanya terus mengalir. "Kau tahu, sudah tujuh tahun lebih aku berusaha melupakanmu. Tapi aku gagal. Aku gagal Brian!" Sentaknya pada Brian.

"Aku bahkan bekerja keras supaya melupakanmu. Melupakan janji-janjimu. Lalu saat aku bertemu denganmu, aku terkejut kau telah menikah. Segampang itu kau melupakanku. Kau tidak tahu, Brian. Kau tak tahu rasa sakit yang kualami. Tapi kau malah dengan mudah menikahi orang lain!"

Rinnada terisak-isak saat membayangkan betapa hancur hatinya waktu itu saat melihat Brian bersama orang lain. Padahal, lelaki itu dulu berjanji akan menikahinya.

Brian memeluk gadis itu. Dia mengusap lembut rambutnya. Rambut dengan aroma yang sama pada saat mereka berkencan dulu. Rinnada memang benar-benar tidak berubah sedikitpun. Apalagi jika dia benar-benar sudah tidur dengan Rinnada tadi malam, artinya dia harus siap dengan konsekuensinya.

Brian memejamkan matanya. Tadi dia bermimpi Rinnada yang menangis dan tidak mau menggenggam tangannya karena dia merasa Brian berubah. Lalu saat terbangun, Rinnada juga menangis karena kesalahannya. Mungkin inilah maksud mimpi itu, Batinnya.

"Maafkan aku. Aku akan lebih baik lagi untukmu". Ucapnya yang juga meneteskan air mata. Hatinya terasa pilu lantaran harus memilih antara melanjutkan cintanya pada Rinnada, atau kembali kepada Zaira.

*****

'Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan...'

Andre meletakkan ponselnya dengan kasar. Dia merapatkan giginya karena kesal. Dia berbalik arah, melihat Zaira yang menatap kosong ke arah ponsel yang ia putar-putarkan di tangannya.

Terdengar suara napas Zaira yang dibuangnya secara kasar.

"Aku pulang dulu, kak. Kabarin kalau dia ke kantor".

"Sebentar, Ra." Andre duduk di hadapan Zaira. Dia menggulung lengan kemejanya.

"Aku akan ke kota X. Kota dimana aku dan Brian bertemu Rinnada. Kau jangan marah, bila nanti aku sedikit ikut campur masalah ini. Aku hanya merasa perlu bertanggung jawab karena aku yang mengenalkan kalian, jadi.." Andre menghentikan kalimatnya saat melihat raut wajah Zaira yang mendadak berubah.

"Apa ini ada kaitannya dengan mantannya itu?" Zaira seperti menahan tangis. Bagaimana tidak, hari ini seharusnya menjadi hari bahagia karena mereka akan berlibur. Lalu tiba-tiba Brian menghilang tanpa kabar. Jika ini ada hubungannya dengan mantannya itu, Zaira tidak akan tinggal diam.

"Aku tidak tahu." Ucapnya perlahan. Dia memang tidak tahu tetapi karena beberapa hari lalu bertemu dengan Rinnada dengan wajah ceria, dia mencurigainya.

Zaira memalingkan wajahnya. Genangan air mata sengaja ia tahan supaya tidak terjatuh dihadapan Andre.

"Baiklah kak. Lakukan saja. Aku permisi dulu."

Zaira lalu keluar sambil menutup mulut dengan tangannya. Dia tak mampu lagi membendung air matanya.

Bersambung....

Dukung Author dengan cara Like setiap Episode ya. Terima Kasih🤗

(Gambar ilustrasi dikutip dari picture.idoker*en)

1
Cana Galak
Luar biasa
Cana Galak
Lumayan
𝐵💞𝓇𝒶𝒽𝒶𝑒🎀
yg menghancurkan rumah tangga mu bkn dinnara atau siapapun itu tpi dirimu, dirimu sendiri yg menghancurkan itu
Gesuriwati Damiri
Biasa
Gesuriwati Damiri
Buruk
Pingkan Tumbuan
kayak muter2 ceritanya
Elok Pratiwi
cerita yg burukkk ... alur cerits yg ga jelas ... apa yg msu diceritakan ....
Ooem Ummiyati
Kecewa
Ooem Ummiyati
Buruk
zahra ou
gila ja sendiri gk usah bawa temen, ntar tk lapori sama pak pur. polisi baik yg suka giring org model kamu buat dsembuhin
zahra ou: biar joged asolole tak dung dung
total 1 replies
zahra ou
mampus lu
cow gk tahu diuntung
Amilia Indriyanti
jangan biarkan kemungkaran terus merajalela.... 💪💪💪💪💪💪
Amilia Indriyanti
aku paling seneng sama perempuan tegas seperti ini
cinta semu
ngebut baca ny ...Sampek lupa piring dari pagi belum di cuci😁😂next thor
cinta semu
Rinnada itu sakit parah loh....benar kata dokter Revi ...😁😂ichhh....serem
cinta semu
pelakor ny ngamuk gaess 😂😁hancur semua barang2...
cinta semu
baru baca dah nyesek Thor...😢apalagi zaira yg baca hasil tulisan di kertas itu ya.... penasaran 🤔🤔
Npy
klw aku..akupun akan mengambil keputusan yg sama sprt Zaira🍀😊
Tri Astuti
hahaha
Tri Astuti
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!