Kisah Odelia sang putri duyung terpaksa memindahkan jiwanya pada tubuh seorang wanita terdampar di tepi pantai, kerena situasi berbahaya sebab ia di buru oleh tunangan serta pasukan duyung atas kejahatan yang ia tidak lakukan.
Di sisi lain wanita terdampar dan hampir mati mengalami hal yang pilu di sebabkan oleh tunangannya.
Akankah Odelia mendapatkan kembali tubuh duyungnya untuk membalaskan dendamnya serta orang yang telah merebut kebahagian tubuh yang ia ditempati atau Odelia memilih menjalani hidup bersama orang yang mencintainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tilia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 28
Langit cerah musim semi, warna-warna indah bunga bertebaran di setiap sudut kota. Odelia yelah kembali berkerja di toko bersama Penelope, kini mereka tengah sibuk mempersiapkan roti musim semi untuk perayaan parade festival yang akan berlangsung dalam beberapa hari ke depan.
Warga kota menjadi semakin sibuk untuk festival termasuk para pengawal dan prajurit istana. Davian dan Calix mengawasi pembangunan dekorasi di alun-alun kota, Ael mengawasi para pedagang yang berdatangan untuk mengikuti festival dan Davian bertugas di dermaga menjaga keamaan para pendatang yang ikut serta dalam perayaan Bloomtide sedangkan Jamie mendapatkan tugas tambahan setelah tugas membantu dan mengawasi memetik bunga yaitu ikut membersihkan patung di kolam alun-alun kota di awasi langsung oleh Davian.
“Sampai jumpa” Penelope melambaikan tangan pada pekerja dan pelayan toko kemudian mengunci pintu toko.
“Hari yang melelahkan” Penelope menunggu Odelia yang sedang mengunci pintu bagian belakang toko.
“Bagaimana keadaan mu? Baik-baik saja” tanya Penelope.
“Aku baik-baik saja” kedua berjalan pulang di langit senja.
“Ah… aku tidak sabar perayaan Bloomtide”
“Bunga apa yang kamu gunakan, Cath?” Penelope antusias untuk perayaan ini.
“Tulip” Odelia mendengar percakapan para wanita di toko mengenai perayaan Bloomtide yang di laksanakan pada puncak musim semi.
“Bunga yang indah, besok sebelum kita ke toko mari membeli beberapa tangkai bunga untuk membuat karangan bunga” Penelope.
“Baiklah” Odelia ikut senang melihat Penelope yang terlihat menyukai perayaan ini.
Kedua berjalan menuju alun-alun kota, pot-pot bunga dengan warna-wana indah menghiasi sekitar taman kota, tiang-tiang menjulang di langit orange dengan bendera di puncaknya, banyak anak-anak bermain dan berlarian di sekitar kolam.
“Lihat kakak di sana, ia menyikat patung sepanjang hari”
“Hingga wajahnya berubah menjadi hijau!” beberapa anak laki-laki mentertawakan Jamie yang tengah membersihkan dasar kolam.
“Apa yang kalian katakan!” mendengar ejekan itu Jamie kesal mengangkat tongkat sikatnya.
"Lari! Dia akan berubah menjadi monster hijau!” anak-anak tertawa dan berlarian meninggalkan Jamie.
“Ekhm!” Davian yang tengah mengawasi prajurit yang menarik tiang, melirik pada Jamie. Mendengar peringatan Davian, Jamie kembali mengerjakan tugasnya dengan kesal.
Odelia dan Penelope melihat Jamie tengah membersihkan kolam, mereka menghampirinya.
“Ah.. lihat seseorang memasang wajah masam di sini” Penelope dengan sengaja mengoda Jamie.
“Hah!!” Jamie kesal mendengar perkataan itu, ia bersiap berkelahi dengan anak-anak yang kembali mengejeknya. Namun di hadapanya terdapat Penelope yang menyilangkan tangan di dadanya dan Odelia di sampingnya, kekesalan Jamie berkurang.
“Catherine…” Jamie melempar tongkatnya menghampiri Odelia dengan wajah sedih.
“Seseorang mengejek ku barusan” Jamie dengan sedih berdiri di ujung kolam dekat dengan Odelia.
“Gunakan ini” Odelia mengeluarkan sapu tangannya saat melihat wajah Jamie yang kotor.
“Lihat tangan ku kotor, tolong bersihkan wajah ku” Jamie memperlihatkan tanganya yang kotor dan menatap Odelia dengan harapan.
Odelia tersenyum mendekat pada kolam untuk membersihkan wajah Jamie, Penelope segera mengambil sapu tangan Odelia.
“Biar ku lakukan!” Penelope menarik kerah pakaian Jamie dan mengelap wajahnya dengan kasar.
“Aaaaa! hentikan kau merusak wajah tampan ku” Jamie berteriak dengan tindakan Penelope terhadapnya.
“Hentikan, Pen” Odelia tertawa ringan namun ia juga merasa kasihan melihat Jamie mendapatkan hukuman ini.
“Bersihkan wajah mu sendiri” Penelope melepaskan Jamie dan melemparkan sapu tangan ke wajahnya.
“Wanita kejam” Jamie menggerutu dan mengelap wajahnya.
“Apa kata mu!” Penelope mendengar perkataan Jamie.
“Tidak! Aku tidak mengatakan apapun! Sungguh!” Jamie segera mundur beberapa langkah untuk menghindari Penelope.
“Apa yang kalian lakukan?” Davian berjalan mendekat pada ketiganya.
“Selamat sore, Davian” Penelope menyapa Davian dan Odelia tersenyum tipis padanya.
“Sore”
“Ia membuat keributan kembali?” Davian melirik Jamie.
“Tidak! Aku hanya menyapa mereka” Jamie segera memasukan sapu tangan Odelia pada sakunya, mengambil tongkat sikatnya kembali membersikan dasar kolam.
“Bagaimana persiapan mu untuk Bloomtide?” Penelope bertanya.
“Belum terpikirkan” Davian menggelengkan kepalanya, kemudian melihat sekeliling alun-alun kota yang masih dalam persiapan.
“Benar juga” Penelope dan Odelia melihat betapa sibuknya prajurit dan pengawal membantu warga mempersiapkan festival ini.
“Besok kami akan membeli beberapa bunga untuk membuat karangan bunga”
“Jika tugas mu telah selesai, bergabunglah bersama kami di malam hari untuk membuatnya” Penelope dengan senang mengundang Davian.
“Ya, itu benar” Odelia setuju dengan saran Penelope.
“Baiklah” Davian mengangguk.
“Beritahukan Ian dan Ael, jika mereka ingin bergabung” Penelope mengingat temanya yang lain.
“Bagaimana dengan ku?” Jamie mendengar perbincangan mereka.
“Kau bisa pergi saat semua tugas mu telah untas” Davian memberi peringatan.
“Baiklah!” Jamie bersemangat membersihkan kolam. Davian menggelengkan kepalanya melihat temanya ini, Odelia dan Penelope tertawa.
“Sampai jumpa, esok” Penelope dan Odelia meninggalkan alun-alun kota.
......................
“Warna apa yang kamu gunakan, Cath?” Penelope makanan sayuran di piringnya.
“Mungkin putih” Odelia mengambil teko dan menuangkan air pada gelasnya.
“Hanya putih?” Penelope terheran.
“Ya, lalu dengan mu?” Odelia kembali memakan makan malam mereka.
“Kuning dan sedikit putih” Penelope pun menginginkan warna putih.
“Bagaimana dengan yang lain? Mereka akan membawa bunganya sendiri”
“atau kita akan membelikannya untuk mereka?” Odelia mengingat janji mereka untuk membuat karangan bunga bersama.
“Jika besok pagi kita bertemu dengan mereka, mari kita tanyakan atau sore hari kembali ke pasar seperti tidak masalah”
“Bagaimana menurut mu, Cath?” Penelope.
“Tentu saja, itu tidak masalah” Odelia menyetujui ide Penelope. Keduanya melanjutkan makan malam mereka.
......................
Berbagai jenis bunga dengan warna yang beragam memenuhi pasar bunga pagi itu, Odelia serta Penelope berjalan menuju pasar dengan keranjang di tangannya masing-masing.
“Kita akan berkumpul di sini setelah membeli bunga yang di inginkan” Penelope.
“Baiklah” Odelia berpisah dengan Penelope untuk membeli bunga yang mereka inginkan.
Odelia segera mencari bunga tulip yang ia inginkan dan membelinya, berkeliling melihat berbagai jenis bunga yang belum pernah ia lihat Odelia penasaran dan terpesona dengan keindahan setiap bunga yang ia lihat di pasar.
Berhenti pada kios bunga yang menarik pehatianya, menyentuh bunga dengan sarung tanganya ia tidak mengenali bunga indah dengan warna campuran biru serta ungu mengingatkannya pada ekor duyung dan mutiara di perhiasan yang ia inginkan.
“Anda menyukainya, nyonya?” Pedagang kios memperhatikan Odelia.
Odelia tersenyum pada pedagang itu.
“Bunga ini bersalah dari luar kota, warna birunya yang indah mirip dengan mata anda” pedagang itu sedikit terpesona melihat kecantikan Odelia.
“Terimakasih” Odelia kembali tersenyum, sebuah tangan muncul di belakang Odelia dengan sarung tangan hitam membungkusnya. Mengambil ikatan bunga yang di sentuh Odelia, memasukanya pada keranjang di tangan Odelia kemudian membayarnya.
Odelia melihat pria yang menutup tubuhnya dengan jubah hitam, mata ungu yang ia kenali.
“Hymnora” Ael melirik Odelia yang terdiam, kemudian pergi.
Odelia melihat bunga indah di keranjangnya, membalikan tubuh melihat pada Ael yang telah membuka jubahnya dan di keliling beberapa wanita yang senang melihat keberadaan Ael dan memberikannya berbagai jenis bunga.
“Apa ada sesuatu yang menarik, Cath?” Penelope muncul.
“Tentu saja, ia tidak membutuhkan kita untuk bertanya padanya” Penelope melihat Ael di keliling wanita dengan bunga di tangan mereka.
“Ayo, kita harus pergi sebelum Elio mengomel pintu yang belum terbuka” Penelope serta Odelia pergi meninggalkan pasar dan segera menuju toko untuk berkerja.
......................
Dengan keranjang penuh dengan bunga, setelah pulang menutup toko Odelia serta Penelope membeli beberapa warna pita dan lilin untuk menghiasi rangkaian bunga mereka.
Menuju alun-alun kota, kedua bertemu dengan Davian yang memberitahukan bahwa mereka telah membeli bunga yang mereka butuhkan Penelope serta Odelia merasa lega.
“Kak Riny!” Anthony dengan ceria melambaikan tangan pada Odelia.
Odelia berjalan mendekat pada Anthony berdiri di depan keretanya.
“Selamat sore, kak Riny”
“Bagaimana hari mu?” Anthony dengan ceria menyapa Odelia dan mencium tanganya.
“Hari ku cukup baik” Odelia tersenyum dan mengelus kepala Anthony.
“Terimalah bunga ini Kak Riny”
“Dan ini surat dari ibu” Anthony menyerahkan keranjang yang penuh dengan bunga tulip putih dan pink serta menyerahkan surat dari ibunya untuk Odelia.
“Terimakasih, Anthony. Kamu memetiknya sendiri?” Odelia menerima keranjang bunga dan mengambil surat untuknya.
“Ya.. aku memilih bunga terbaik untuk mu” dengan sedikit wajah memerah Anthony mengakuinya.
“Sangat indah. Terimakasih” Odelia kembali mengelus rambut Anthony.
“Kalau begitu, aku pergi dulu”
“Sampai jumpa” Anthony segera memasuki keretanya dan melambaikan tanganya.
Odelia tersenyum ramah melihat kepergian kereta dan berjalan kembali pada Penelope serta Davian.
“Wah… lihat bunga indah ini” Penelope melihat keranjang penuh dengan bunga tulip putih dan pink.
“Kamu mengenalinya, Cath?” Penelope penasaran.
“Ia putra dari Tuan Louise” Odelia mengambil setangkai tulip putih dan memberikanya pada Penelope.
“Pantas saja, bunga-bunga ini sangat indah” Penelope memperhatikan bunga di tanganya.
Keduanya berpamitan pada Davian dan kembali ke rumah untuk persiapan membuat karangan bunga.
...----------------...