NovelToon NovelToon
Turun Ranjang

Turun Ranjang

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Pengantin Pengganti / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:7.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: Ningsihe98

anindira yang baru Wisuda terpaksa harus menikah dengan Dimas dan merawat anaknya yang baru lahir demi keinginan terakhir sang kakak yang meninggal setelah melahirkan anak pertamanya.

dilain sisi Anindira menyayangi kakaknya karen sejak kecil mereka sering bersama karena kedua orang tua mereka yang sibuk bekerja, namun disisi lain Dimas terpaksa menikahi Anin Adik iparnya karena keinginan terakhir alm istrinya

lalu bagaimana kisah mereka? bagaimana mereka menjalani rumah tangga atas dasar "turun ranjang" ? akankah Anindira bisa menggantikan posisi kakaknya di hati Dimas?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ningsihe98, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32

Dimas sudah sampai di kantornya dan masuk lewat lift khusus yang tersedia di sana, ia tidak mau ada orang yang melihatnya terlebih karyawan-karyawannya dulu.

"Bagaimana Hendra?" tanya Dimas duduk di Sofa.

"Ini pak hasil cctv sebelumnya dan juga ini foto orang yang di curigai," ucap Hendra memberi Map coklat.

Dimas membukanya dengan tergesa ia sudah penasaran siapa dalang sebenarnya di perusahaannya, foto yang di sorot pertama adalah karyawannya dan satu lagi yang ia lihat foto Gilang? Dimas mengerutkan keningnya.

"Saya tahu anda akan terkejut dan tak percaya, saya awalnya juga tak menyangka mengapa ada teman anda di cctv ini." ucap Hendra.

"Saya ingin lihat rekaman cctvnya," ucap Dimas.

Hendra membuka Laptopnya dan menunjukan cctv yang ia dapat dari penyelidikan. Dimas melihatnya dengan serius dan benar saja yang masuk keruangannya adalah karyawannya namun cctv berikutnya menunjukkan data yang dibawa karyawannya di berikan pada Gilang.

"Saya rasa bukan pak Gilang pelaku utamanya, setahu saya ia tidak tahu mengenai perusahaan anda dan tidak mungkin pula dia berani mengkhianati anda pak," ucap Hendra.

Dimas menahan amarahnya, kini kesabarannya sudah habis bagaimana bisa setelah Gilang menghilang beberapa bulan dan kini ia kembali dengan dendam padanya? Bukan hanya ingin menghancurkan perusahaannya tapi juga menghancurkan keluarga dia ingin merebut Anin dan itu membuat Dimas makin marah padanya Gilang yang sudah ia anggap saudara kini menusuknya dari belakang.

"Apa kamu punya bukti lain?" tanya Dimas.

"Telepon pak Gilang yang saya curigai karena setelah mendapat data perusahaan beliau menelepon seseorang dan saya mendapatkan cctv lobby." ucap Hendra menunjukan cctv.

Dimas melihat rekaman cctv saat Gilang membuka ponselnya dan mencari nomor, Dimas mencoba melihat siapa yang Gilang telepon namun nama dan nomornya tidak jelas terlihat di cctv dan hanya itu satu-satunya bukti untuk pelaku kedua.

"Panggil Novan suruh ke sini!" ucap Dimas.

"Novan sudah resign sejak anda keluar dan kami tidak tahu dimana dia sekarang." jawab Hendra.

"Resign?"

Dimas mengepalkan tangannya ia sudah tahu pasti karyawannya itu sudah mendapatkan uang dari Gilang. Hanya saja ia penasaran mengapa karyawannya tega mengkhianatinya. Dimas meminta Hendra menyalin datanya di Flashdisk dan juga bukti-bukti data yang di dapatkan. 

Dimas berjalan ke ruangan privasi kantornya yang berada di ujung menghadap kota Bandung yang terlihat begitu indah dari tempatnya. Dimas menemui kakak kandungnya yang masih berada di sana, ia sebenarnya tak mau merepotkan kakaknya itu terlebih kini kakaknya memiliki usaha sendiri di Bogor dan keluarganya juga sudah menetap di sana.

"Mas, sudah lihat kan rekamannya?" tanya Dimas.

"Sekarang kamu mau gimana? Mau melaporkan Gilang?"

"Dimas gak tahu Mas, Gilang teman baik Dimas kalau pun melaporkan Dimas takut Anin akan marah karena dia gak tahu yang sebenarnya terjadi," ucap Dimas.

Arya mengesap rokok elektriknya itu sambil mencoba berpikir sejenak, ia pun tak tahu langkah apa yang harus mereka tempuh terlebih ia tahu Gilang adalah sahabat Dimas dan ia juga tahu mengapa Gilang melakukan itu karena ia membenci Dimas setelah menikah dengan Anindira.

Namun ia juga tahu Dimas tidak akan mungkin bisa membalasnya dengan menjebloskan Gilang ke sel begitu saja meskipun sudah memiliki bukti yang cukup jelas.

"Kamu gak merokok Dim?" tanya Arya.

"Sudah berhenti Mas." ucap Dimas sambil melihat laptopnya.

"Berhenti, sejak kapan?" tanya Arya.

"Sejak nikah sama Anin, dia ngelarang Dimas ngerokok mau elektrik atau batang jadi Dimas terpaksa harus berhenti." ucap Dimas.

"Ternyata kamu bisa juga nurut, dulu aja di suruh Ibu buat berhenti banyak alasan," ejek Arya.

"Ibu kan gak sambil ngancam, kalau Anin ngancam katanya kalau Dimas gak berhenti gak di izinin tidur di kamar."

"Sekarang Mas paham kenapa kamu mau perjuangin Anin sampai bermusuhan sama Gilang, Anin memang orang yang tepat selain cantik dia peduli itulah kenapa kalian merebutkan dia, karena kamu sudah mendapatkannya kamu jangan sia-siakan dia sekali kamu lengah banyak musuh menyelinap!" ucap Arya.

Dimas mencerna perkataan kakak kandungnya, ia Dimas benar-benar beruntung ia sampai di buat takluk, ia berdoa semoga ia dapat menjaga Anin seumur hidupnya.

"Sebenarnya masalah ini lebih ke personal, kamu lebih baik temui Gilang dan bicara dengan saling terbuka, kamu lebih mengenal dia dahulu sebelum Anin ingat kata Bapak semua masalah bisa di selesaikan dengan kepala dingin," ucap Arya menepuk bahu Dimas.

"Iya Mas, terimakasih masukkannya Dimas sudah memutuskan untuk menjual saham perusahaan saja setelah selesai masalah ini, Dimas juga ingin memiliki waktu lebih dengan keluarga, kalau Dimas sibuk ngantor tidak punya waktu. Mas tahu kan uang tidak bisa membeli waktu yang sudah berlalu," ujar Dimas.

"Baiklah itu terserah kamu, Mas besok pulang Mas gak bisa bantu banyak tapi kalau kamu berniat menjualnya Mas akan bantu." ucap Arya.

Dimas mengangguk dan berjalan keluar sambil membawa data-data yang ia dapatkan itu, benar kata kakaknya itu lebih baik ia langsung menemui Gilang dan berbicara terus terang dari pada langsung menjeratnya ke proses hukum ia juga tak mau memiliki teman Napi.

*-*-*-*-*

Dimas mengendarai mobilnya menuju bengkel Gilang, ia menurunkan sedikit kaca mobilnya dan melihat ke arah bengkel dan hanya mendapati tiga orang karyawannya saja, Dimas memilih turun dan berjalan ke arah bengkel.

"Maaf Gilangnya ada?" tanya Dimas.

"Mas Dimas, wah sudah lama tidak pernah mampir kesini kebetulan a Gilang teh udah beberapa hari jarang ke sini palingan malem aja biasanya di rumahnya kalau jam segini," ucap karyawan Gilang yang mengenal Dimas.

"Di rumah? Terimakasih ya." ucap Dimas.

"Eh Mas gak mau duduk dulu?" tanyanya.

"Saya lagi buru-buru, kalian juga sedang sibuk, kapan-kapan saya mampir." ucap Dimas sambil berjalan ke mobil.

Dimas berpikir sejenak apakah ia harus menemui Gilang di rumahnya? Ia sudah lama tak pernah datang ke rumah Gilang dan Dimas juga sangat kenal akrab dengan keluarga Gilang jadi tak mungkin jika ia bertemu dengan Gilang di rumah dan membahas masalah ini.

Dimas berpikir sejenak apa yang harus ia lakukan, Dimas memilih ke kantor polisi tempat Dinas ayahnya dulu dan membawa rekaman cctv ia harus mencari tahu siapa yang Gilang telepon saat di lobby karena itu bukti utamanya.

"Selamat siang Dimas." ucap Polisi yang juga teman ayahnya.

"Siang Pak, saya boleh minta bantuan?" tanya Dimas.

"Ada apa?"

"Bisa tolong cari tahu siapa yang di telepon orang ini di cctv terlihat buram jadi saya sulit untuk melihatnya bisa kan pak?" tanya Dimas.

"Tenang saja Dimas kamu serahkan pada saya, nanti saya bantu." ucapnya.

"Terimakasih pak Herman," ucap Dimas.

"Tidak perlu sungkan, apa ada masalah?"

"Tidak, saya mau tahu saja kebetulan lelaki di cctv itu pacar teman saya dia ingin cari tahu siapa yang lelaki ini telepon ia takut selingkuh." ucap Dimas.

"Oh begitu, saya pikir ada masalah serius, bagaimana kabar Bapakmu?" tanya Pak Herman.

"Alhamdulillah baik, kalau begitu saya pamit pak sedang terburu-buru nanti tolong kabari." ucap Dimas.

"Siap Dimas, titip salam pada Bapakmu." ucap Pak Herman tersenyum.

"Baik pak, jangan bilang bapak saya ke sini ya saya takut beliau marah karena tidak mengajaknya." ucap Dimas.

"Tenang saja Dimas." ucap pak Herman.

Dimas tersenyum kemudian berjalan keluar. Ia membuang nafasnya sejenak setidaknya ia harus mencari tahu dulu bukti lainnya sebelum ia menemui Gilang. 

Dimas memilih untuk pulang ke rumah, rasa hatinya kini sedikit tenang karena sudah mengetahui bukti yang sebenarnya dan pelakunya meskipun ia belum meringkusnya sendiri dan satu pelakunya juga belum ia tangkap namun ada kelegaan di hatinya.

Dimas mengendarai mobilnya, ia melihat kemacetan di jalan dan akhirnya terpaksa ikut bermacetan dengan yang lainnya, kalau saja Dimas memakai motor tadi mungkin ia bisa menyalip.

Tiba-tiba seseorang berdiri di depan mobilnya sambil melambaikan tangan, Dimas memperhatikan wanita itu, dan ia tersadar ternyata Friska namun mengapa ia berdiri sambil melambaikan tangan padanya.

"Dimas turun cepat aku butuh bantuan kamu!" ucap Friska mengetok kaca mobil.

"Ada apa?" tanya Dimas malas.

"Ada kecelakan di depan sana tapi ambulan belum datang, tolong bantuin kasihan ibu-ibunya gak sadarkan diri," ucap Friska.

"Kecelakaan tunggal?" tanya Dimas.

"Korban tabrak lari Dim." ucap Friska.

"Bukannya saya gak mau nolongin tapi kalau korban tabrak lari saya bawa saya jadi yang bertanggung jawab." ucap Dimas.

"Keluar dulu Dim kamu lihat dulu!" ucap Friska.

Akhirnya Dimas terpaksa keluar dari mobilnya dan berlari menuju tempat kejadian. Banyak orang-orang yang berkerumun di sana namun bukannya menolong mereka malah sibuk dengan gadgetnya entah itu memfoto atau menvideo korban. Dimas geram akan kelakuan orang-orang yang bukannya bertindak melihat kecelakaan di depan mata. 

"Apa begini kalian melihat orang lain kecelakaan?" ucap Dimas.

Orang yang berkerumunanpun memilih untuk mundur dan membiarkan Dimas sertas Friska mengecek keadaan korban.

"Friska telepon ambulan segera!" ucap Dimas kesal.

Dimas melihat korban seorang ibu-ibu dan sudah tidak sadarkan diri dan saat Dimas membalikan badan korban betapa kagetnya Dimas ternyata beliau adalah Ibu Gilang.

Dimas yang terkejut langsung membopong Ibu Gilang di bantu tukang parkir dan bapak-bapak lainnya ia memilih membawa Ibu Gilang dengan mobilnya bagaimanapun Dimas sangat kenal dengannya.

"Ambulannya akan datang sedikit lambat." ucap Friska.

"Tidak perlu kita bawa langsung aja, kamu ikut saya!" ucap Dimas.

"Baik Dim." ucap Friksa langsung naik ke mobil.

Dimas melajukan mobilnya dengan cepat di bantu orang-orang yang berada di tempat kejadian yang membukakan jalan untuk mobil Dimas agar cepat sampai di rumah sakit. 

Sesampainya di rumah sakit, Ibu Gilang langsung mendapat penangan langsung dari dokter, Dimas dan Friska duduk di luar menunggu pemeriksaan selesai.

"Dim gimana kalau Ibu nya kenapa-napa," ucap Friska takut.

"Kamu bantu saya telepon Gilang." ucap Dimas.

"Gilang? Kenapa?"

"Dia ibunya Gilang, seharusnya dia tahu lebih dulu," ucap Dimas.

"Apa? Ya Allah untung langsung kita bawa." ucap Friska yang terkejut.

Dimas memberikan nomor Gilang pada Friska dan menyuruhnya menelepon dengan ponsel Friksa, ia tahu jika Dimas yang meneleponnya pasti tidak akan diangkat.

"Gimana?" tanya Dimas.

"Dia mau langsung ke sini," ucap Friska.

"Kalau gitu lebih baik saya pulang duluan," ucap Dimas.

"Eh Dim tunggu sampai Gilang datang, Aku juga gak berani kalau nunggu sendirian."

"Dia mau ke sini sebentar lagi juga sampai." ucap Dimas malas.

"Tunggu sebentar lagi!" cegah Friska.

Tak lama dokter keluar dari ruangan dan membuat Dimas mendengar penjelasan dokter tersebut sebelum ia pergi.

"Lalian keluarganya?" tanya dokter.

"Saya saudaranya," jawab Dimas.

"Luka beliau tidak cukup parah tapi kaki kirinya mengalami patah tulang," ucap Dokter.

"Lalu gimana Dok?" tanya Friska.

"Kami akan memasang ring sementara di kakinya." ucap Dokter.

"Baik dokter saya percayakan," ucap Dimas.

Dokter kemudian pergi ke ruangannya tak lama Gilang datang berlarian ke arah mereka, dengan nafas terengah-engah ia menghampiri Dimas dan Friska.

"Dimana Nyokap gue?" tanya Gilang.

"Masih di periksa belum selesai," ucap Friska.

Gilang menatap ke arah Dimas yang duduk di kursi dan mengepalkan tangannya.

"Lo yang udah nabrak nyokap gue kan?" ucap Dimas.

"Apa maksud lo?" jawab Dimas.

"lo benci gue gak usah nyelakain nyokap gue Dim!" teriak Gilang.

"Lo ngomong apa kenapa nuduh gue?" jawab Dimas tak terima.

"Gak usah munafik, gue tahu lo benci gue tapi masalah ini masalah kita gak usah bawa-bawa nyokap gue!" ucap Gilang menarik kerah Dimas.

"Gilang jangan barantem di sini dengerin penjelasan Dimas." ucap Friska mencegah.

"Jelasin apa? Dia jelas-jelas yang nabrak nyokap gue dan sengaja bawa ke rumah sakit buat ngilangin jejak? Gue gak bodoh Dim!" ucap Gilang.

"Dimas yang bawa Ibu kamu ke sini bukan dia yang nabrak Gilang dengerin dulu penjelasannya." ucap Friska.

"gue jelasin pun lo gak akan percaya, kalau loe mau pukul gue pukul aja Lang kalau itu bisa bikin lo senang!" tantang Dimas.

Gilang yang baru saja hendak meninju Dimas terhalang karena dokter datang dan menegur mereka dan membuat Gilang melepaskan cengkramannya di kerah Dimas.

"Jika ingin ribut jangan di sini!" ucap Dokter.

?aaf dokter, bagaimana keadaan Ibu saya?" tanya Gilang.

"saya akan memasangkan pen di kakinya." ucap Dokter kemudian masuk keruangan.

Gilang kembali ingin menghajar Dimas namun Dimas sudah mencegah tangan Gilang terlebih dahulu, ia tak mau wajahnya di jadikan amukan kemarahan Gilang, ia tahu Gilang sedang emosi karena Ibunya menjadi korban tapi bukan berarti ia bisa menghakimi orang begitu saja.

"Gue bukan orang pendedam yang ingin ngancurin hidup orang lain!" ucap Dimas kemudian berjalan pergi.

Gilang terdiam sejenak karena Friska menahannya saat ia hendak menghadang Dimas, Gilang tak bisa menahan emosinya yang sudah memuncak sejak tadi.

"Lang kamu sadar gak sih apa yang kamu lakuin, Dimas itu nyelamatin Ibu kamu dan bawa dia ke sini dan dengan gampangnya kamu nuduh dia kayak gitu!" ucap Friska kesal.

"Karena dia yang udah nabrak!" ucap Gilang.

"Aku yang pertama kali lihat Ibu kamu di tabrak lari waktu dia mau nyebrang dan jalan jadi macet kebetulan aku lihat mobil Dimas makanya aku nyuruh dia buat bantuin dan bawa ke sini dan dia bilang tadi kalau ibu itu adalah ibu kamu." ucap Friska.

"Tabrak lari?"

"Iya aku gak tahu siapa yang nabrak dia, tapi aku inget mobilnya dan orangnya tapi pas ngejar udah lari duluan," jelas Friska.

"Sial!" ucap Gilang mengepalkan tangannya kemudian mengusap wajahnya.

"Kamu gak seharusnya bersikap kayak gitu sama Dimas, aku gak tahu masalah kalian yang sebenarnya tapi aku kenal kalian dari SMA lihat kalian bermusuhan gini rasanya aku gak tega juga," ucap Friska duduk di sebelah Gilang.

"Sahabatan juga gak selamanya baik-baik aja!" ucap Gilang.

"Kamu tahu sahabatan itu bukan hanya saling merangkul tapi saling terbuka dan memaafkan kalau kamu gak bisa memaafkan sahabat kamu sendiri berarti memang ada yang salah sama diri kamu, kalian sahabatan sejak SMP dan bertengkar begitu aja karena wanita!" ucap Friska.

"Lo gak tahu apa-apa!" ucap Gilang.

"Aku memang gak tahu apa-apa, tapi aku rasa yang salah di sini adalah kamu, seharusnya kalau kamu anggap Dimas sahabat kamu biarkan dia bahagia dan dukung dia karena kamu sendiri gak pernah paham masalah yang Dimas hadapi bukan?" ucap Friska.

"Lo belain dia? Bukannya loejuga bikin dia terpuruk?" sinis Gilang.

"Aku sadar Lang, bertahun-tahun aku harap dia bisa melupakan aku karena aku udah jahat dan kamu tahu apa yang udah dia hadapin dia berjuang sendirian Dan sekarang aku ingin dia bahagia buat nebus kesalahan aku yang lalu itu." ucap Friska.

Gilang terdiam tanpa menjawab ucapan Friska, sejujurnya Gilang juga tak ingin bermusuhan dengan Dimas seperti ini hanya karena Anin, tapi rasa hatinya masih terasa sakit sejak Dimas menikahi Anin.

"Sekarang harusnya kamu introspeksi diri kenapa kamu jadi kayak gini dan harusnya kamu tanya sama diri kamu sendiri bagaimana kamu, sekarang Ibu kamu sudah menjadi korban dan Dimas mau membawanya ke sini tanpa melihat siapa dia dan dari mana dia, bahkan tadi dia ngaku saudaranya waktu Dokter nanya." ucap Friska berdiri.

"Thanks udah bawa nyokap gue ke sini" ucap Gilang.

"Aku harus pulang sekarang, anak aku sendirian di rumah." ucap Friska.

"Mau gue antar?" tanya Gilang.

"Gak usah aku naik angkot aja, kamu jagain ibu kamu jangan sampai kejadian terulang lagi." ucap Friska.

Gilang mengangguk menatap Friska yang berjalan pergi, Gilang mengukir senyum sedikit setidaknya ucapan Friska ada benarnya juga dan sedikit menenangkan dirinya.

*-*-*-*-*

Dimas sudah sampai di rumah dengan peluh ia duduk bersandar di sofa. Anin turun bersama Afifa yang baru bangun tidur

"Mas baru pulang, mau makan?" tanya Anin.

"Ambilin minum aja!" ucap Dimas.

Anin menuju dapur dan menuangkan minuman di gelas dan memberikannya pada Dimas, ia langsung meminumnya dengan habis sambil mengambil nafasnya. Anin menatap Dimas yang seperti habis pulang berperang terlebih baju kemejanya juga sudah penuh dengan peluh membuatnya bertanya-tanya apakah mengurus Visa keberangkatan HJdan Umrah begitu sulit?

"Mas langsung mandi ya." ucap Dimas.

"Jangan mandi dulu Mas masih keringetan tunggu sebentar biar peluhnya hilang," ucap Anin.

"Kamu sama Afifa udah makan?" tanya Dimas.

"Sudah Mas, tadi mau nungguin Mas tapi kelamaan." ucap Anin.

"Maaf tadi pas mau pulang ada insiden," ucap Anin

"Ada apa? Mas gak kenapa-napa kan" tanya Anin khawatir.

"Enggak tadi ada korban tabrak lari jadi Mas bantuin dia," ucap Dimas.

"Ya Allah, terus gimana sama korbannya selamat kan?"

"Patah tulang sekarang udah di rawat,"

"Tega ya udah nabrak gak bertanggung jawab main pergi aja, kena balasan dari Allah baru tahu!" ucap Anin kesal.

"Kamu kalau kesel gini tetep cantik ya," ucap Dimas menggoda.

"Itss Mas orang Anin lagi serius,"

"Mas juga serius pantes aja banyak yang ngincar kamu kayaknya Mas harus sering kurung kamu di rumah biar gak banyak yang lihat kecantikan kamu biar Mas aja yang bisa lihat,"

"Mas kok tega?" ucap Anin.

"Enggak bercanda, kamu jangan sering-sering senyum nanti banyak yang suka pokoknya cuman Mas yang boleh lihat kecantikan kamu" ucap Dimas.

"Kalau gitu Anin pake baju gamis hijab syar'i dan niqab biar gak banyak yang lirik," ucap Anin.

"Nah setuju, tapi mata kamu juga cantik bulu mata lentik dan mata coklat,"

"Ya Allah mas, sekarang kan Anin udah sama Mas dan punya anak lagian siapa juga yang mau lirik ibu-ibu beranak gini," ucap Anin.

"Tapi Nin, Mas beneran ingin minta satu pemintaan sama kamu, kamu mulai belajar pakai hijab ya." ucap Dimas serius.

"Mas ingin Anin berhijab?" tanya Anin.

"Iya Anin, wanita muslim itu wajib berhijab apalagi kamu sudah baligh dan sekarang sudah menjadi tanggung jawab Mas sampai ke akhirat, tapi Mas juga gak mau maksa kamu karena behijab itu harus benar-benar tulus dari hati karena banyak yang sudah mantap berhijab tapi hatinya gak tulus mereka membukanya kembali.

"Iya Mas, insyaallah Anin akan belajar Mas mau kan bimbing Anin." ucap Anin serius.

"Mas sebagai imam sudah sewajibnya membimbing istri dan anaknya ke jalan yang benar." ucap Dimas tersenyum.

"Makasih mas pengertiannya," ucap Anin.

"Yaudah Mas mandi dulu ya udah gerah," ucap Dimas pergi ke atas.

Anin tersenyum melihat Dimas yang berjalan ke kamar mereka, dalam hatinya ada ketenangan saat Dimas memberikan pengertian padanya.

Dimas memang bukan orang yang banyak menuntut apapun termasuk pada Anin ia juga tak pernah memaksa Anin mengikuti kehendaknya hanya saja ia mengingatkan jika wanita sudah menikah harus mengikuti perintah suami dan Anin paham akan hal itu dan beruntungnya Dimas selalu membimbingnya dengan benar.

1
Dewi Fuzi
tau darimana aklak nya bagus kan baru sebentar bertemu nya
Calluella Rista Ramall
Sudah baca berulang" tapi tetep nangis juga 😭
Haru Kagami
iya bner ponakannya dimas. ya ampun ini novel pertama kayanya yg aq Prnh baca awal" tau NT. dh lama bgt ternyata.
Haru Kagami
iya bner dh pernh baca cm dh lama bgt aq makanya lupa" inget
Haru Kagami
kaya udh prnh baca cerita ini tpi lupa krn udh di thaun kpn gtu bacanya. ini novel di bikin kapan sh thor
Tiwi
sedih😭
Tihar
keren ceritanya sat-set Nga pake lama
Yuli Silvy
bgus ceritanya Thor ga' terlalu bertele-tele
Yuli Silvy
udah tau mau pergi kok malah d tinggal sndri Anin, kesihan kn Anin😥
Yuli Silvy
🤭🤭🤭
Yuli Silvy
sedih 😭
Yuli Silvy
bgus tu Anin
Yuli Silvy
kesihan bget anin
Yuli Silvy
klo jodoh ga' kn kmn
Yuli Silvy
baru gabung
Defi
🌹
nurul nazmi
bagus
Sundari Sekariputi
bgs ceritanya thor 👍👍👍
🥀Luka tak Berdarah🥀
D sini anin yg pling tersakiti n banyak berkorban🥺🥺🥺
Nur Janah
gagal maning gagal maning 🤭🤭🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!