Pernikahan Impian. Itulah yang di harapkan oleh Kirana Amanda akan rumah tangganya bersama Rasya Adilla Ibrahimi. Namun nyatanya, Pernikahan yang dia Impikan tak sesuai dengan yang ia harapkan. Pria yang sejak awal menjadi penguatnya justru menjadi suami yang selalu membuatnya makan hati hampir setiap waktu.
Akankah Kirana mampu bersabar dengan sang suami yang belum selesai dengan masa lalunya itu? Atau Kirana akan mengambil sikap atas pernikahan Impiannya?
•••••
"Tolong beri aku satu kesempatan sekali lagi. Kali ini aku berjanji akan memperbaiki pernikahan yang kamu impikan selama ini." Rasya Adilla Ibrahimi
"Andai kamu ingkar janji, Tolong izinkan aku membangun pernikahan Impian bersama pria lain.." Kirana Amanda
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kata Cerai
Hari hari telah berlalu. Tak terasa Kirana bekerja bersama Vera sudah hampir satu bulan dan hampir menerima gaji. Betapa bahagianya wanita itu. Dan mungkin ini akan menjadi gaji pertamanya sekarang.
"Kamu kerja gak libur sama sekali nduk?" Tanya Bu Sia, Dia menoleh sebentar kepada Kirana yang sedang makan rujak mangga muda. Bu Sia sampai ngiler sendiri melihat Kirana yang begitu menikmati makanan berupa buah dengan bumbunya yang khas itu.
"Mau libur nanggung Bu.. Bentar lagi gajian.." Jawabnya. Bu Sia mencuci tangannya hingga bersih dan ikut duduk di sebelah keponakan majikannya itu.
"Ibu cuma kasihan sama kamu. Kamu itu lagi hamil, Orang tua kamu juga orang tua yang berada.. Kenapa kamu justru malah kesini buat kerja? Kalau ada sesuatu sama suami itu jangan kabur nak.. Bicarakan secara baik-baik. Ibu bukannya mau ikut campur urusan pribadi kamu.. Cuma Ibu kasihan aja sih, Lihat kamu berjuang seorang diri.." Bukan tanpa alasan Bu Sia berucap sedemikian. Semua orang yang berumah tangga pasti ada cobaannya. Bagi Bu Sia saat kita menghadapi masalah tidak semua masalah akan selesai dengan melarikan diri.
"Tapi masalah Kirana sama suami tidak semudah yang Ibu katakan tadi. Mungkin kata Ibu, Gak semua masalah selesai kalau aku lari gini. Tapi bagi aku, Masalah akan selesai setelah aku pergi dari rumah Bu.. Bahkan Kirana niat mau cerai aja..
"Astagfirullah Nduk.. Bukannya kalian itu nikah baru seumur jagung ya? Jangan pernah bicara tentang perceraian Kirana. Apalagi kamu dalam keadaan hamil begini.." Kirana masih belum bercerita apapun kepada wanita paruh baya itu. Mungkin Bu Sia mengira kalau masalah rumah tangga yang di alami Kirana masalah seperti rumah tangga seperti pada umumnya, Padahal tidak.
"Bu, Ibu gak ngerti.. Yang Kiran alami ini bukan masalah biasa bu.." Kirana menghela nafas panjang.
"Suami Kirana lebih mementingkan wanita lain daripada Kirana sendiri. Bahkan Kirana sering di banding-bandingkan sama mantan kekasihnya yang udah tiada.. Siapa yang kuat coba. Mungkin banyak wanita luaran sana yang bisa bertahan dengan pria seperti itu sampai bertahun-tahun Berharap prianya perlahan akan membuka hati, Tapi Kirana gak sesanggup itu. Hati Kirana juga gak seluas mereka Bu..
Bu Sia diam. Selama hampir satu bulan bersama Kirana, Wanita itu tidak pernah bercerita apapun. Dan mungkin inilah pertama kalinya Kirana buka suara tentang kondisi rumah tangganya selama ini.
"Maafkan Ibu ya? Ibu gak tahu apa yang kamu rasakan selama ini.. Ibu cuma berdoa aja, Semoga hubungan kalian bisa di perbaiki. Karena kata Ibu tadi.. Tidak semua masalah selesai dengan pelarian atau perceraian. Semoga kedepannya bisa di perbaiki lagi.." Kirana mengangguk. Ia mengusap perutnya yang masih merata itu dan berharap semoga semua baik-baik saja.
****
Rasya masuk ke dalam rumahnya. Rumah yang dibeli hanya untuk Nadia. Rumah yang dulu di gadang-gadang akan menjadi rumah masa depannya dengan wanita itu. Sayangnya, Semua pupus begitu saja. Terlebih saat Rasya mengetahui tentang pengkhianatan itu.
"Aden udah pulang? " Rasya tersenyum tipis, Pria itu menuju ke ruang makan dan duduk di salah satu kursi disana. Di kursi yang selalu menjadi tempat Kirana duduk jika saat makan.
"Makan malam dulu ya Den.. Ini Bibi sudah masak makanan yang enak.." Lagi dan lagi pria itu hanya tersenyum. Rasya mulai mengambil nasi serta lauk pauk yang sudah tersedia disana.
"Bibi gak makan? Ini menunya banyak loh.."
"Gak usah.. Bibi makan bentar lagi aja. Ini anak Bibi yang di perantauan telfon.." Bi Siti segera pergi karena memang benar-benar mengangkat telfon dari anaknya.
Rasya mulai menyantap makanan yang di masak oleh Bi Siti dengan nikmat. Entah mengapa nafsu makannya semakin bertambah akhir-akhir ini.
" Kalau masak jangan lupa di kasih gula sedikit .. Nadia kalau masak begitu. Jadi terasa lebih gurih..
Rasya meletakkan sendoknya. Tiba-tiba ucapan itu kembali tergiang. Hatinya berdenyut nyeri mengingat itu. Sekarang ia sadar bahwa ucapannya sangat menyakitkan bagi Kirana.
"Aku merindukanmu. Sedang apa kau di sana, Apa kau juga merindukanku? Apa kabar anak kita.." Sudah sejak beberapa hari yang lalu Rasya merindukan istrinya. Rasa rindu itu tiba-tiba saja timbul di hatinya.
"Aku rasa aku harus menemui mu besok..
.
.
.
Urusan Rani dan Ameena sudah Rasya urus. Rasya memang membiarkan dua manusia itu untuk kabur dan bersembunyi. Jangan kira Rasya tidak tahu dimana mereka berada sekarang. Rasya tahu semua termasuk keberadaan sang istri pun tahu.
Rasya memang belum pergi menemui Kirana bukan tak ingin memperbaiki hubungan. Akhir-akhir ini Rasya memang sibuk karena pekerjaannya yang menumpuk. Belum lagi sikap Umma dan Daddy nya yang terkesan dingin dan datar itu membuat Rasya kepikiran.
"Kapan kau akan datang menemui istrimu?" Baru juga menginjakan kaki di rumah orangtua nya. Rasya langsung mendapatkan pertanyaan dari Daddy nya.
"Insya Allah besok Dad.. "Jawab Rasya dengan tenang. Sedingin dinginnya dan sedatar datarnya Rasya, Pria itu akan tetap lunak di hadapan orang tuanya.
"Baguslah kalau kau bergerak cepat. Lebih cepat lebih baik.." Rasya mengernyit heran dengan ucapan sang Daddy.
"Maksud Daddy? Lebih cepat lebih baik bagaimana? " Akhirnya pertanyaan itu lolos juga dari bibir pria itu.
"Perceraian kalian..
Deg!
Rasya mematung di tempat begitu mendengar kata cerai. Ini bukan Kirana yang bicara tapi Daddy nya.
"Cerai?
"Iya cerai? Kenapa? Apa kau keberatan?" Daddy Abimana meletakkan kacamata beningnya menatap putranya yang terlihat gugup sekali.
"Sebelum kau menikahi wanita itu, Kau harus cerai lebih dulu." Lanjut Daddy membuat Rasya diam seribu bahasa.
"Dad.. Daddy mau jadi pemisah aku dengan Kirana? Daddy sendiri yang menyatukan kami lewat perjodohan itu lalu Daddy sendiri yang akan memisahkan kami?" Rasya tidak habis pikir dengan Daddy nya. Bagaimana bisa Daddy nya tidak memberikan ia kesempatan. Bertemu dengan Kirana dan minta maaf saja dia belum bagaimana tiba-tiba harus cerai.
"Bukankah itu yang kamu inginkan Rasya? Daddy hanya mempermulus semuanya.. Daddy memang menyatukan kalian berdua dan semua itu demi kebaikan mu.. Tapi Daddy tidak terima kalau kau buat kecewa anak orang. Percuma kau bertahan dengan Kirana jika masih ada bayang-bayang Nadia. Percuma kalau kau masih lebih memprioritaskan dua wanita Sinting itu.. Yang ada bukannya Kirana bahagia dia semakin tertekan. ..
Rasya menunduk, Ia tahu ia salah. Tapi apa harus secepat ini keputusan yang di ambil oleh Daddy nya. Perceraian? Tidak! Ia tidak ingin cerai. Ia masih ingin memperbaiki semuanya.
"Cepat susul Kirana. Setelah itu kita kembalikan dia secara baik-baik kepada orangtuanya.." Tegas Daddy Abimana. Rasya menggelengkan kepalanya cepat.
"Jangan Daddy.. Rasya belum minta maaf sama Kirana. Rasya tahu Rasya salah.. Rapi Rasya gak terima dengan perceraian ini.. Rasya akan susul Kirana dan memperbaiki semuanya.."
"Kau bisa perbaiki semuanya di pengadilan nanti..
" Enggak! Sampai kapanpun Rasya tidak akan pernah menceraikan istri Rasya Dad.. " Tolak Rasya lagi.
"Ya udah cerai aja. Nikah tuh sama tengkorak.. Biar para ahli kubur jadi saksinya haha.." Sahut Rayhan secara tiba-tiba. Pria itu muncul dengan pakaian kasual serta kunci mobil di tangan.
"Dad.. Rayhan pamit ya? " Pria itu meraih tangan Daddy nya lalu mencium punggung tangannya. Rayhan beralih melihat Rasya yang diam menahan kesal. Mungkin karena ucapannya tadi. Rayhan mendekati kakaknya itu seraya mengejek..
"Sabar... Orang sabar di sayang setan..
"Kau!! Dasar adik laknat!!.. " Rasya melepas sepatunya hendak ia lempar ke arah sang adik..
" Huuu.. Atut... hahaha!!" Rayhan tertawa lalu pergi dari sana seraya berlari menjauh dari sang kakak.
.
.
.
TBC
syukurin, nyesel kan km sekarang