Namanya Aruna Azzahra, gadis cantik dengan impian sederhana
Cintanya pada seorang pria yang ia pikir bisa membawanya hingga ke Jannah nyatanya harus ia kubur dalam-dalam
Aruna harus hidup dengan pria menyebalkan dan minim ilmu agama. Aksa Biru Hartawan nama yang bahkan tidak ingin didengar olehnya
Bagaimana Aruna menjalani hari-harinya menjadi istri seorang Biru? atau akankah cinta itu datang tanpa mereka ketahui
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUA PULUH TIGA
"Bapak udah pikirin baik-baik?" Agaknya gadis itu masih berpikir bahwa Biru mencintai wanita lain
"Iya!" Jawab pria itu penuh keyakinan "Kamu kenapa nanya gitu?"
"Bapak masih punya waktu untuk memikirkan semuanya lagi pak!" Aruna masih berharap Biru membatalkan rencana perjodohan keduanya, karena sampai hari ini pun gadis itu tak mendapatkan bukti apapun tentang Biru dan wanita lain seperti syarat dari Raffi sang kakak
"Saya sudah sangat yakin Aruna, jadi kamu siap-siap malam ini! Bentar lagi kita pasti nikah" ucapan pria itu benar-benar menakutkan di telinga Aruna
"Maafin Runa kak Yusuf!" Aruna membatin
"Kamu ngomong sesuatu?"
"Hah? Eng-enggak pak" Aruna tergelagap, kenapa Biru bisa tau jika dia tengah memikirkan sesuatu, pria yang aneh memang pikir Aruna
"Ya sudah kalau begitu saya permisi dulu pak" pamit Aruna pada akhirnya, malas sekali rasanya lama-lama diruangan ini
"Kamu nggak mau disini aja?" Tanya Biru terdengar menggoda
"Saya masih banyak pekerjaan pak, permisi!" Gadis itu benar-benar keluar, jantungnya tak aman jika terus berada disini
"Aruna!" Suara Kevin mengejutkannya, ia lalu menoleh kearah sumber suara
"Pak Kevin? Ada apa pak?"
"Tidak ada! Saya hanya ingin mengucapkan selamat"
Aruna mengerutkan keningnya "Selamat? Selamat untuk apa ya pak?" Tanya Aruna yang bingung
"Untuk pernikahan kamu dan pak Biru!" Ujar Kevin "Saya dengar pak Biru semangat sekali membahas pernikahan kalian" pria itu lalu tersenyum kearah Aruna
"Terima kasih pak" tidak ada yang dapat diucapkan gadis itu selain ucapan terima kasih "Oh ya pak Kevin, saya boleh tanya sesuatu?"
"Boleh"
"Apa pak Biru udah nggak kedatangan tamu?" Tanya Aruna, terdengar membingungkan bagi Kevin
"Tamu? Tamu seperti apa maksud kamu?" Kevin benar-benar tidak mengerti maksud dari pertanyaan Aruna
"Ya tamu! Aduh gimana ya ngomongnya!" Aruna jadi bingung sendiri
"Ngomong aja Aruna!"
"Tamu yang seperti waktu itu? Yang bikin muka pak Kevin lecet?" Walaupun tak diucapkan dengan jelas tapi Kevin bisa mengerti 'tamu' yang dimaksud oleh Aruna
"Sudah lama sekali pak Biru tidak berurusan dengan wanita-wanita itu Aruna" jawab Kevin, pria itu memang jujur karena yang membawakan wanita-wanita itu pada Biru adalah dirinya dan sudah sangat lama Biru tak minta dibawakan wanita-wanita itu lagi
"Bapak yakin?"
"Iya! Karena jika pak Biru menginginkan mereka pasti saya yang akan mencarikan. Dan sejak pak Biru tau akan dijodohkan dengan kamu, pak Biru berhenti dengan kebiasaan itu" ujar Kevin dengan yakin membuat Aruna terdiam
Malam hari
"Assalamualaikum mas Firman!"
"Waalaikumsalam pak Sandi, ayo masuk pak, buk" Sandi memang sudah memberi tahu via telepon kalau mereka akan datang malam ini, sehingga Firman dan keluarga sudah bersiap untuk menyambut kedatangan mereka
"Oh ya mas, ini ada sedikit oleh-oleh untuk mas Firman dan keluarga" ujar Sandi saat mereka duduk dikursi ruang tamu lalu meletakkan beberapa paperbag diatas meja
"Waah. Kenapa repot-repot pak Sandi"
"Ah tidak repot kok, lagi pula kebetulan saja dari luar negeri jadi harus beli oleh-oleh" Sandi terkekeh begitupun dengan Firman
"Pak Sandi?" Raffi datang bersama sang istri lalu ikut duduk bersama mereka
"Oh ya, yang ini khusus untuk Mutiara Tante pilihin sendiri semoga Mutiara suka!" Faradina lalu menyerahkan satu paperbag kepada Mutiara
"Waah terima kasih Tante" ujar Mutiara dengan wajah berbinar
"Sama-sama sayang"
"Ya udah sayang, ini kamu bawa kedalam dulu!" Titah Raffi yang diangguki sang istri
"Sebentar ya Tante, om" pamit Mutiara lalu melangkah dengan membawa beberapa paperbag tersebut
Tak lama Mutiara kembali bersama Aruna dengan membawa nampan berisi beberapa cangkir teh dan toples cemilan membuat mata Faradina seketika berbinar
"Maaf untuk hidangannya pak Sandi" ujar Firman tak enak hati
"Tidak masalah mas, sebenarnya saya juga sudah kangen banget sama kue bawang bikinan Mutiara" sambar Faradina
"Ah Tante bisa saja" Mutiara tersenyum, sementara Aruna diam saja sesekali ia melirik dengan ekor matanya pria tampan yang duduk sambil terus menatapnya
"Nih! Buat kamu Khusus!" Biru bangkit dari duduknya seraya menyodorkan buket bunga indah kepada Aruna
Gadis cantik itu melirik kearah semua orang lalu dengan ragu menerima buket bunga pemberian Biru
"Terima kasih pak"
"Sama-sama"
***
Setelah pembicaraan malam itu dirumah Aruna, akhirnya kedua keluarga memutuskan bahwa pernikahan antara Biru dan Aruna diselenggarakan satu bulan dari sekarang
"Kenapa lama banget sih Pah?" Gerutu Biru sejak keluar dari rumah keluarga Aruna
"Kamu sabar dong Biru, kita kan butuh persiapan yang matang" jawab Sandi
"Aku bisa nyiapin pernikahan ini kurang dari seminggu pah"
"Astaga Biru, kamu kenapa kayak kucing gini sih? Kebelet banget kawin" Sandi yang kesal jadi asal bicara
"Jangan asal ngomong pah, kalau Biru kucing artinya kita juga kucing, Biru kan anak kita" potong Faradina sang istri
"Kamu ngomong tuh sama anak kamu!"
Pagi ini dikantor, semua berjalan seperti biasanya. Aruna masih bekerja karena memang pernikahannya masih sebulan lagi
"Aruna!" Panggil seorang rekan kerjanya
"Juan" sapa Aruna saat pria itu berada disisinya
"Mau bareng?"
"Boleh" keduanya memang berada di divisi yang sama, mereka juga cukup akrab sejak awal Aruna bergabung dengan perusahaan ini dan Juan adalah seniornya di divisi tersebut
Keduanya berjalan beriringan menuju ke lantai dimana mereka bekerja, sesekali keduanya saling melempar candaan dan tertawa, namun Aruna tak tau jika apa yang tengah dia lakukan mendapat tatapan mematikan dari seseorang yang baru saja keluar dari mobilnya
"Itu Aruna sama siapa?" Tanya Biru dalam hati, pria itu merasa panas melihat calon istrinya tengah bersama pria lain
"Aruna, kamu dipanggil keruangan pak Biru sekarang!" Titah sang manager
Aruna terkejut, belum sepuluh menit ia duduk dikursinya sudah harus pergi "Ada apa ya Buk?"
"Ya mana saya tau, kamu tanya aja sendiri sama pak Biru!" Ketus atasannya itu, tak tau saja jika yang ia omeli adalah calon istri dari CEO perusahaan tempat mereka bekerja
"Kok Lo sering banget dipanggil keruangan CEO?" tanya Indri sinis
"Ya nggak tau. Kamu tanya aja sendiri sama pak Biru!" Aruna yang kesal tanpa sadar mengikuti ucapan atasannya
"Kamu meledek saya Aruna!" Ucap wanita itu yang ternyata masih dapat mendengar ucapan Aruna
Seketika gadis itu terdiam "Ma-maaf buk! Saya tidak bermaksud" ucap Aruna gugup
"Apa jangan-jangan Lo itu karyawan plus-plus?"