kehidupan seperti roda yang terus berputar, kadang berada di atas dan tak jarang terkadang berada di bawah.
Itulah yang dirasakan Nandira saat ini.
Ditinggal kedua orang tua dan tunangannya membuat hidupnya sangat terpuruk.
Hamil di luar nikah, tak pernah terpikir olehnya. Namun, itulah yang dia alami.
Merawat bayi tanpa pengalaman sedikitpun dan hidup serba kekurangan harus ia lalui dengan sabar, semua semakin berat ia rasakan karena sejak kecil ia hidup bergelimangan harta kedua orang tuanya.
Entah siapa dia, pria yang sudah memberiku kebahagiaan sekaligus penderitaan.
"Nandira kamu contoh yang buruk, tak pantas kamu tinggal di lingkungan kami," kata itu sudah menjadi makanan sehari-hari baginya yang hamil tanpa adanya sosok suami di sampaingnya.
Akankah ia sanggup menjalani hidupnya?
Akankah ia mampu membesarkan anak-anak nya....?
Dua anak jenius lahir dari rahimnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon m anha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misi Hempaskan Ulat Bulu.
Keesokan harinya sepulang sekolah Zidan langsung menelpon Papanya,
"Halo pah, Papa lagi di kantor?" tanya Zidan,
"Iya, Papa di kantor. Ada apa? tanya Rafiz,
"Zidan ingin membahas masalah Secret partner level 3 Pah," ucap Zidan.
"Apa kamu benar-benar sudah menyelesaikannya?"
"Tentu saja!" jawab zidan.
"Baiklah, Apa kau ingin membalasnya di kantor atau di rumahmu?"
"Bagaimana kalau di rumah Papa saja?!" ucap Zidan,
"Di rumah Papa?"
"Iya Pah, aku nggak mau ganggu Mama, mama lagi sibuk,"
"Baiklah, tak masalah. Apa kita akan membahasnya sekarang, atau dilain waktu?"
"Tentu saja sekarang, Zidan sudah menyiapkan semuanya. Papa tinggal menjemput kami di rumah,"
"Baiklah, selesai rapat Papa akan menjemput kalian." ucap Rafiz mematikan teleponnya dan kembali melanjutkan rapatnya.
Mereka sudah merasa nyaman dengan sebutan Papa, sehingga tetap menggunakan sebutan tersebut.
"Papa, apa kalian memanggil Papa dengan sebutan Papa ?" tanya Nandira yang mendengar Zidan memanggil seseorang di balik telfon dengan sebutan Papa.
"Iya Mah," jawab Syahidah,
"Kalian sudah bilang ke papa kalau kalian ini anak-anaknya?" tanya Nandira,
"Belum, kemarin Papa memperkenalkan kami pada tante genit sebagai anaknya, ya udah kita panggil saja Papa dengan sebutan Papa," jawab Syahidah mengingat kejadian saat bertemu Jazlyn.
"Tante genit, siapa tante genit ?" tanya Nandira pada Syahidah.
"Itu tante genit yang suka nempel-nempel ke Papa," jawab Syahidah tak suka sangat mengingat Jazlyn.
"Kamu ini ada-ada aja sih, masa Papa ditempeli sama tante genit!"
"Iya mah, kemarin tuh ada tante genit yang nempel-nempel ke Papa langsung nyium Papa gitu," cerita Syahidah.
"Oh ya,?!" tanya Nandira penasaran, "Tante genit itu siapanya Papa?"
"Enggak tau, tapi katanya dia tinggal di rumah Papa," jelas Syahidah.
"Dia tinggal di rumah Papa ?? Papa nggak bilang dia itu siapa?" Nandira semakin penasaran.
"Papa sih bilangnya dia itu mantan istrinya," jawab Zidan.
"Mantan istri kok tinggal di rumah Papa?" tanya Nandira semakin penasaran.
"Katanya mereka mau balikan lagi mah!" ucap Zidan.
"Tapi Syahidah nggak mau kalau Papa balikan sama dia, Syahidah maunya Papa nikahnya sama mama," ucap Syahidah menatap mamanya memohon.
"Sudah habiskan makanan kalian, Mama akan kembali ke kantor," ucap Nandira mengalihkan perhatian syahidah.
"Mah, kami boleh nggak ke rumah Papa ?" tanya Zidan,
" Mau ngapain kalian ke rumah Papa?" tanya Nandira melihat ke arah Zidan.
"Mama ingat game online yang Zidan ciptakan?, Zidan sudah membuat level lanjutannya, dan kami akan membahasnya di sana," jawab Zidan.
"Kenapa nggak di rumah aja?"
"Papa maunya di rumahnya," bohong Zidan,
"Iya boleh, mau mama anterin?"
"Ga usah mah, nanti Papa yang jemput."
"Kalian bisa sendiri kan, Mama lagi ada rapat, mama harus kembali ke kantor, nggak papa kan
mama tinggal sekarang?!"
"Nggak apa-apa mah, kami bisa sendiri kok ," jawab Zidan.
Nandira pun berangkat ke kantor. Tak lama kemudian Rafiz datang menjemput mereka, melihat mobil Papanya mereka langsung berlarian naik ke mobil.
"Kalian sudah izin ke Mama?" tanya Rafiz,
"Sudah pah, mama lagi ke kantor," jawab Syahidah memasang sabuk pengaman nya.
"Baiklah, mari kita kerumah Papa." Rafiz melajukan mobilnya kembali ke rumah bersama dengan Syahidah dan Zidan.
"Ini rumah Papa?" tanya Syahidah saat sudah sampai di kediaman Rafiz,
"Iya, ini rumah Papa!" jawab Rafiz.
"Wah besar sekali, Papa tinggal sama siapa saja?" tanya Zidan,
"Sama mommy dan Daddy," jawab Rafiz membantu mereka turun dan membawa barang-barang mereka.
"Si ulat bulu?" tanya Syahidah,
"Ulat bulu?"tanya balik Rafiz tak mengerti ucapan Syahidah.
"Iya, itu yang nempel-nempel ke Papa waktu di cafe," jelas Syahidah,
"Oh itu namanya Jazlyn, dia hanya tinggal sementara di sini," jelas Rafiz.
"Syahidah nggak suka dia deket-deket Papa, Syahidah maunya Papa deket-deket sama mama aja," jujur Syahidah.
Rafiz hanya tersenyum mendengar celotehan Syahidah.
Saat masuk Jazlyn langsung menghampiri Rafiz seperti biasanya,
"Kok pulangnya cepat sayang?" tanya Jazlyn yang langsung nemplok di diperlukan Rafiz.
Syahidah langsung mendorong Jazlyn agar menjauh dari Papanya.
"Tante jangan nempel-nempel terus sama Papa, Syahidah nggak suka,"
Rafiz tak menanggapi Jazlyn.
"Kok anak-anak ini kamu bawa pulang,? tanya Jazlyn melihat Zidan dan Syahidah.
"Itu bukan urusan kamu,," ucap Rafiz membawa Zidan dan Syahidah ke ruang kerjanya
dan meminta asisten rumah tangga membawa minuman dan cemilan keruangan kerjanya.
Saat asisten rumah tangga tersebut akan masuk ke ruangan Rafiz membawa jus dan beberapa biskuit, Jazlin menghentikannya,
"Biar saya saja yang membawanya," ucap Jazlyn mengambil nampan tersebut dan masuk ke dalam ruangan Rafiz.
Semua melihat Jazlin, setelah melatakkan minuman dan cimilan tersebut Jazlyn tak langsung meninggalkan ruangan itu,
"Kamu ngapain disini?" tanya Rafiz.
"Apa nggak boleh aku gabung di sini, aku nggak akan ganggu kok," ucap Jazlyn berdiri tak jauh dari Syahidah.
"Siapa bilang tante nggak ganggu, tante itu ganggu banget ," ucap Syahidah menggaruk tangan dan lehernya, "lihatkan, saat tante datang aku langsung gatal-gatal. Tante jelmaan ulat bulu ya?" tanya Syahidah.
"Kurang ajar ya kamu ngatain saya ulat bulu, " geram Jazlyn ingin menghampiri Syahidah .
"Jazlyn, Kami sedang ada pekerjaan," ucap Rafiz, membuat Jazlyn menghentikan langkahnya,. ia berdiri sangat dekat dengan Syahidah.
Syahidah mengambil jus dan berpura-pura meminumnya dan saat melatakkan nya Syahidah sengaja menumpahkan minuman tersebut sehingga mengenai baju Jazlyn.
"Dasar ya kamu, tidak tahu sopan santun," geram Jazlyn kembali ingin membalas Syahidah,
"Jazlyn" bentak Rafiz.
Jazlyn sangat kesal dengan kelakuan Syahidah. Ia meninggalkan ruangan itu sambil terus bersihkan pakaiannya yang berlumuran dengan jus.
"Kamu kenapa ?"tanya mommy yang melihat pakaian Jazlin yang kotor.
"Ini nih kelakuan anak-anak yang mengaku-ngaku sebagai anaknya Rafiz, awas ya nanti aku balas mereka," ucap Jazlyn berlalu menuju ke kamarnya.
"Anak-anak ," gumam mommy.
Mommy menghampiri anak-anak tersebut,
"Rafiz mereka siapa?" tanya mommy yang terkejut melihat wajah Zidan yang sangat mirip Rafiz sewaktu kecil.
"Mereka rekan bisnis ku mom, kenalkan ini Zidan dan Syahidah." Rafiz memperkenalkan mereka.
"Aku mommy Rafiz," ucapnya ramah.
"Rafiz, kamu yakin mereka hanya rekan bisnismu,?"
"Iya mom, emang kenapa?" tanya Rafiz,
"Enggak, enggak apa-apa, mommy cuma nanya aja. Mommy tinggal dulu ya, ingin melihat daddy mu," ucap mommy Rafiz Pamit pada mereka.
Mommy Rafiz pun keluar dari ruangan itu, dan sesekali menengok ke belakang melihat Zidan dan Syahidah.
Mommy Rafiz menghampiri suaminya dan menceritakan apa yang dilihatnya.
"Masa sih, apa mereka benar-benar mirip?" tanya Daddy.
" Iya, Jazlyn juga bilang kalau Rafiz pernah bilang jika mereka adalah anak-anaknya. Apa mereka memang cucu kita ," ucap Mommy antusias.
💖💖💖💖💖💖💖💖🙏💖💖💖💖💖💖💖
LIKE, VOTE , KOMENNYA❤️
Author m anha 💖
Mampir juga ke karya pertamaku "Pilihan Ku"
💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖
like
sub
komen
give
bunga
iklan
bintang
nt 4 agak panjang tp ttp asyik, trims
byurrrrrrrr/Facepalm//Grin//Facepalm//Grin//Facepalm//Grin//Facepalm//Grin//Facepalm/
krn tekananbtanggung jawab mereka sebanding dg hal itu pula