Blurb...
"Sejak kapan kau mencintaiku hubby?" Tanya Alena setelah mereka selesai dengan percintaan panas mereka dan kini mereka saling memeluk satu sama lain.
"Sejak kau memakai hijabmu ini honey, kau semakin cantik setelah mengenakan hijab." Ucap Abraham sembari membelai lembut wajah cantik sang istri.
"Kalau begitu aku adalah pemenangnya hubby, karna aku sudah mencintaimu sejak pertama kali kita bertemu" Bangga Alena sembari mengecup bibir sang suami.
"Aishhh! kau pikir ini sebuah perlombaan!" Pekik Abraham sembari mencubit hidung sang istri dengan gemas"
Akankah pernikahan mereka bertahan hingga akhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alena baik-baik saja
Drrrd...drrrd...
Abraham baru saja menyandarkan dirinya di head board tempat tidurnya, ketika ponsel miliknya bergetar.
Badannya masih terasa pegal akibat menempuh perjalanan jauh. Menggunakan sepeda motor pula.
Abraham meraih benda pipih itu di saku celanannya untuk melihat siapa yang menghubungi.
"Alena? Akhirnya dia nelpon gue juga"
Senyum di wajah tampan Abraham mengembang saat mengetahui panggilan tersebut ternyata dari Alena.
Abbi Ryan membawakankan ponsel Alena, dan memberikannya pada gadis itu saat mereka terkena Razia di hotel kemarin.
Tentu saja Ryan sudah memasang alat pelacak juga di ponsel itu, seperti yang dilakukan Harun pada Abraham.
"Hallo Al? Ternyata lo masih inget sama gue?"
Tanya Abraham antusias. Abraham sangat merindukan gadis barbar itu, karna hari-harinya tanpa ada gadis itu terasa begitu membosankan.
Hiks... hiks...
Namun tak ada jawaban, hanya terdengar suara isak tangis saja dari ujung sana.
"Al, lo nangis? Kenapa? Ada apa?"
Tanya Abraham beruntun disertai dengan dahinya yang mengerut.
"Jemput gue sekarang A, hiks..."
Ucap Alena di sela-sela isak tangisnya.
"O-ok ok. Gue kesana sekarang ya"
Tanpa banyak bertanya lagi, bergegas pria tampan itu mengambil kunci motor serta dompetnya.
Ia abaikan begitu saja Angela sang kakak ipar yang datang untuk mengantar kue serta minuman ringan untuknya.
"Kamu mau kemana A?"
Tanya Angela sembari memegang nampan berisi kue kering dan jus mangga untuk Abraham.
"Mau ketemu teman kak"
Balas Abraham singkat.
"Sudah minta izin sama abbi atau kakak kamu belum?" Tanya Angela memastikan.
Angela tidak ingin disalahkan jika terjadi sesuatu pada adik iparnya itu nanti. Apalagi di rumah sedang tidak ada siapa-siapa selain dirinya dan Abraham.
"Gak sempat kak, aku izin sama kak Angela aja ya, assalamualaikum"
Ucap pria dengan tinggi badan 180 cm itu.
"Eh, tunggu! Kamu gak boleh pergi sebelum izin sama Abbi atau kakak kamu dulu A!"
Cegah Angela, namun tak di hiraukan oleh Abraham.
"Ish anak itu!" Kesal Angela.
Bruuum...
Keponakan kandung Maryam itupun melajukan motor gedenya dengan kecepatan maksimal.
"Tunggu gue Al, gue datang" Batinnya.
Hatinya begitu risau dan tidak akan merasa tenang sebelum bertemu dengan Alena, dan memastikan keadaan gadis itu baik-baik saja.
***
***
"Ternyata mama sama Abbi sama saja, gak ada yang bisa ngertiin gue!"
Umpat Alena sembari memasukan kembali semua barang miliknya ke dalam tas ransel, padahal baru tadi pagi ia mengeluarkannya dan menyimpannya di dalam lemari.
Tok tok tok
"Alena sayang, ayo makan dulu nak? Mama udah masak makanan kesukaan kamu loh"
Suara ketukan pintu dan suara teriakan sang mama terdengar bersahutan dari balik pintu kamar Alena.
"Iya mah" Balas Alena.
Alena masih marah pada wanita yang telah melahirkannya itu, dan ingin menolak tawaran Rinjani. Tapi perutnya yang keroncongan tidak bisa di ajak kompromi.
Ceklek.
ALena memutar handle pintu kamar itu secara perlahan.
Rinjani tersenyum sembari menatap lekat wajah sang putri, Alena pun membalas senyuman sang mama dengan senyuman pula. Alena bersikap biasa saja seolah ia tidak tahu apa-apa, padahal hatinya hancur berkeping-keping. Ia merasa dikhianati oleh orang tuanya sendiri.
"Gimana tidurnya sayang, nyenyak?"
Tanya Rinjani sembari membelai lembut puncak kepala putrinya yang tertutup kerudung berwarna cream.
"Iya mah"
Balas Alena sembari menganggukan kepalanya, dua wanita beda generasi namun memiliki tinggi badan yang hampir sama itu berjalan beriringan menuju meja makan.
Berbagai menu makanan kesukaan Alena tersaji di atas meja makan berukuran besar itu. Namun Alena tak berselera sama sekali. Baru makan sesuap saja perutnya yang lapar sudah terasa kenyang.
"Kenapa nak? Kamu tidak suka? Apa kamu mau mama masakin yang lain?"
Cemas Rinjani, apalagi setelah melihat raut wajah sang putri tak seceria biasanya.
"G-gak usah mah. Kayaknya tadi pagi aku makan terlalu banyak, jadi sekarang aku masih kenyang. Apa boleh makanan ini di masukan ke kotak bekal saja, aku ingin memakannya di kamar nanti" Ucap Alena dengan wajah lesunya.
Rinjani mengerutkan dahinya saat mendengarkan permintaan Alena, tapi ibu 3 anak yang masih terlihat cantik itupun menuruti permintaan Alena tanpa rasa curiga sedikitpun.
"Apa ini sudah cukup?"
Tanya Rinjani setelah memasukan beberapa menu makanan ke dalam sebuah kotak makan berukuran sedang.
"Kurang mah. Udang baladonya tambah sedikit lagi ya, sayur capcainya juga kurang, aku juga mau ayam gorengnya dua" Pinta Alena.
Alena ingat jika udang balado adalah makanan kesukaan Abraham. Alena berencana akan memakan makanan itu bersama Abraham nanti.
"Baiklah sayang.."
Rinjani melakukan apa yang Alena minta.
Rinjani merasa cukup lega mendengar permintaan sang putri yang banyak maunya itu. Itu tandanya Alena baik-baik saja. Buktinya menu makannya sampai sebanyak ini.
Rinjani tidak tahu saja, kalau makanan itu akan ia jadikan bekal saat kabur nanti.
#Hallo teman-teman haluku, terima kasih sudah membaca karya ini. Mohon dukungannya dengan cara like, komen, vote dan hadiahnya. Makasih^^#