Terpikat Pesona Gadis Lugu

Seperti biasanya, semenjak ada Raisa. Yoga menjadi lebih sering berada di rumah. Biasanya ia akan pergi bersama Niko dan Johan bermain basket setiap akhir pekan.

Namun, sekarang sudah berbeda. Yoga tidak pernah mau di ajak ke mana mana oleh kedua sahabatnya itu.Ia lebih suka di rumah bersama Raisa.

Seperti saat ini, Raisa tengah asik di kebun bunga belakang mansion. Gadis itu menanam berbagai macam bunga. Sementara Yoga, malah asik mengganggu gadis itu. Sejak tadi Raisa terus berteriak, menggeram, bahkan mengomel melihat tingkah Yoga yang terus mengganggu dirinya.

"Tuan!! jika anda berada di sini hanya untuk mengganggu saya. Maka pergilah!!" usir nya.

"Wahhh kucing manis ku ternyata amnesia." ucap Yoga mengingatkan bahwa dirinya adalah pemilik semua yang ada di sini termasuk diri Raisa.

"Ah sudah lah,berdebat dengan mu sama saja berdebat sama batu!"

Raisa kembali melanjutkan pekerjaannya menanam bunga mawar. Kemarin Yoga membelikan dirinya bibit mawar dengan berbagai macam jenis warna.

Yoga menatap Raisa dari belakang, rambut panjang body ideal, wajah tembem, jidat lebar, membuat siapapun yang menatap wajah nya tidak akan merasa bosan.

Tak berkedip, yoga malah senyum senyum sendiri mengingat betapa lucu nya Raisa ketika marah padanya.

"Eh tuan. Tuan!!!" panggil Raisa setengah berteriak karena Yoga tak kunjung menyahutinya. Hingga Raisa melempar batu kecil ke tangan Yoga.

"Eh ada apa?"kaget Yoga tersadar dari lamunannya.

"Apa kau kerasukan? sejak tadi kau tersenyum seperti orang gila!"

"Iya, gila karena mu" jawab Yoga lugas.

"Huh?"

"Bukan apa apa" elak Yoga.

"Dasar tidak jelas!" dengus Raisa sembari bangkit dan beranjak menuju ke bangku taman. Namun saat melangkah, Raisa tidak sengaja menginjak selang air dan mengakibatkan dirinya terpeleset.

"Eh eh...."

"Raisa!!"teriak Yoga bergerak cepat ingin menangkap Raisa. Namun....

Bruk!!

"Aww...."

Raisa meringis menahan sakit di bagian bokong nya. Sementara Yoga malah terdiam dengan posisi dirinya berada di atas Raisa. Bukan nya menangkap, pria itu malah menimpah tubuh gadis itu. Yang lebih mengejutkan adalah, posisi tangan Yoga saat ini.

"Tuan....." lirih Raisa menyadari sesuatu menempel di bagian tubuh sensitif nya.

Apa ini??? kenapa kenyal dan bulat???. Yoga sangat kaget, ia tanpa sadar meremas benda kenyal itu.

"Singkirkan tangan mu tuan!!!!" teriak Raisa menyadarkan Yoga. Pria itu melirik tangannya sendiri.

"Eh" kaget Yoga mengangkat tangannya.

"Maaf!!" ucap Yoga menatap Raisa. Tiba tiba pria itu merasa tertarik dengan bibir merah milik Raisa.

"Menyingkir lah tuan, kau sangat berat" ucap Raisa.

"Tapi ini sangat nyaman" balas Yoga tersenyum. Ia sudah menguasai situasi, dengan santai Yoga memperbaiki posisi tubuhnya dan seolah olah mereka tengah bermesraan di atas rerumputan.

Satu tangan Yoga terangkat membelai pipi tembem Raisa.

"Tuan!! apa kau ingin mati!!" ancam Raisa.

Bukan nya takut, Yoga malah tertawa sumbang. Sejak kapan dirinya takut pada ancaman kecil seperti itu.

"Kau sangat manis Raisa, aku sangat tergoda dengan mu. Bahkan aku merasa tertarik sejak melihat mu di hotel waktu itu!"

"Hentikan omong kosong anda tuan!!" ucap Raisa lagi, ia berusaha mendorong tubuh kekar milik Yoga, namun entah pria itu terlalu kuat atau dirinya yang terlalu lemah. Raisa merasa tidak berdaya.

"Tuan!!!" ucap Raisa menatap Yoga yang mendadak diam.

Cup~

Dalam sekejap, bibir mereka sudah saling menempel. Raisa sangat terkejut, ia mengumpulkan segala kesadarannya dan mencoba memberontak. Ia tidak mau ada yang melihat dirinya dalam keadaan seperti ini.

"Diamlah, nikmati saja. Aku ingin menikmati kelembutan bibir ini" lenguh Yoga yang mulai di pengaruhi oleh nafsu. Entah mengapa Raisa selalu bisa membangkitkan gairahnya.

Setelah mengucapkan itu, Yoga kembali menempelkan bibir mereka, lalu dengan hati hati dan penuh kelembutan ia melahap bibir ranum itu.

Perlahan perlawanan Raisa melemah, permainan Yoga benar benar membuat dirinya terlena.

'Apa ini??? kenapa aku malah menikmatinya?? ayo Raisa jangan lemah!!' batin Raisa menyemangati dirinya agar tidak terbuai.

Namun, apa yang hendak di kata. Kedua nya malah sama sama terbuai dengan permainan masing masing. Raisa malah mulai membalas setiap perlakuan Yoga, membuat pria itu tersenyum dalam aksinya.

Dari arah dalam rumah, Niko dan Johan berjalan menuju ke taman belakang. Mereka baru saja tiba di mansion Yoga untuk mengajak pria itu liburan ke Bali.

"Busett..."umpat Niko menghentikan langkahnya.

"Ada apa?" tanya Johan menatap Niko heran.

"Kamu lihat aja tuh, di situ aja kucing kawin!" tunjuk Niko dengan lirikan matanya.

Johan mengikuti arah pandangan Niko, betapa syok dirinya melihat Raisa da Yoga tengah memadu kasih. Di terik panas seperti ini mereka malah bergumul di luar.

"Apa tidak ada tempat lain?" cibir Niko melirik ke kiri dan kanan, ia takut ada pelayan yang melihatnya.

Johan berjalan cepat menuju ke arah Yoga dan Raisa.

"Eh mau kemana???" panggil Niko berbisik, agar Yoga tidak mendengar nya. Bahkan Johan juga tidak mendengar nya. Pria itu terus berjalan kearah Yoga dan Raisa yang masih terlena dalam ciuman mereka yang terlihat sangat hot.

Niko mengerut melihat Johan mengambil slang yang tidak jauh dari Raisa dan Yoga.

"Mau ngapain tuh boca" heran Niko.

Byurrrr........ Byurrrr......

"Ahh Basa!!!!" teriak Raisa mendorong tubuh Yoga menjauh dari nya.

Karena kaget, Yoga tidak bisa menahan tubuhnya dan terdorong oleh Raisa.

Yoga menatap siapa yang telah berani mengganggu dirinya.

"Johan!!!!" geram Yoga.

"Kenapa??? mau marah?? Harusnya Aku yang marah sama kamu!!" bentak Johan.

"Kakak apa apaan sih, aku jadi basah ni!!" protes Raisa.

"Kalian itu yah, kalo berbuat sesuatu itu lihat kondisi dan tempat!! Bukan malah di tempat terbuka seperti ini!" omel Johan.

"Bener tuh, jangan kaya kucing aja. Selagi nafsu langsung kawin!" sahut Niko menahan sakit di perutnya, aksi Johan benar benar seperti mengganggu kucing sedang kawin.

Raisa menunduk malu, wajah nya benar benar Merina merah Sekarang.

"Menyebalkan!!" dengus Raisa sebelum masuk ke dalam rumah.

"Eh eh Raisa!!!" panggil Yoga hendak menyusul Raisa, namu di tahan oleh Niko dan Johan.

"Kalian apa apaan sih, suka banget gangguin gue lagi seneng juga!" gerutu Yoga.

"Seneng seneng, itu anak orang, bukan anak kucing" dengus Johan.

"Dia milik gue, terserah mau gue apain" balas Yoga tanpa berpikir, karena dirinya sedang kesal.

Johan terdiam, cengkeraman tangannya di pergelangan tangan Yoga semakin kuat.

"Aku tidak suka mendengar kalimat kamu barusan!", ucap Johan dingin.

"Meskipun kedua orang tuanya menukar dirinya dengan uang, tetap saja Raisa tidak bisa di perlakukan seperti itu. Dia manusia, seorang gadis, bukan barang atau pun hewan!!" ucap Johan penuh penekanan, lalu pergi begitu saja.

Sementara Niko malah bingung ingin membela siapa atau melakukan apa. Ia terpaksa diam dan hanya mendengar.

"Terserah!!" balas Yoga mengiringi kepergian Johan. Dalam hati ia sedikit menyesal mengatakan hal itu. Tadi dia hanya asal bicara karena kesal, apalagi dia sedang dalam pengaruh nafsu.

...----------------...