Banyak orang menyatakan cinta itu indah. Apakah cinta LDR-an itu juga indah? Lalu bagaimana jadi nya, jika cinta LDR-an itu tumbuh subur.
Namun akan semakin menyakitkan. Karena realita nya cinta LDR-an tak selama nya indah dan berjalan mulus. Akan banyak batu sandungan dengan kerikil tajam yang menghampiri tuk menguji seberapa besar dan kuat cinta itu bersemayam di hati dua insan yang kini terpisah jarak yang terbentang.
"Tak ada alasan mengapa aku begitu mencintai nya. Tapi yang pasti aku hanya ingin selalu berada di dekat nya dan menjadi bagian dari cerita hidup nya"
Ini lah kisah dan cerita cinta hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Najwa Camelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesan Sang Bunda
Selamat membaca..
🌻🌻🌻
Sebelum menjalankan mobil nya. Denis menoleh terlebih dahulu ke arah Aliyah, menatap wajah cantik kekasih nya dari arah samping. Merasa ada yang merhatikan membuat Aliyah tak enak hati. Mulai lah ia salah tingkah sendiri di buat nya.
"Apakah ada yang salah dengan ku? Kenapa bee, sedari tadi terus memandang ke arah ku? Apa penampilan ku mulai kucel, kusam, atau bahkan ada sesuatu yang tak sengaja nempel di wajahku? Ah, ada apa sih dengan bee na?."
Aliyah bertanya-tanya pada diri nya sendiri. Lalu, ia memperhatikan penampilan dari spion samping. Tapi, ia tidak menemukan kejanggalan apa pun di wajah atau dengan penampilan nya sekarang.
Dengan gugup dan pelan, Aliyah mencoba beranikan diri untuk bertanya langsung kepada Denis. Mengapa sedari tadi dia di perhatikan sebegitu intens dengan Denis.
"Bee, kenapa? Emang ada yang salah dengan penampilan ay na atau ada sesuatu di wajah ay na, bee?." tanya Aliyah sembari mengerucut kan bibir nya.
"Hah? Apa?." jawab denis kaget pura-pura tak mendengar pertanyaan Aliyah.
"Kenapa, bee? Kenapa bee na gitu lihat ay na. Kan ay jadi serba salah?." tatap Aliyah mencibikan bibir nya ke arah Denis.
"Enggak ada apa-apa kok, sayang." jawab Denis berbohong, tapi melihat bibir ranum Aliyah membuat Denis hilang kendali. Ia menempelkan ibu jari nya di benda kenyal tersebut.
Deru nafas Denis menerpa kulit wajah Aliyah yang mulus. Mereka berdua tanpa di sadari semakin intens saling mendekat. Seketika itu, Denis memangkas jarak antara keduanya. Ia meraup benda kenyal yang ada di hadapannya. Memainkan lidah di rongga mulut sang kekasih dengan penuh kelembutan. Semua terasa manis bak lolipop. Tanpa bisa di cegah nya sesuatu di bawah saba sudah tampak menegang.
Kesadaran Aliyah mulai kembali dari awang-awang. Ia mendapati sang pemilik hati tengah memainkan lidah nya dengan permainan yang cukup lembut, manis, menggiurkan dan sangat menggugah jiwa. Aliyah langsung teringat pesan sang bunda. Bahwa berawal dari sekedar ciuman dan pasti akan berakhir dalam buaian indah dengan tindakan yang lebih jauh lagi, akan ada nya kejadian yang lebih dari kita bayangkan.
Aliyah mendorong mundur kedua bahu bidang Denis, menyadarkan kekasihnya untuk menghentikan apa yang telah mereka mulai. Dan benar saja ada sesuatu di bawah sana yang sedang menunggu selanjutnya.
"Ma'afin bee, sayang. Bee tak bermaksud.." ucap Denis dengan gugup dan mengatur detak jantung nya berdegup kencang. Ia merasa bersalah telah berbuat seperti itu pada kekasih hati nya.
"Tak apa bee, tak ada yang salah. Salah kan aja setan yang lewat godain kita." ucap Aliyah sambil menutup mulutnya.
"Eh, kok jadi salahin setan?." tanya Denis melongok.
"Kata na kalau kita lagi berduaan, ketiga na setan. Ya, jadi kita salahin setan aja. Hehehe." ujar Aliyah terkekeh.
"Bisa aja ini, tukang ngeles." jawab Denis ikutan tertawa.
"Jadi berangkat, tak ini?."
"Iya. Iya, sayang. Kita berangkat sekarang."
"Sekali lagi ma'afin bee na ya, sayang. Bee tak bisa kasih ay na apa-apa. Malah.." ucap Denis lagi.
Aliyah mengangguk mengiyakan sebagai jawaban.
"Kehadiran bee di sisi ay na sekarang ini aja sudah menjadi kado terindah dan teristimewa buat ay na, bee."
Denis tersenyum mendengar kata yang di ucapkan Aliyah barusan
"Terimakasih, cinta. I love you my queen." ucap Denis sembari mencium kening Aliyah.
"Sama-sama, kasih. Love you too my king." balas Aliyah tersenyum simpul.
Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang meninggal kan pelataran parkir cafe lindu. Memecah keramaian jalanan kota di hari sabtu malam minggu. Sesekali Denis melirik ke arah sang kekasih yang amat ia sayangi dan cintai. Senyum pun mereka menghiasi wajah mereka dengan saling tatap penuh damba.
***
Kriing.. Kriing..
Suara ponsel Aliyah berdering. Segera Aliyah merogoh ponsel yang berada di dalam tas slempang yang biasa dia bawa dan kemudian mengambil nya. Ia menatap ke layar benda pipih itu melihat siapa yang sedang menelpon.
"Astagfirullah, bunda. Aku kok bisa lupa, ya? Tak kasih kabar bunda dulu, kalau bee datang ke sini. Pasti, bunda sekarang lagi nungguin Aliyah pulang."
Aliyah pun, segera mengangkat panggilan masuk dari sang bunda tercinta.
"Assalamu'alaikum, bunda." salam lembut Aliyah di balik ponsel.
"Wa'alaikumussalam, mbak Aliyah putri bunda yang cantik ini, lagi di mana sekarang? Bunda nungguin dari tadi, kok belum pulang? Ini sudah jam berapa, sayang?." ucap bunda dengan nada sedikit khawatir di balik sambungan telepon.
"Ma'afin Aliyah, bunda. Tadi, mbak Aliyah lupa tak kasih kabar ke bunda terlebih dulu." ucap Aliyah dengan rasa bersalah.
"Enggak apa-apa. Tapi, mbak Aliyah sekarang ada di mana dan dengan siapa?." tanya bunda lagi.
"Mbak Aliyah, lagi jalan-jalan di masjid agung sama bee, bunda." jawab Aliyah jujur.
"Hmm, jadi Denis sudah datang ke sini." kata bunda.
"Iya, bunda. Ma'afin mbak Aliyah, bunda."
"Kalau, sudah bersama Denis. Pasti lupa segala nya. Sampai-sampai lupa juga kalau sedari tadi bunda sama ayah di rumah khawatirin mbak Aliyah." ujar bunda.
"Iya, bunda. Ma'afin mbak Aliyah, bukan nya lupain bunda sama ayah. Tadi sudah titip pesan ke adik buat sampaikan ke bunda kalau telat pulang karena jalan-jalan dulu sama bee." jawab Aliyah menjelaskan pada bunda.
"Oh, jadi gitu cerita nya. Mungkin adik lupa, enggak sampai kan ke bunda. Ya, sudah kalau gitu. Kalian lanjut kan jalan-jalan nya, tapi jangan malam-malam pulang nya." pesan bunda kepada Aliyah seraya tersenyum dan mematikan sambungan telepon.
Setelah mematikan ponselnya dan memasukan kembali ke dalam tas slempang nya. Aliyah mendekat lagi ke arah Denis yang sedang menikmati bakso nya.
"Siapa yang telepon, sayang?." tanya Denis setelah menelan makanan yang berada dalam mulutnya.
"Bunda, bee." jawab Aliyah.
"Marah kah, bunda?."
"Enggak bee, cuma nanya lagi di mana, sama siapa ay na, sekarang?."
"Terus ay, jawab apa?."
"Ya, ay jawab lagi sama calon mantu. Hehehe." ucap Aliyah sambil terkekeh memperlihatkan barisan gigi putih nya.
"Dasar, bajaj. Bisa aja ngomong na ke bunda, kayak gitu."
"Emang kan calon mantu, bee na. Salah ay kata kayak gitu ke bunda?." ucap Aliyah sambil cemberut.
"Jangan cemberut begitu, entar bee na khilaf lagi. Langsung comot ntuu bibir na."
"Apaan coba, bee na katain ay bajaj." jawab Aliyah lagi sambil mengembungkan kedua pipi nya.
"Hahaha, bee kan becanda, sayang. Kayak enggak tau kebiasaan bee na aja." ucap Denis sembari menoel pipi Aliyah yang chubby.
"Iya, bee. Ay na tau, tapi tak usah katain bajaj juga kali bee na."
"Ya, sudah kita pulang yuk sudah malam, kasihan bunda sudah nungguin ay na di rumah."
"Iya, bee."
Kini, mereka telah meninggalkan warung bakso pak endut langganan Aliyah. Mereka melewati kuliner jajanan pinggir jalan dan di sekitar masjid agung.
🌻🌻🌻
Bersambung.
Tetap tinggalkan jejak 👣 nya berupa like 👍, komen, rate bintang lima dan juga tetap jadi kan favorit ya akak.
Terimakasih 🙏❣️❣️
terus semangat ya u berkarya
God bless always🙏🤗❤️