FORGET IT
Happy reading...
"Mbak bangun. "
" Hmmm."
"Mbak bangun, sudah jam 5 pagi. Ayah sebentar lagi balik dari masjid."
"Iya, bentar lagi. Masih nanggung nih bobo' na." jawab Aliyah dengan mata yang masih terpejam.
"Sudah jangan berisik kamu na."
"Ayo cepetan bangun. Entar kena guyur air ayah lagi, baru tau rasa lho." ucap Zudith adik kesayangan Aliyah seraya berlalu pergi dari kamar Aliyah.
"Enggak mungkin!" jawab Aliyah lagi, tetap dengan mata yang masih terpejam.
"Aliyah.. Bangun sudah jam berapa ini." suara bariton ayah dari luar kamar Aliyah.
"Mampus lah diriku. Ayah sudah balik dari masjid." gumam Aliyah.
Dengan segera Aliyah melempar selimut dari tubuhnya. Dengan lompatan yang indah Aliyah masuk ke kamar mandi.
Hampir tiga puluh menit Aliyah bergelut dengan rutinitas nya sehari-hari.
Pagi yang cerah. Aliyah sedang bersiap diri. Ia mengenakan celana jeans dan atasan favorit untuk mempadukannya. Dia bercermin duduk manis di depan meja rias di kamar. Aliyah mulai memoles pipinya tipis dengan bedak serta memakai lipstik warna node. Aliyah melakukan rutinitas sehari-harinya dengan berangkat ke kampus untuk kuliah dan sore hari, ia akan bekerja part time sebagai pengajar bimbel untuk menambah penghasilan. Lumayan buat beli kuota di saat ibu matikan wifi dan bisa buat nongkrong di cafe bareng temen-temen somplak nya.
"Aliyah, ayo sarapan dulu. Sayang." panggil ibu nya dari luar kamar.
"Aliyah langsung berangkat saja bunda. Aliyah takut telat masuk kelas." jawab Aliyah sambil keluar kamar dengan membawa tas dan jaket favorit nya. Berjalan menuju meja makan, untuk berpamitan pada ayah serta bundanya yang sedang sarapan bersama.
"Makanya jangan molor. Begadang terus." saut ayah sekilas melototi Aliyah yang nyengir kuda.
"Adik mana, kok enggak ikut sarapan juga? tanya Aliyah mengalihkan pembicaraan.
" Adik sudah berangkat jam 6 pagi." jawab bunda sambil terus mengolesi roti dengan selai coklat kesukaan Aliyah.
"Ayah. Bunda. Aliyah langsung berangkat dulu ya." pamit Aliyah sambil mencium punggung tangan kedua orang tuanya secara bergantian.
"Apa enggak lebih baik kamu sarapan dulu, sayang. Makan lah walau sedikit, jangan biarkan perut kamu kosong mbak." bunda mengingat kan Aliyah, sambil memasukkan roti ke dalam kotak bekal buat Aliyah.
Aliyah tersenyum sambil mencium pipi bundanya sekilas. "Nanti saja bunda, makan nya di kantin kampus bareng temen-temen. Tadi kan sudah minum segelas susu."
"Ya sudah kalau enggak mau sarapan di rumah. Bawa ini saja buat bekal." jawab bunda dengan menyodorkan satu kotak makan pada Aliyah.
"Bunda. Aliyah kan bukan anak kecil lagi." rengek Aliyah tanda penolakan.
"No protes. Kalau enggak mau sarapan di rumah harus bawa bekal." perintah ayah pada Aliyah.
"Siap komandan." jawab Aliyah dengan bibir yang cemberut.
"Bawa saja, nanti kamu lupa enggak sarapan kalau sudah kumpul sama temen-temen gesrek kamu." ucap bunda lembut sambil memasukkan bekal ke dalam tas Aliyah.
"Bunda nanti Aliyah pulangnya agak telat juga karena ada jadwal ngajar bimbel. Jadi sampai rumah agak maleman ya." Aliyah berpamitan pada kedua orang tuanya.
"Assalamu'alaikum." Aliyah mengucapkan salam
"Wa'alaikumussalam." jawab Ayah Bunda bersama kompakan.
"Hati-hati di jalan jangan ngebut-ngebut. Taati rambu lalu lintas." pesan Ayah.
"Jangan sampai ngelanggar, nanti ketilang mewek." goda bunda seraya tersenyum ke arah Aliyah.
"Kalau polisi na cogan, Aliyah mau di tilang bunda. Sekalian tilang hati Aliyah." canda Aliyah sambil nyengir.
"Enggak usah banyak macam. Kalau ketilang beneran, ayah enggak mau ngurusin sidang tilangnya."
"Siap komandan, tapi kalau cogan kan lumayan ayah buat calon mantu." jawab Aliyah lagi terkekeh dengan tangan memberi hormat layaknya bawahan kepada atasannya.
"Protes terus stop uang jajan satu minggu." ancam ayah seraya menjitak kening Aliyah.
"Ayaaaaaahhh.. tak mau lah. Apaan Aliyah juga belum ngelangar, ngapain juga stop uang jajan Aliyah. Yang ada tambah tekor Aliyah na."
"Sudah cepet berangkat. Katanya tadi sudah terlambat." bunda mengingat kan Aliyah.
"Ayah tuh yang resek. Masak uang jajan Aliyah mau di stop. Ya sudah Aliyah tak mau cari cogan polisi."
"Sama satpam komplek depan saja. Gitu-gitu juga cogan." goda ayah.
"Idih.. apaan satpam komplek tak ada yang cogan ayah. Adanya sudah pada tuwir, itupun kalau ada yang jomblo. pasti jomblo akut." jawab Aliyah sambil nelonyor pergi ke arah garasi motor.
Aliyah berlalu menuju garasi untuk segera mengambil motor matic kesayangan nya yang selalu setia menemani rutinitas nya. Setelah memakai helm dan jaket, baru lah ia menyalakan mesin motor matic kesayangan nya itu. Aliyah melajukan motor matic nya dengan kecepatan sedang keluar dari halaman rumah dan segera berbaur dengan kendaraan lain di jalanan kota.
Beberapa menit sudah Aliyah menikmati perjalanan yang begitu padat. Asap motor, debu serta suara klakson yang bergantian sudah makanan sehari-hari baginya.
Alhamdulillah akhirnya sampai juga di kampus. Aliyah gadis manis yang selalu terlihat ceria, di tambah lagi dengan senyum yang menghiasi bibir nya. Setelah melakukan motor matic nya selama tiga puluh menit perjalanan. Ia segera memarkirkan motornya dan bergegas berjalan ke arah kelas untuk mengikuti mata kuliah pagi dengan dosen yang cukup kiler dan senior itu.
Aliyah berjalan lurus tanpa menoleh ke kiri dan ke kanan. Dia tidak menghiraukan sekitar nya.
"Woiii.. Aliyah.. tunggu." panggil si Doni sambil terus berlari sedikit ngos-ngosan karena mengejar sahabat somplak nya.
Aliyah menengok ke kanan dan ke kiri mencari asal suara yang memanggil nama nya. Tapi enggak ada orang.
"Aliyah.. tunggu napa sih." teriak Doni kenceng.
Aliyah menengok ke belakang. "Ini anak di mana posisi, sudah teriak-teriak duluan." gerutu Aliyah sambil mengelengkan kepala.
"Aliyah.. Woi tunggu kenapa atuh neng. Kenceng amat jalannya. Sudah kayak mau ngelabrak pelakor pagi-pagi. Doni menepuk pundak Aliyah seraya mengambil nafas kasar lalu mengeluarkan nya dengan kenceng banget.
" Huuuuhhh."
"Dasar keturunan kaki jerapah, langkah mu lebar dan cepat banget neng." protes Doni.
" Assalamu'alaikum, Doni." Aliyah mengucapkan salam.
"Wa'alaikumussalam, Aliyah cantik." jawab Doni dengan senyum semanis mungkin melihat gadis pujaan walaupun hanya di hati saja.
"Labibah sama Riris mana, Don? kok belum kelihatan tanda-tanda kehidupan. Biasa na mereka yang duluan sampai kampus." tanya Aliyah sambil terus melangkahkan kakinya.
"Entah lah." jawab Doni dengan mengangkat kedua bahunya. "Dari tadi aku juga belum melihat mereka berdua. Apa mungkin mereka tidak hadir alias bolos hari ini?." ujar Doni sembari mengedarkan pandangan mata ke sekeliling kampus.
"Kebiasaan mereka berdua, kalau waktu nya si killer kan mereka pada kabur."
"Biarkan mereka berdua kabur. Asalkan kamunya enggak kabur dari hatiku." ucap Doni sambil nyengir.
"Idiihh apaan, pagi-pagi sudah gombal absurd." sahut Aliyah semakin mempercepat langkahnya.
"Rasanya aku jahat sekali sama Doni, tapi gimana lagi orang tak ada rasa masak mau di paksa. Tak enak kalau di paksa."
Bersambung..
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian di kolom komentar sertakan like, rate bintang lima, vote juga ya sebagai mood booster untuk semangat author amburadul ini. Terimakasih kawan.
Jaga kesehatan kalian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
𝐙⃝🦜しÏA ιиɑ͜͡✦ᵉ𝆯⃟🚀ʰⁱᵃᵗᵘˢ
karena sering begadang malam , Alya jd telat jg bangunnya...sampe sarapan pagi aja ga sempat karena sdh terlambat pergi kekampusnya.
2022-05-31
6
◉✿✪⃟𝔄ʀⓂ️𝐚𝐰𝐚𝐫✿◉
Anak perawan mah pagi pagi harus dah bsngun kalau g mau di guyur ayahnya
2022-05-31
6
Вet¡¡πа ♡
aliyah jarang sarapan sama seperti aku.. aku juga kalau pagi kagak doyan sarapan... tapi pas makan siang terus lebihhhh itu makan ku udah kek butaa haaaaa
2022-05-31
5