Sequel dari Sang Pemilik Cinta
Sebelumnya, mohon maaf karena cerita ini banyak mengandung bawang, karena memang saya membuat karya ini seperti nano nano, ada sedih, bahagia, komedi, dan kebucinan seorang suami pasa istrinya.
Novel ini bukan mengedepankan tentang poligami atau pelakor, tetapi ini tentang psikologi Mario yang di hantui rasa bersalah pada adik kembarnya semasa remaja, juga tentang seorang gadis bernama Inka yang broken home, psikologi seorang anak korban perceraian di usia yang sama.
Kemudian, mereka menikah karena kesepakatan yang saling menguntungkan.
Mario yang tak percaya dengan ikatan pernikahan dan memilih live together bersama pacar-pacarnya, di jodohkan oleh sang ayah dengan anak sahabat ayahnya. Mario menolak dan lebih memilih menikahi Inka, teman dari istri sahabatnya yang baru sekali bertemu.
Di tengah pernikahan yang mulai adanya benih-benih cinta, mereka di uji dengan ujian yang membangkitkan psikologi masa lalu keduanya muncul.
Jadi, siapkan mental kalian dan hanya yang berhati baja, yang bisa membacanya sampai end.
Terima Kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Kurniasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
sudah jadi istri orang
"Di mana Angel?" Tanya Pras, setelah menepuk pundak Bella.
Bella, Inka, dan Angel sedang berada di pusat perbelanjaan kota Paris. Saat ini, Bella sedang menunggu antrian Burger, sedangkan Inka dan Angel sedang menunggu antrian pizza. Bella dan Inka terpisah, karena Angel yang meminta di belikan pizza.
"Angel bersama Inka sedang antri pizza. Anakmu tidak mau lepas dari Inka." jawab Bella.
"Inka?"
"Iya, Inka teman aku om. Jangan pura-pura lupa deh."
"Dia di sini?" Tanya Pras lagi, yang langsung di angguki Bella.
"Inka juga sedang ikut pelatihan di tempatku berkerja. Tapi sudah hampir selesai. Beberapa hari lagi dia pulang ke Jakarta." Bella dan Pras sudah jalan beriringan menuju tempat dimana Inka dan Angel berada.
Dari kejauhan, Pras sudah melihat Angel yang sedang dalam gendongan Inka. Pras segera berlari menghampiri Inka.
"Maaf In, Angel merepotkanmu," ucap Pras sambil mengambil tangan Angel untuk di pindahkan ke pelukannya.
"Engga kok, om. Aku suka sama Angel, lucu." Senyum Inka.
"No.." Rengek Angel, yang tak mau lepas dari pelukan Inka.
"Kasihan tante Inka, berat kalau gendong kamu terus." ucap lembut Pras pada putrinya.
"Mommy.." Angel tetap merengek dan tak mau pindah kepelukan sang ayah.
"Udah om, ngga apa." ujar Inka. Namun, Pras tetap memaksa putrinya untuk pindah ke dalam pelukannya, hingga akhirnya sang putri menyerah.
"Mommy, ikut Angel pulang kan?" Tanya Angel, setelah mereka akan berpisah menuju kediaman masing-masing.
"Tidak sayang, mommy pulang kerumah mommy, karena sekarang papa Angel kan udah di sini."
"Tuh, liat om. Anakmu sangat menyukaì Inka sampai memanggilnya mommy." Ledek Bella.
"Sekali lagi, maaf ya. In." Keduanya hanya saling bertukar senyuman. Pras sangat senang melihat putrinya akrab dengan Inka. Karena biasanya, Angel sangat sulit dekat dengan siapapun. Tapi dengan Inka, ia langsung lengket seperti lem.
Inka pergi meninggalkan Bella dan Pras yang sedang menggendong Angel.
"Inka makin cantik, Bel." ujar Pras.
"Iya, tapi om telat. Dia udah nikah, suaminya anak konglomerat lagi. Makanya jangan kelamaan mikir, akhirnya keduluan orang kan." Bella berkata dengan gemas. Ia tahu sejak dulu, om nya itu selalu memperhatikan Inka, tapi tak pernah berani mengungkapkannya.
****
"In, kamu pulang ke Jakarta sendirian?" Tanya Bella, setelah Inka berpamitan kepada semua orang yang berada di ruangan itu.
"Iya, emang kenapa?"
"Pulang bareng om Pras aja, dari pada sendirian kan ga enak ga ada temennya."
"Emang om Pras, mau pulang ke Jakarta juga?" Tanya Inka dan langsung di angguki Bella.
"Iya tapi om Pras pulangnya besok, kalau kamu kan di belikan tiket pulang sama suamimu itu lusa."
"Hmm.. Boleh kalau gitu." Tanpa pikir panjang, Inka langsung mengiyakan ajakan Bella. Ia hanya membayangkan akan mengenangkan pulang bersama si imut Angel. Pasti di dalam pesawat, ia tak akan kebosanan.
"Kalau gitu aku bilang om Pras ya, untuk memesankan tiketmu besok." Inka langsung mengangguk.
Bella menginap di apartemen Inka. Sedih rasanya berpisah dari sahabatnya itu.
"Aku masih kangen, In. Tapi kamu udah mau balik." Suara manja Bella, yang tengah meilhat Inka berbenah untuk kembali ke Jakarta.
"Iya, termyata lebih cepat dari yang aku duga. Makasih atas semuanya ya Bel. Untung aku ketemu kamu di sini." Inka memeluk Bella.
"Kita akan ketemu lagi kan In?" Tanya Bella.
"Pasti donk." Inka tersenyum dan menampilkan ibu jarinya ke atas.
****
Pras, Angel, dan Inka sudah siap untuk melakukan perjalanan jauh. Bella mengantarkan mereka hingga lobby Bandara saja, karena ia harus kembali lagi ke kantor tepat waktu. Bella pun tak khawatir kepada Inka, mengingat sudah ada Pras dan Angel yang menemaninya.
Pras, Angel, dan Inka berjalan beriringan, mereka seperti satu keluarga utuh. Angel berada di troli anak yang di dorong Inka, sedangkan Pras mendorong troli barang. Inka di buat seperti ratu oleh Pras. Ia tak di izinkan untuk membawa satu barangpun, tugasnya hanya mendorong dorangan bayi yang berisi putrinya. Tak menyesal ia pulang bersama Pras dan Angel, walau sebenarnya ia melupakan tiket yang di belikan Mario. Hingga saat ini, Mario pun tidak tahu bahwa istrinya tengah kembali.
Selama perjalanan, Inka tak merasa bosan, karena Angel selalu berceloteh. Inka di buat sakit perut oleh Angel, karena banyak hal lucu yang membuat ia tertawa.
"Anak kamu lucu banget om." ujar Inka sambil tertawa.
"Hmm.. boleh kamu ngga manggil aku om?" Pertanyaan Pras membuat Inka tak lagi tertawa.
"Panggil saja aku mas." ucap Pras lagi. Inka hanya mengangguk pelan.
Satu jam berada di awan, membuat kedua perempuan beda usia ini tertidur pulas. Angel duduk persis di sebelah jendela pesawat, Inka duduk di sebelahnya, dan Pras duduk di samping Inka. Ketika Inka tengah pulas, Pras mengambil kepala Inka untuk di sandarkan pada pundaknya.
"Sayang, sekarang kamu sudah jadi istri orang." Batin Pras. Kemudian ia menghela kasar nafasnya.