Namaku April,aku adalah seorang wanita yang berasal dari keluarga sederhana.
Kisahku berawal dari perkenalan yang tak di sengaja.
Dari perkenalan itu,menumbuhkan rasa yang tak biasa.
Tapi aku hanya bisa diam.Tak berani bicara apalagi mengungkapkan.
Bagaimana kisah ini akan berlanjut???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonny Afriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 31
Aku menarik lengan Melisa dan membawanya menjauh dari mereka, Melisa masih tertawa karena reaksiku. Sementara mereka disana juga tertawa melihatku. Aku sangat sebal dengan ulah mereka. Selalu saja aku menjadi korban kejahilan mereka. Ibu yang melihatku segera menghampiri.
" Sayang, kamu kenapa? ". Tanya ibu padaku, karena melihat wajahku yang sedikit di tekuk.
" Mereka senangnya menjahili ku Bu ". Ucapku sambil melirik ke arah Melisa yang masi menahan tawa.
" Kalian ini, kalau sudah ketemu pasti seperti ini " . Ucap ibu sambil menggelengkan kepala.
" Sudah sana, kalian makan dulu ". Ucap ibu pada kami.
Acara ini masih berjalan, aku duduk di samping Melisa. Tak lama Aldy pun ikut bergabung dengan kami. Aku tak melihat sosok mas Bagas. Sebenarnya aku ingin bertanya pada Aldy, namun ku tahan, aku tak ingin menjadi bahan olok- olokan mereka.
Aldy dan Melisa bercerita mengenai konsep pernikahan mereka. Melisa menginginkan pernikahannya bertemakan garden party, namun Aldy lebih memilih tema indoor party, katanya agar lebih aman serta nyaman. Sebenarnya alasan Aldy ada benarnya juga. Apalagi melihat cuaca saat ini yang tak menentu. Aku hanya menatap pasangan itu bergantian, tak lama aku pun beranjak pergi.
Melisa, memegang tanganku.
" Mau kemana,? "
" Cari angin, mending menjauh deh, dari pada melihat kalian berdebat ".
Ucapku sekenanya. Melisa malah tertawa mendengar jawabanku. Malah Aldy, ikut menimpali ku.
" Nanti kamu juga akan merasakan Pril, saat kamu akan nikah nanti, pasti kamu bakalan banyak berdebat dengan calon mu ". Ucapnya.
Aku menjauh dari mereka, aku memandang ke arah pelaminan, Masi ada beberapa orang yang sedang membuat dekorasi di sana. Aku asik memperhatikan mereka.
" Segitu asiknya menyaksikan mereka ya Pril?"
Suara seseorang mengalihkan perhatianku dari arah pelaminan, aku menoleh ke arahnya. Mas Bagas, ia pun menoleh ke arahku dan mengembangkan senyumnya.
" Kamu cantik banget pakai hijab Pril ".
Ucap nya kemudian, aku yakin saat ini pipiku pasti sudah memerah seperti tomat, dan jantungku, jangan tanya jantungku seperti apa suaranya sekarang, retaknya sangat cepat, dan lebih kencang dari biasanya.
Mas Bagas masih melihat ke arahku, aku yang gugup, mencoba mengalihkan pandanganku dari matanya. Aku pun memberanikan diri untuk memulai pembicaraan.
" Bagaimana kabar mas sekarang? "
Aku meruntuki pertanyaanku sendiri, pertanyaan macam apa yang aku ajukan. Sudah dari tadi kami bersama, tentu saja keadaanya baik baik saja. Mas Bagas yang melihat kegugupanku hanya tersenyum dan menjawab.
" Seperti yang kamu lihat Pril, aku baik, tapi ada yang tidak baik " .
Aku mengerutkan keningku, mencoba memahami perkataannya.
" Hubunganku dengan Tari tak mengalami perkembangan apapun Pril, bunda masih menolak, dan Tari pun sepertinya enggan mendekat ".
Aku hanya membisu, tak memberikan jawaban apapun. Aku tak ingin salah bicara.
" Kamu masih mau nolongin aku Pril? "
Belum sempat aku menjawab pertanyaan dari mas Bagas, Melisa memanggil kami agar masuk kembali, karena kami akan berpamitan dengan keluarga mbak citra. Akhirnya acara ini berakhir, dan kami memasuki kendaraan kami masing masing, saat aku akan memasuki mobil, tak sengaja tatapanku bertemu dengan mas Bagas, kami sama sama saling menatap, tapi kali ini aku melihat pengharapan di matanya.
Pandangan mata kami terputus, saat Melisa menyenggol lenganku, lalu ia bertanya melalui isyarat mata. Aku hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum tipis. Selama di perjalanan menuju rumah, pikiranku terus teringat kata-kata yang di ucapkan mas Bagas. Bantuan apa lagi yang dia inginkan. Kenapa dia selalu saja melibatkan aku dalam masalah hubungannya.
Apa ia tak tahu, aku harus selalu menahan sakit setiap kali dia melibatkan aku di masalah cintanya.
siapa dirimu, kok kepo banget wkwk
giliran dijauhin, dianya marah