Anak kecil ber usia 5 tahun itu asik merasakan sejuk dan dinginnya air pegunungan yang merendam tubuhnya, mereka adalah Regan dan Regi anak kembar laki - laki dari pasangan Putra Mahardika dan Rosintiani.
Setiap akhir pekan Putra akan mengajak keluarganya ini untuk berlibur seperti weekend kali ini ia mengajak anak dan istrinya itu ke sebuah Air Terjun di mana Air Terjun itu menyajikan sebuah pemandangan yang begitu indah.
Canda tawa pun selalu menghiasi wajah mereka, Regan kecil tampak begitu menikmati bermain air bersama kakaknya sedangkan Putra dan Rosi mengawasi dari Gazebo yang tak jauh dari sana....
langsung aja masuk keceritanya...!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mars Is Blue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 33
Sudah sejak lama Citra menyukai sosok Regan dan semua orang tahu itu, tapi tak ada respon sedikit pun yang di berikan Regan pada nya. Regan seperti tak menganggap Citra ada dan hal itu membuat Flo merasa kasihan pada sahabatnya ini.
"Cit, gue harap lu bisa lupain Regan deh." Ujar Flo sambil menatap sahabatnya itu yang sedang memandangi foto Regan di ponselnya, Citra pun beralih pandangannya dahinya mengernyit menandakan ia bingung dengan ucapan Flo.
"Maksud lu? Gue harus berhenti suka sama Regan gitu?" Tanya Citra, dan Flo pun hanya mengangguk.
"Ya, iya lah. Seenggaknya lu gak hanya mencintai seseorang sendiri Cit, apa pernah Regan melihat lu? Nggak kan?"
"Tapi gue tulus kok sayang sama dia, ya mungkin saat ini dia gak bisa cinta sama gue tapi besok-besok siapa tau hatinya udah terbuka untuk gue?"
"Gue cuma gak mau lu terluka Cit."
"Gue udah paham maksud lu kok Flo, dengan gue seperti ini gue udah tau konsekuensi yang akan gue dapat. Thanks ya lu udah ingetin gue."
"Ya. Sama-sama Cit, yaudah masuk ke kelas yuk."
Mereka berdua pun berjalan beriringan menuju kelasnya, karna bel pelajaran terakhir akan berbunyi sebentar lagi.
Di satu sisi Regan pun menjadi semakin akrab dengan Namira walau hanya via telfon, entah kenapa Regan senang jika mendapat notif dari gadis itu.
"Woy! Belajar, jangan chattingan mulu." Ucap Dev memperingati karna Regan masih memainkan ponselnya saat jam pelajaran berlangsung, pria itu pun langsung menaruh ponselnya di saku celana nya.
"Ganggu aja lu."
"Ck! Yang lagi jatuh cinta mah beda."
Dev pun terkekeh, namun Regan hanya diam tak ingin membalas Dev. Mungkinkah benar apa yang diucapkan Dev? Saat ini ia sedang jatuh cinta.
****
Setelah bel pulang berbunyi para murid-murid pun langsung berhamburan keluar kelas, Dev langsung mengajak Regan untuk pulang bersamanya.
"Ayo, pulang!"
"Duluan aja."
"Lu mau kemana sih?"
"Kepo lu!"
"Ck! Jadi sekarang main rahasiaan?" Tanya Dev.
"Bukan, gue mau ke supermarket sebentar lu duluan aja."
"Hmm.. yaudah, gue duluan ya."
"Iya hati-hati."
Setelah Dev pergi Regan pun mulai berjalan kaki menyusuri jalanan siang yang begitu panas, sejujurnya ia tak ingin pergi ke supermarket hanya saja ia tak ingin merepotkan orang lain.
Dalam perjalanan menuju rumahnya ia pun tak sengaja mendapati pemandangan yang cukup membuatnya terkejut, ada seorang wanita yang sedang di ganggu preman dan preman itu memegang sebuah pisau kecil ditangannya.
Regan pun langsung terkejut ketika tahu siapa wanita itu.
"Dasar ceroboh!" Gumam Regan kemudian berlari menghampiri wanita itu.
"Serahin semua barang-barang lu!" Kata preman itu sambil menodongkan pisau ke hadapan gadis itu, gadis itu pun hanya diam ketakutan entah ia harus berbuat apa.
"Woy! Jangan ganggu dia!" Teriak Regan ketika sudah berada tepat dibelakang mereka, gadis itu mengangkat wajahnya dan ia tak percaya kini Regan yang menolongnya.
"Regan." Gumam gadis itu yang tak lain adalah Citra.
"Siapa lu? Mau jadi pahlawan hah?!" Tanya Preman itu dengan wajah garangnya, ia merasa terganggu dengan kehadiran Regan.
"Gak perlu tau siapa gue, yang jelas jangan ganggu dia! Atau lu akan berurusan sama gue." Jawab Regan tak mau kalah, preman itu pun kesal dan bersiap menghajar Regan.
"Banyak bacot lu! Lu cari mati sama gue!"
Dengan sigap Regan pun dapat mengimbangi gerakan preman tersebut, ayolah Regan sudah sering kali berkelahi jadi ia pasti tau bagaimana taktik lawan ketika akan menyerangnya.
Saat Regan sedang berusaha melawan preman itu Citra pun sibuk menelfon Dev agar membantu Regan.
"Halo Dev, tolongin gue."
"Lu kenapa Cit?"
"Regan berantem sama preman tolong kesini, gue takut."
"Hah? Iya-iya gue kesana sekarang, lu dimana?"
"Depan supermarket gang kelinci."
"Oke tunggu!" Tutt.. tutt... Tutt.. sambungan pun terputus, Citra sangat takut berada di situasi seperti ini ia berharap Dev segera datang dan membantu Regan.
Brugghh! Satu pukulan pun mengenai perut preman itu ia pun jatuh tersungkur
"Gue peringatin sama lu, jangan suka ganggu cewe! Apa lagi dia yang lu ganggu! Jangan kira karna lu preman gue takut, gue gak ada takutnya sama lu!"
Preman itu pun bangkit dengan amarah yang sudah memuncak ia memukul wajah Regan tepat di rahangnya, ia juga memukul perut Regan sampai pria itu terjatuh.
"Astaga Regan!" Teriak Citra ketika Regan terjatuh, ia tak tahu harus berbuat apa disaat situasi seperti ini. Namun bukan Regan namanya jika ia kalah begitu saja, perkelahian pun terus dilanjut hingga preman itu mengeluarkan pisau dan menggores tangan Regan hingga ia kesakitan.
Sreettt..
"Akhh! Sial!" Gumam Regan ketika darah segar pun menetes dari tangannya. Disaat itu pula Dev datang dengan membawa dua orang polisi.
"Jangan bergerak!" Seru polisi itu sambil menodongkan pistol ke arah preman itu, dan ia pun sudah tak bisa lari lagi dan segera di bawa oleh polisi itu.
Citra dan Dev segera menghampiri Regan yang terbaring di aspal, darah segar terus keluar dari luka di tangannya itu.
"Regan! Regan maafin gue, ini semua salah gue seharusnya lu gak perlu nolongin gue Gan." Ucap Citra yang sudah menangis.
"Udah jangan nyalahin diri lu, mending kita bawa ke rumah sakit mobil gue di sana." Ucap Dev kemudian mereka berdua memapah Regan menuju mobil Dev yang tak jauh terparkir di sana.
Regan hanya terdiam, tangannya terasa panas dan perih belum lagi perutnya terasa sakit.
*Rumah Sakit*
Citra tak henti-hentinya menangis, air matanya terus mengalir ia merasa bersalah atas apa yang menimpa Regan saat ini.
"Udah dong Cit, jangan nangis Regan kan udah di tangani sama dokter." Kata Dev menenangkan Citra.
"Gue ngerasa gak enak Dev, kalau aja dia gak nolong gue mungkin dia gak akan seperti ini." Balas Citra lagi sambil mengusap kasar pipinya itu.
"Kita doakan Regan baik-baik aja."
Tak berselang lama dokter pun keluar dari ruang UGD
"Keluarga pasien?" Tanya Dokter tersebut Dev dan Citra langsung mengahmpiri dokter itu.
"Kami teman sekolahnya dok, gimana Regan?" Tanya Dev.
"Syukur alhamdulillah, Regan sudah siuman luka ditangannya tidak terlalu dalam jadi kalian tidak perlu khawatir saya juga sudah memberikan obat."
"Alhamdulillah." Seru Dev.
"Boleh kita masuk dok?" Tanya Citra.
"Silahkan."
Mereka berdua pun langsung masuk dan menemui Regan.
Pria itu masih terbaring dengan seragam sekolah yang terkena bercak darah dari luka di tangannya, kalau saja Regan tak datang mungkin yang sedang terbaring saat ini adalah Citra.
