NovelToon NovelToon
Obsesi Cinta Tuan Gumiho

Obsesi Cinta Tuan Gumiho

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Reinkarnasi / Beda Usia / Cinta Beda Dunia / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:10k
Nilai: 5
Nama Author: Heryy Heryy

Kim Min-seok siluman rubah tampan berekor sembilan, yang sudah hidup lebih dari 1000 tahun,Kim Min-seok hidup dengan menyembunyikan identitasnya sebagai seekor gumiho,Ia berkepribadian dingin dan juga misterius.

Dirinya menjalin hidupnya dengan kesepian menunggu reinkarnasi dari kekasihnya yang meninggal Beratus-ratus tahun yang lalu.

Kim Min-seok kemudian bertemu dengan Park sung-ah mahasiswi jurusan sejarah, saat itu dirinya menjadi dosen di universitas tersebut.

Mereka terjerat Takdir masa lalu yang mempertemukan mereka, mampukah Kim Min-seok mengubah takdir tragis di masalalu yang terulang kembali di masa depan.

apakah kejadian tragis di masalalu akan kembali terjadi kepada dirinya dan juga kepada park sung-ah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heryy Heryy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

༿BAB༌༚31

Di tengah keheningan ruang tamu yang sedikit kacau, Park Sung-ah masih berada tepat di atas tubuh Kim Min-seok.

Alat pembersih debu sudah terlepas di lantai, dan serpihan vas serta benda antik lainnya masih terurai di sekitar mereka.

Tapi pada saat itu, semua itu seolah-olah tidak penting bagi Sung-ah—mata dia hanya terpaku pada wajah Min-seok yang sangat tampan di bawahnya.

Wajahnya yang berwarna kulit putih cerah, mata yang cerah seperti bintang di malam hari, dan bibir yang lembut dan merah terlihat begitu menarik di mata Sung-ah.

Dia merasakan jantungnya berdetak kencang, lebih kencang daripada saat dia menyentuh mahasiswa yang lahir di tahun macan, lebih kencang daripada saat dia melihat Baek Yi-jin untuk pertama kalinya.

Darahnya membanjiri wajahnya, membuatnya memerah sampai ke telinga, dan dia merasa sulit bernapas.

Tanpa sadar, tanpa bisa mengendalikannya sama sekali, dia membungkuk sedikit dan mencium bibir Kim Min-seok dengan lembut—seperti sentuhan angin yang lemah, tapi cukup untuk membuat kedua orang itu terkejut.

Sung-ah segera menyadari apa yang dia lakukan. Dia membuka mata dengan cepat, mata membesar dengan keheranan yang luar biasa.

"Apa-apaan yang aku lakukan ini?" bisik dia dengan suara yang lemah dan gemetar, tubuhnya mulai menggigil.

Dia segera ingin berdiri dari atas tubuh Min-seok, merasa malu yang tidak bisa dihilangkan—bagaimana mungkin dia mencium dosennya yang juga siluman rubah?

Tapi sebelum dia bisa melakukannya, Min-seok menarik tangannya dengan kuat dan memutar tubuhnya dengan cepat, sehingga sekarang dia yang berada di atas Sung-ah.

Tanpa berkata satu kata pun, Min-seok menarik dirinya lebih dekat. Dia melihat wajahnya yang memerah dan penuh keheranan, dan sesuatu yang mendalam di hatinya terbangkit.

Tanpa berpikir panjang, dia mencium bibir Sung-ah kembali—tapi kali ini, dengan lebih kuat, lebih lama, dan penuh gairah yang tidak bisa disembunyikan.

Ciuman itu berlangsung lama, menutupi semua bunyi di sekitar mereka—hanya ada sentuhan lembut bibirnya, panas dari tubuhnya, dan degupan jantung yang berpadu satu sama lain.

Keduanya melepaskan ciuman itu hanya ketika mereka merasa sulit bernapas. Mereka saling menatap, mata masing-masing penuh keheranan dan sesuatu yang lain yang tidak bisa diucapkan dengan kata-kata.

Min-seok menyentuh pipinya yang memerah dengan jari-jari yang lembut, tapi tidak berkata apa-apa. Sung-ah juga tidak bisa mengeluarkan suara—dia hanya berdiri diam, tubuhnya masih goyah karena kejadian yang tiba-tiba.

Setelah sejenak, Min-seok berdiri dari atasnya dan mengambil alat pembersih debu yang terlepas di lantai. Dia mematikan alat itu dan meletakkannya di meja tamu, lalu melihat jam di dinding yang menunjukkan sudah lebih dari jam 12 malam.

"Sudah larut malam, Sung-ah," katanya dengan suara yang lemah dan sedikit canggung. "Kamu harus tidur sekarang agar tidak lelah besok ke kampus."

Sung-ah mengangguk perlahan, tidak bisa melihat langsung ke mata dia. Dia berdiri dengan perlahan, mengambil kardus yang berisi pakaiannya yang masih di lantai, dan berlari menuju kamar tidurnya sendiri tanpa berkata apa-apa.

Dia menutup pintu kamar dengan cepat, meletakkan kardus di atas kasur, dan duduk dengan tubuh yang menggigil.

Wajahnya masih memerah, dan ingatan tentang ciuman itu terus terngiang-ngiang di pikiran—adakah itu nyata? Atau hanya mimpi yang terlalu indah?

Malam itu, Sung-ah tidur dengan susah payah. Setiap kali dia menutup mata, dia melihat wajah Min-seok dan merasakan sentuhan bibirnya.

Dia bingung, takut, dan juga merasa sesuatu yang dia tidak bisa jelaskan—seperti rasa lega yang dia tidak tahu mengapa muncul. Dia tidur hanya beberapa jam, dan bangun lebih awal dari biasanya ketika matahari baru mulai terbit.

Dia berdiri dari kasur dan berjalan ke kamar mandi untuk mencuci muka. Setelah itu, dia keluar dari kamar dan menuju dapur, di mana dia mendengar bunyi kompor yang menyala.

Seperti biasa, Kim Min-seok sudah membuat sarapan pagi—nasi hangat yang dihiasi dengan lauk telur orak-arik, sup sayuran yang segar, dan roti panggang yang hangat dengan mentega.

Bau makanan yang lezat menyebar di udara, membuat perutnya bergemuruh, tapi dia tidak merasa lapar—hati dia terlalu penuh dengan keheranan.

Min-seok melihat dia masuk ke dapur, dan tersenyum lemah. "Sudah bangun? Mari kita makan sarapan," katanya seolah-olah apa-apa tidak pernah terjadi malam sebelumnya.

Dia membagi makanan ke dalam piring dua orang, lalu duduk di meja makan.

Sung-ah duduk di kursi depannya dengan hati-hati, tangan dia gemetar ketika mengambil sendok. Setelah beberapa saat yang penuh keheningan, dia tidak tahan lagi.

Dia menundukkan kepala, tidak bisa melihat langsung ke mata Min-seok. "Dosen Kim... semalam... itu... apa itu nyata?" bisik dia dengan suara yang lemah dan serak.

Min-seok menghela nafas panjang. Dia melihat Sung-ah yang malu, dan wajahnya juga sedikit memerah. "Ya, itu nyata," jawab dia dengan suara yang lemah.

Sung-ah merasa darahnya membanjiri wajahnya. Dia memutar kepala dengan cepat, mata membesar. "Maaf... maaf banget, Dosen Kim. Aku tidak tahu mengapa aku melakukan itu—aku hanya tidak bisa mengendalikannya. Aku tidak berniat membuatmu tidak nyaman," teriak dia dengan suara yang penuh kesalahpahaman.

Min-seok tersenyum lemah, menyentuh tangannya yang gemetar di atas meja. "Jangan minta maaf, Sung-ah," katanya. "Itu bukan hanya kesalahanmu. Aku juga yang melanjutkannya."

Sung-ah terdiam sejenak. Dia melihat Min-seok, dan melihat bahwa wajahnya juga memerah. "Tapi... apa yang artinya itu?" tanya dia dengan suara yang sangat lemah.

Min-seok mengangguk perlahan, tapi tidak menjawab pertanyaannya. Dia hanya mengambil sendok dan memakan nasi dia, sambil mengalihkan pandangannya ke jendela. "Mari kita makan dulu, sebelum makanan dingin," katanya dengan suara yang lemah. "Kamu butuh energi untuk ke kampus hari ini."

Sung-ah mengangguk perlahan, memulai makan dengan hati-hati. Keheningan menyelimuti mereka selama sarapan, masing-masing memikirkan tentang malam sebelumnya. Sung-ah masih bingung—apa yang akan terjadi selanjutnya?

1
𝓪𝓻𝓽𝓾𝓻 𝚝𝚎𝚖
crezy up thr
Almahira
🤭🤭🤭 kisss lagi🤭
𝓪𝓻𝓽𝓾𝓻 𝚝𝚎𝚖: ko kamu gak ada novel?
total 1 replies
Almahira
gue juga pengen 😭
Almahira
wah nafsunya memuncak, nih dosen 🤭
Almahira
wah udah Kiss kissan aja
Almahira
kaya adegan sinetron aja🤣
Almahira
pasti nangis lah jadi cewek kalo di kasih harapan palsu 😭😭
Almahira
wah di kasih harapan palsu,😭😭😭
Almahira
seneng banget tuh 🤭🤭
Almahira
kalau kaya gitu visualnya saya juga mau
Han Sejin: haaa🤣
total 1 replies
🐌KANG MAGERAN🐌
semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!