Kisah Seorang Buruh kasar yang ternyata lupa ingatan, aslinya dia adalah orang terkuat di sebuah organisasi rahasia penjaga umat manusia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Babah Elfathar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Bab 31
“Karena aku yang punya warnet ini,” jawab Vela enteng.
Rangga tercengang. Ini adalah tempat orang bebas masuk dan memakai komputer selama jam yang sudah ditentukan, tapi malah menolak pengunjung?
“Oke, kalau begitu aku akan pergi dari sini,” kata Rangga sambil berdiri.
“Dan juga, kamu harus pergi dari kehidupan Windy.” Vela membuang napas kesal, “Kalau sampai aku melihatmu berkeliaran di dekat Windy, awas saja kamu.”
Rangga mengangkat alisnya, wanita ini memang cukup memiliki nyali. Tapi dia memilih mengangkat bahunya acuh dan berencana untuk berdiri keluar dari warnet Vela.
Bruak!
Tiba-tiba pintu warnet digebrak oleh beberapa orang lelaki. Pemimpin dari kelompok ini adalah Don Wardana dari Japaris Bar. Di sebelahnya, seorang lelaki berkepala plontos terlihat babak belur berdiri di samping Don.
Rangga mengurungkan niatnya, dia memilih mengambil kursi kosong dan duduk lagi. Dia seolah merasa akan ada adegan seru yang terjadi. Rangga bersiap menonton.
Vela menghela napas saat melihat Rangga yang kembali duduk. Lalu pandangannya beralih ke Don tanpa rasa takut.
“Wah nyalimu masih saja besar ya, Vel,” cibir Don.
Sudah sangat jelas mereka datang untuk membuat masalah. Mereka menendang kursi-kursi yang tidak salah apa-apa begitu saja.
“Hey jaga kaki kotormu itu, kursiku jadi kena najis! Kalau mau sewa mana uangmu, kalau tidak pergi dari sini,” kata Vela sambil menyilangkan tangan di dada.
“Paman Leon, benar dia orangnya?” tanya Don pada lelaki berkepala plontos.
“Benar,” kata lelaki itu sambil mengangguk.
Vela mengerutkan keningnya saat melihat lelaki itu.
“Vel, aku memperlakukanmu dengan sopan saat kamu pergi ke barku, lho. Bahkan aku memberimu diskon.” Don memulai dialog dengan Vela, “Tapi kamu tahu ‘kan kalau orang ini adalah pamanku. Dia banyak minum di barku, tapi kenapa kamu memukulinya sampai babak belur begini? Kalau kamu tidak menjelaskan apa masalahnya, jangan harap kamu bisa membuka warnet ini lagi.”
Vela berdecak kesal, “Duh, tua bangka itu yang salah. Dia yang mulai, jadi aku tidak salah ‘kan menghajarnya?”
“Setiap kamu pergi ke bar, kamu selalu memakai pakaian yang seksi. Bukankah kamu sengaja supaya orang-orang bisa melihat tubuhmu? Apa salahnya kalau seorang lelaki yang normal tertarik dan nafsu? Apa salah? Padahal kamu sendiri yang sengaja menggoda dengan pakaianmu,” bantah Don.
Rangga mengangguk setuju dan berkata dalam hati, “Benar.”
“Dia mengajakku untuk minum bersama dan aku sudah menolaknya. Tapi dia malah memaksa dan menyentuhku sembarangan.”
Lelaki itu berdiri dan berkata, “Don, kamu tahu yang sebenarnya. Aku sudah ceritakan padamu, ‘kan.”
Don melirik Vela, “Tapi kenapa kamu memukul dia? Kamu lihat ‘kan seberapa parah mukanya itu. Aku lebih memercayai ucapannya.”
Rangga melihat lelaki plontos itu dengan heran. Aura orang ini sama dengan paman Don.
Vela mengerutkan kening dan berkata, “Terus apa yang kamu inginkan? Uang ganti rugi? Berapa, sini aku bayar sekarang.”
Rangga cukup terkejut karena Vela sangat mudah mengalah.
Jelas sekali hal ini karena semua orang tahu bagaimana cara keluarga Wardana menyelesaikan masalah—yaitu dengan menutup bisnis lawannya sampai ke akar-akarnya.
“Uang? Kamu kira kami butuh uangmu?” Don memandang Vela, “Kamu harus menghabiskan malam dengan Paman Leon, kalau tidak jangan harap warnet dan kursus taekwondo milik ayahmu bisa terus buka.”
“Jangan harap!” kata Vela sambil mengepalkan tinju menatap Don lekat.
Don mengerutkan kening. Di sebelahnya, Leon terus berkata, “Don, kamu harus menangani masalah ini sampai tuntas. Sampai dendamku terbalas.”
“Hancurkan tempat ini!” perintah Don.
“Coba hancurkan kalau kalian berani!” Vela marah dan berusaha menghentikan orang-orang Don yang mulai mengacak-acak warnetnya.
Tapi Vela hanya sendiri, dia cukup kewalahan. Tidak ada satu pun dari pengunjung warnet yang berani ikut campur. Mereka memilih membayar tagihan dan pergi meninggalkan warnet.
Orang-orang di sini sudah mengenal siapa Don, jadi mereka tidak berani ikut campur.
Beberapa orang terlihat mengepung Vela.
Walaupun Vela ahli dalam bela diri, tapi dia hanya seorang diri. Setelah dia berhasil menyerang dua orang, yang lainnya menahan tangan Vela. Dia berhasil ditaklukkan dengan kedua tangan yang dipegang erat-erat.
“Hancurkan!” kata Don lagi.
Salah satu orang membawa kursi dan menghantamnya ke mesin kasir di meja admin.
Tak berhenti di situ, satu vending machine berhasil dirusak. Minuman di dalamnya jatuh berantakan.
Leon menghampiri Vela dengan senyum nakal, “Aku sangat menyukai sifatmu yang galak, menambah keseksianmu. Kamu pasti sangat agresif waktu di ranjang. Ini mudah kok, kamu tinggal melayaniku dan membuat aku puas hanya dalam waktu semalam saja. Dan aku akan menganggap masalah ini selesai.”
Don menghela napas, “Vel, aku tahu hubunganmu dengan Windy sangat baik. Tapi untuk masalah ini, Pak Barney tidak mungkin akan ikut campur kalau tidak menerima laporan dari mulutmu. Sudahlah, daripada warnetmu hancur, cepat setuju saja.”
“Tidak akan!” teriak Vela.
Leon menjilat bibirnya sendiri sambil mengulurkan tangan, “Ck, besar sekali. Pasti rasanya enak!”
Tangannya bersiap menuju ke dada Vela.
“AHHHHHH!” Vela menjerit sejadi-jadinya. Dia merasa terpojok, tidak ada yang bisa dia lakukan.
“Bagaimana kalau kalian melupakan masalah ini? Sengaja melecehkan wanita dan melakukan tindak kriminal seperti ini, sepertinya agak berlebihan. Apalagi musuh kalian seorang wanita,” ada sebuah suara yang membuat mereka berhenti sesaat.
Tangan nakal Leon mengapung di udara dan semua orang melihat ke arah sumber suara.
Rupanya pemilik suara itu adalah Rangga yang sedari tadi duduk di balik komputer.
Vela terkejut, dia kira Rangga sudah kabur bersama pengunjung yang lain. Tapi apa gunanya walaupun Rangga ada di sini? Malam itu saja dia melarikan diri.
Tidak, Rangga akan berguna kalau dia bisa keluar dan memanggil bantuan. Setidaknya meminta bantuan pada Windy dan ayahnya.
“Rangga, cepat pergi dan beri tahu Windy dan Pak Barney untuk menyelamatkanku!” teriak Vela tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan.
Don melihat Rangga, “Kak Rangga, kenapa kamu ada di sini? Sebaiknya Anda cepat pergi dari sini.”
Leon memandang Rangga dan Don bergantian, “Dia siapa?”
“Dia adalah teman Barney Syam. Terakhir kali aku salah paham padanya.”
“Barney Syam?” kata Leon terlihat tidak peduli, “Yah, tapi kalaupun Barney ada di sini, dia tidak bisa melakukan apa-apa. Dia sudah memukulku duluan, aku cuma ingin dia membayar perbuatannya. Kamu cepat pergi dari sini.”
Rangga berdiri sambil tersenyum. Dia mengedipkan mata ke Vela sambil terus mendekat ke Leon, “Aku yang akan mengurus masalah ini.”
Semua orang melihat Rangga dengan ngeri. Jelas sekali kalau Rangga terlihat akan membunuh mangsanya.
Vela sendiri mengira kalau Rangga akan segera kabur dan menyelamatkan diri. Tapi sekarang? Rangga berkata akan mengurus masalah ini? Apa Rangga bisa mengatasi Don dan orang-orangnya?
Bersambung