Merebut Cintamu

Restandi mencium pipi Arleta .

"Kalau tidak mandi kenapa?". tanya Arleta ingin tau apa yang akan Restandi lakukan.

"Aku yang mandiin". bisik Restandi di kuping Arleta. Restandi langsung mendapat cubitan di pinggangnya. Restandi tertawa.

"Keluar yuk makan". Restandi mengajak Arleta dan menggandeng tangannya. Di ruang makan sudah ada Nikolas, Sofi dan pria tengil tadi.

"Arleta sayang, makan yuk mama masak kesukaan kamu loh". sapa Sofi meminta Arleta bergabung.

"Iya ma" Arleta duduk di sebelah Restandi. Di hadapannya ada Sofi dan Rion. Sebagai kepala rumah tangga Nikolas duduk di ujung meja.

"Ini Rion, adik Restandi. Kamu sudah ketemu tadi siang katanya". Nikolas berkata pada Arleta.

"Sudah pa". Jawab Arleta sambil menatap Rion yang senyum-senyum tebar pesona. Tapi dia langsung diam ketika melihat Restandi menatapnya tidak suka. Mereka pun menikmati hidangan makan malam. Ada satu menu yang menarik perhatian Arleta. Rasanya pedas dan asam. Arleta tau dia tidak bisa makan itu terlalu banyak karena perutnya bermasalah. Tapi itu kan kalau banyak. Arleta berniat untuk ambil sedikit.

"Arleta". Restandi menegur ketika tangan Arleta baru terulur. Arleta pun menatap Restandi yang menggeleng pelan. Tidak boleh. Sofi tau Arleta sangat ingin.

"Makan sayang, tidak apa kalau hanya sedikit". kata Sofi membela Arleta. Gadis itu jadi bimbang. Diliriknya Restandi, mata Restandi mengisyaratkan akan memberi hukuman jika dia tidak patuh. Arleta melihat pada Sofi yang dengan senyum hangat menatapnya. Hal itu membuat Arleta berani mengambil menu itu. Tapi ketika Arleta melirik Restandi lagi, pria itu tersenyum kecil dan matanya mengisyaratkan kena kamu. Tunggu hukumannya. Arleta pun segera memalingkan tatapan matanya dan tanpa sengaja bertatapan dengan Rion yang tersenyum lucu padanya. Rion memang merasa lucu. Setau dia kakaknya sangat dingin pada wanita. Maka dia di jodohkan agar dia menikah. Tapi Rion sangat terkejut melihat Interaksi antara Restandi dan Arleta sangat manis. Padahal mereka tidak berawal dari saling mencintai. Rion sendiri juga ragu bila harus menikahi wanita yang di jodohkan dengannya. Apalagi dia tidak mengenal wanita itu. Rion berkesimpulan Arleta seperti dugaannya, bukan wanita biasa saja. Pertemuan singkat siang tadi dengan Arleta juga menyenangkan hatinya. Jika saja Arleta bukan wanita pilihan untuk kakaknya, Rion ingin mengenalnya lebih jauh. Setelah makan malam tidak ada lagi pembicaraan tentang Marionata Gutama. Padahal Arleta sangat ingin tau tentangnya. Nikolas dan Sofi menghilang. Rion sendiri sepertinya meninggalkan rumah. Maka Arleta mengambil kesempatan untuk mengajak Restandi ke kamar dan bertanya padanya.

"Kamu ngapain ngajak aku ke kamar?". tanya Restandi dengan senyum manis. Dia senang punya kesempatan membuli Arleta.

"Jangan senang dulu, aku ingin bicara denganmu". kata Arleta merajuk.

"Mau bicara apa?". Restandi mengajak Arleta duduk santai di sofa besarnya.

"Rest maaf aku ingin tau tentang Rion. Setau aku kamu putra tunggal". kata Arleta sambil mengamati wajah Restandi, karena menurut perasaannya ini bukan hal yang sederhana. Restandi terdiam wajahnya berubah dingin. Arleta jadi khawatir pertanyaannya kurang tepat waktunya. Restandi memegang lembut tangan Arleta.

"Maaf Arleta kau memang harus tau karena akan jadi bagian dari keluarga ini. Tapi mungkin karena hal ini menyakitkan orangtuaku enggan membahasnya denganmu". Restandi menghela napas kesal.

"Rest, kalau aku tidak boleh mendengarnya tidak apa ko". kata Arleta merasa tidak enak. Restandi tersenyum.

"Papa pernah melakukan kesalahan di masa lalu. Menghamili seorang wanita dan wanita itu melahirkan seorang anak laki-laki. Waktu itu papa sudah memiliki aku sebagai putra sahnya tapi mama tidak dapat hamil lagi. Kedatangan seorang wanita bersama anaknya menjawab pertanyaan mama, mengapa papa tampak berubah. Papa jadi acuh pada mama dan jarang di rumah. Mama sedih sekali merasa diabaikan hingga wanita itu datang bersama putranya Rion. Menurut papa dia merasa bersalah pada mama karena kesalahan yang di buatnya, maka papa menghindari mama. Wanita itu pun hanya diberi uang oleh papa untuk menghidupi anaknya. Dia sepertinya mencintai papa, dia merasa marah karena papa tidak pernah datang menengoknya dan Rion. Itu yang membuat dia datang ke rumah ini. Mama sangat terpukul mengetahui apa yang dilakukan papa. Tapi sebagai wanita mama mengerti wanita itu berjuang untuk anaknya. Papa menerima wanita itu di rumah ini. Papa membangun rumah untuk wanita itu agar dia hidup terpisah walau tetap di tempat yang sama. Kau bisa lihat bangunan itu di sebelah rumah ini. Tapi sebelum rumah itu jadi mama merasa tersiksa dengan kehadiran wanita itu. Perasaan sedih mama membuatnya stres. Akhirnya mama mengutarakan pada wanita itu rasa sedihnya dan wanita itu memutuskan untuk pergi dari rumah ini. Rion di titipkan ya pada mama. Dia mengalami kecelakaan mobil dan meninggal dunia. Mama merasa bersalah dan pernah mencoba bunuh diri. Aku yang menemukan mama ketika itu. Papa merasa bersalah untuk kedua kalinya karena sekali lagi mengabaikan mama. Sejak itu papa terus memperhatikan mama. Rion di asuh oleh mama karena biar bagaimana dia putra papa. Sebagai penebus rasa bersalah mama mengurus Rion dengan baik. Walau tidak mudah. Rion anak yang sering memberontak entah mungkin karena kecewa dengan apa yang terjadi pada ibunya atau entah apa yang ada di kepala anak itu aku tidak tau dan tidak perduli". Restandi dengan dingin mengakhiri ceritanya. Arleta jadi paham sekarang. Mengapa Restandi bersikap dingin pada Nikolas.

"Kamu pasti sangat sayang pada mama ya?". kata Arleta pada Restandi.

"Betul Arleta, aku sangat sayang pada mama mengingat apa yang sudah mama alami. Itu sebabnya aku tidak mau mama kecewa atau sedih". jawab Restandi tanpa ragu.

"Termasuk pernikahan?". tanya Arleta ingin tau. Perjodohannya karena Sofi yang memilih dirinya untuk Restandi.

"Perjodohan memang mama yang mengatur". jawab Restandi terus terang. Ada perasaan sedih dalam hati Arleta. Jadi Restandi bersedia bertunangan dengannya karena ingin menyenangkan Sofi. Walau Arleta harus mengakui mereka tidak saling jatuh cinta namun perasaan Arleta tetap sedih.

"Rest, apa kamu benci sama Rion?". tanya Arleta melihat sikap Restandi pada Rion juga dingin.

"Benci? aku rasa bukan benci. Tapi aku tidak suka mengingat mama mengurus Rion pasti akan terus teringat pada kesalahan papa". Arleta setuju pada perkataan Restandi. Seorang istri harus mengurus anak suami dan selingkuhannya tidak mudah. Pasti hati Sofi sakit.

"Kalau boleh tau sikap Rion sendiri pada mama bagaimana?". Arleta belum melihat interaksi antara Rion dan Sofi.

"Rion bisa memandang mama seperti mamanya sendiri, mungkin karena dia takut pada papa. Waktu kecil dia menuruti mama".