Sebuah kesalahan di satu malam membuat Ocean tidak sengaja menghamili sahabatnya sendiri. Hal itu membuat Cean menjadi labil dan berusaha menolak takdirnya yang akan menjadi Ayah di usia yang masih sangat muda.
"Aku hamil, Ce." (Nadlyn)
"Perjalanan kita masih panjang, Nad. Kita baru saja akan mengejar impian kita masing masing, aku harus ke London mengejar studyku disana." (Ocean)
"Lalu aku?" (Nadlyn)
Cean menatap dalam mata Nadlyn, "Gugurkan kandunganmu, Nad."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shann29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17
"Biar mandi disini saja, Mom. Lagi pula aku mau turun dulu ke bawah, ponselku tertinggal di mobil." Kata Cean lalu berjalan kearah pintu kamar, namun sesekali ia menengok ke arah belakang untuk melihat wajah Samudra.
Cean berjalan dengan perasaan yang semakin tidak karuan, entah apa yang ada di dalam pikirannya. Ia mencari ponselnya untuk mengabari Rena jika dirinya sudah mendarat sekaligus untuk meyakinkan hatinya jika tujuan awalnya kembali adalah untuk mengakhiri semuanya.
Saat Cean menutup pintu mobil setelah mendapati ponselnya, perhatiannya kini tertuju pada sebuah mobil yang baru saja memasuki halaman rumahnya.
Cean menyipitkan matanya, menanti siapa seseorang yang berkunjung ke rumah orang tuanya. Hingga Cean sedikit terkejut dengan salah satu sahabat lamanya di SMA dulu.
"Dirga..."
Dirga yang sudah tau jika hari Cean kembali hanya menganggukan kepalanya saja.
"Hai Ce, kau sudah kembali?" Tanya Dirga berbasa basi.
"Dirga, benarkah ini kau?" Cean seperti menemukan salah satu barang berharganya.. Pasalnya diantara ke tiga temannya dulu, hanya dengan Dirga lah yang cukup dekat dengannya.
Kini mereka berdiri saling berhadapan, "Selamat datang kembali, Cean." Ucap Dirga lalu memeluk Cean, pelukan persahabatan yang sudah tidak pernah mereka lakukan lagi setelah kelulusan sekolah.
Cean sebenarnya bingung, bagaimana bisa Dirga berada di rumah orang tuanya, bagaimana bisa Dirga tau jika Cean akan kembali hari ini mengingat selama enam tahun terakhir ini mereka tidak saling berkomunikasi.
"Apa kabarmu?" Tanya Cean sambil melepas pelukan mereka.
"Baik, sangat baik."
"Masuklah, Ga. Sudah lama kita tidak berjumpa." Ajak Cean namun Dirga terlihat ragu.
"Paapiiiii." Seru seorang anak kecil, siapa lagi kalau bukan Samudra.
Dirga dan Cean sama sama menoleh ke arah Samudra, dan Cean langsung melihat ke arah Dirga yang tengah tersenyum lalu berjongkok seolah akan menangkap Samudra.
Deggg...
"Hai Boy, apa kabarmu hari ini?" Tanya Dirga yang kini mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Samudra.
"Sangat baik." Jawab Samudra dengan ceria. "Kita jadi pergi, Pi?"
"Kau sudah jadi anak yang baik hari ini?" Tanya Dirga dengan manisnya.
Samudra mengangguk, "Aku membantu Nanny melipat pakaianku, aku juga makan tidak di suapi oleh Nanny, dan aku juga menghabiskan susu juga serealku, Pi."
"Good, Papi suka itu." Kata Dirga sambil mengusap lembut kepala Samudra.
"Dirga...." Panggil Cean dengan tatapan seolah meminta penjelasan.
Dirga yang sadar dengan kehadiran Cean pun segera berdiri sambil menggendong Samudra.
"Pi, Uncle ini tamunya Opa." Ucap Samudra yang membuat hati Cean seperti dihantam oleh benda tajam.
Samudra memanggil pria lain dengan sebutan Papi, tapi memanggil Uncle pada Daddy nya sendiri.
Dirga tersenyum pada Samudra lalu menurunkan Samudra perlahan. "Ambil tas mu, lalu berpamitan pada Oma dan Opa. Papi menunggumu disini, Boy."
"Oke Papi." Kata Samudra lalu berlari masuk ke dalam rumah.
Cean hanya diam membeku, mencoba mencerna apa yang Cean lihat dan dengar dengan mata dan telinganya sendiri.
"Selama ini kau dan Nadlyn berhubungan?" Tanya Cean penuh rasa ingin tau.
Dirga mengangguk, "Dan aku akan segera menikahi Nadlyn, setelah kau melepasnya." Ucapnya dengan tenang. "Bukankah kau kembali untuk kesepakatan itu? Untuk mengurus perceraianmu bersama Nadlyn?" Tanyanya yang membuat Cean ingat kembali akan tujuannya namun di waktu yang bersamaan Cean menjadi ragu.
"Kau mengambil kesempatan, Ga." Geram Cean.
Dirga tersenyum sinis, "Aku mengambil kesempatan. Mengambil kesempatan yang sudah di sia siakan olehmu." Dirga menghela nafas sejenak, "Apa aku salah?"
Cean membuang wajahnya, ia enggan menatap wajah Dirga, wajah sahabatnya yang ia anggap kini sebagai pengkhianatnya.
"Papi, ayo kita pergi." Ajak Samudra yang kini sudah memakai ranselnya.
"Sudah berpamitan dengan Opa dan Oma?"
"Sudah, Pi."
"Sekarang berpamitanlah pada Uncle ini." Ucap Dirga.
Samudra mendongakan wajahnya menatap wajah Cean yang berada tinggi di atasnya.
"Uncle, Sam pulang dulu."
Cean hanya menatap mata Samudra, bentuk mata yang nyaris sama dengan bentuk mata miliknya, benar benar miniatur Cean sewaktu kecil.
"Ayo, Boy." Ajak Dirga lalu mereka memasuki mobil dan meninggalkan rumah Nanda.
Cean masih terdiam dengan arah mata mengikuti pergerakan mobil Dirga hingga tak terlihat lagi.
"Kau marah? Kau menyesalinya?" Tanya Pras yang sedari tadi memperhatikan Cean dan Dirga.
Cean menatap sang Daddy.
"Kau ingin marah tapi tak bisa marah? Kau ingin protes tapi tak bisa protes bukan?" Tanya Pras lagi.
"Dad, sudahlah." Sahut Nanda. "Cean baru kembali. Biar Cean istirahat dulu."
Pras hanya meredam amarahnya, ia tidak bisa menasehati anaknya jika itu di depan istrinya.
"Cean kembalilah ke kamarmu, istirahatlah dulu." Kata Nanda.
Cean pun segera kembali ke kamarnya, ia berniat membersihkan diri namun matanya tertuju pada tumpukan cucian yang yerdapat baju Samudra yang tadi ia pakai. Cean meraihnya dan menggenggamnya erat, melihatnya dengan tatapan entah, tanpa sadar mencoba menghirup aromanya, namun semakin dalam hingga ada buliran bening keluar dari sudut mata Cean.
Cean segera menghapus sudut matanya yang basah. "Perasaan apa ini?" Gumam Cean tak mengerti. "Mengapa hatiku sakit? Mengapa hatiku tak rela?"
Di tempat lain, Dirga tengah mengajak Samudra bermain, hingga dua jam mereka habiskan di arena permainan itu dan Dirga mengajak Samudra untuk makan sebelum akhirnya mengantarnya pulang ke rumah Robi.
"Boy.." Panggil Dirga.
"Ya, Pi..."
"Apa kamu menyayangi Papi?" Tanya Dirga seakan menahan sesak.
Samudra mengangguk cepat, "Sayaaaang sekali, sayang Sam pada Papi besaaar sekali." Jawabnya sambil merentangkan kedua tangannya.
Dirga tersenyum, ia berharap jika rasa sayang Samudra padanya tidak akan pernah berubah.
Dirga mengantar Samudra kembali kerumah Robi.
"Cucu Kakek sudah pulang." Sapa Robi.
"Kek, tadi Sam bermain bersama Papi, Sam berhasil mengalahkan score Papi di game menembak." Seru Samudra.
"Keren sekali itu, Sam."
"Ya Kek, Papi yang mengajarkan Sam."
Robi hanya tersenyum mendengar cerita antusias dari cucu semata wayangnya itu.
Samudra segera masuk ke dalam kamarnya karena sudah terlalu lelah, Robi mengajak Dirga untuk berbincang.
"Jam berapa besok pesawat Nadlyn mendarat?" Tanya Robi pada Dirga.
"Kalo tidak ada kendala, jam sebelas siang, Uncle."
Robi hanya menganggukan kepalanya. "Ku dengar Cean sudah kembali."
Dirga hanya diam dan diamnya Dirga membuat Robi tau akan kekhawatirannya.
"Dirga, aku tau kau sangat mencintai putriku. Tapi kenyataannya Nadlyn masih lah istri sah Cean." Ucap Robi berhati hati.
"Aku akan mengalah jika Cean kembali memperjuangkan cintanya dan Nadlyn mau menerimanya." Jawab Dirga berbesar hati.
"Cean kembali bukan untuk memperjuangkan cintanya karena Cean memang tidak pernah mencintai Nadlyn. Cean kembali untuk menyelesaikan perceraiannya." Robi menjeda kalimatnya sejenak, "Bukankah itu kesepakatan antara Cean dan Nadlyn?" Tanya Robi dan Dirga hanya mendengarkannya saja.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Note:
Vote ku dari kemarin gak bertambah nih, yang masih punya jatah Vote, bantu aku Vote novel ini ya.
Sudah aku tambahin Up nya, bantu like dan koment nya juga ya 🙏
kayaknya author ya nulis nya Nggak pakai outline.Karena kadang diawal gimana ,sampai bab selanjutnya kontra . Andai runut tiap Bab nya novel ini bagus banget karena ceritanya kuat ,bahasa nya asik ,ceritanya juga clear ,plot nya seru .