"Penting kah pak?" Tanya Hana dengan suara yang datar, berusaha biasa saja.
Pak Arman menganggukkan kepala.
"Sebentar saja, saya mohon" lirihnya.
Hana yang tanpa respon dianggap Arman menyetujui permohonan nya.
Arman dengan sigap menunjuk sebuah meja panjang yang terletak persis di samping pintu keluar kafe.
"Disini ya..." Ucap nya.
Hana mengangguk dan kembali duduk meletakkan tas ranselnya.
Sebelum duduk, Pak Arman terlihat seperti memberi kode kepada pelayan di dalam, seperti nya sedang memesan sesuatu.
Mereka duduk berdampingan menghadap jendela.
"Jadi gini Hana.. saya ingin kamu menjadi istri saya.." ucap pak Arman tanpa basa-basi sedikit pun.
"Apa! Istri?" Dengan suara yang agak keras melengking, Hana di buatnya kaget bukan kepalang.
Suaranya membuat orang - orang di sekelilingnya menoleh ke arah mereka.
"Iyaa istri" kata Arman kembali mengulang kata istri dengan lembut sekali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yani_AZM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35. Mau kah Kau Jadi Istriku?
1 bulam kemudian.
Mami Manda dan Arman baru saja selesai berenang di kolam renang rumah nya.
Mami sangat lincah dan jago renang. Setiap beradu kecepatan saja, Arman selalu kalah melawan mami, walaupun dia laki - laki.
Mereka sedang berisitirahat, bersandar di kursi santai pinggir kolam renang.
Sambil menikmati air hangat di campur dengan perasaan lemon, dibawah terik matahari pagi.
"Mam!" panggil Arman.
"iya apa sayang?" kata mami Manda dengan suara lembut nya.
"Aku sebenarnya, malam Minggu ini ada janji sama Hana, aku mau ajak dia ke Gemilang restoran mam, untuk makan malam. Aku mau lamar dia.." ucap arman.
Manda yang sedang bersandar terkejut dan bangun dari sandaran nya mendengar ucapan Arman.
"Wah bagus dong! Lebih cepat lebih baik." jawab Manda.
Tapi ada hal yang membuat Arman maju dan mundur.
Arman meragu, tapi bukan dengan perasaan nya atau tentang sifat Hana. Tapi tenang kasta di keluarga nya.
Semua keluarga nya, dari Tante dan om nya pasti akan menikah kan putra putri nya dengan yang sepadan.
Sepadan titel nya atau kekayaan nya.
Bukan maksud Arman mengecilkan keluarga Hana, tapi Arman tidak ingin mengecewakan keluarga nya yang sudah tertatih menjadi orang - orang hebat.
Dan tidak ingin mengecewakan keluarga Hana pula dengan keadaan di depan nya nanti.
"Tapi mam, dia belum mempunyai gelar apapun di nama nya!" ucap Arman.
Mami nya menoleh dan menatap Arman di samping nya. Ia menaruh gelas di atas meja yang berisi air putih dengan potongan lemon di pinggir nya.
"Kamu cinta?" tanya mami.
Arman mengangguk mantap.
"Kamu sayang kan?"
Arman kembali mengangguk mantap.
"Lalu, Gelar apa yang kamu harapkan? Mami dan papi tidak mengharapkan gelar apapun dari menantu, menantu adalah anak kedua mami dan papi. Biar lah ia datang dengan seadanya. Kata mu dia punya kemampuan kan?" tanya mami.
Arman kembali mengangguk.
"Ya sudah, Tenang saja.. Titel bisa di kejar kalau ilmu dasar nya sudah di genggaman!" kata mami memberikan penjelasan.
"Mami yakin ngga akan jadi omongan rekan kerja papi, atau saudara kita mungkin?" tanya Arman dengan mengangkat bahu nya.
Arman sengaja memancing banyak pertanyaan untuk mami jawab.
Agar kedepan nya Arman tau, harus bagaimana akan bertindak.
Ia pertama kali jatuh cinta.
Cinta nya pun begitu sulit di dapat.
Perbedaan umur, perbedaan pandangan. Sudah Arman lalui dengan sabar.
Ia tak mau menyia - nyiakan waktu yang sudah di lewati begitu keras bagi nya untuk mendapatkan hati Hana.
Ia juga tak mau pujaan hati nya, kecewa ke depan nya nanti.
Ia sangat berniat untuk menjaga Hana dengan sebaik mungkin.
Mami menghela nafas panjang "Huh!"
"Anak ku, kamu itu satu - satu nya permata di hidup mama. Mama sudah banyak memakan dan merasakan pahit manis nya kehidupan. Hidup yang tertatih, hidup yang bahagia seperti sekarang ini, sudah mami rasakan. Sekarang mami ingin menghabiskan masa tua mami dengan sumber kebahagiaan, yaitu kamu!" kata mami.
"Jika kamu bahagia, mami akan bahagia!" jelas mami yang berbicara begitu serius dan penuh dengan kelembutan.
Arman langsung memeluk mami dengan erat. Berkali - kali di cium nya pipi dan kening mami nya itu.
Waktu terus berjalan..
Malam Minggu pun tiba.
Hana dan Arman sudah berada di restauran gemilang.
Restauran itu biasa di kunjungi oleh orang - orang penting saja.
Seperti pejabat, pengusaha, dan orang - orang konglomerat.
Hana sangat kikuk saat memasuki restoran itu pertama kali.
Hana sering melihat kemegahan, tapi kemegahan restoran ini melebihi restoran bintang 5 dimana pun yang pernah ia kunjungi.
Hana tak henti sesekali melihat ke seluruh arah di restoran tersebut.
"Kenapa sayang?" tanya Arman.
Hana benar - benar takjub dengan desain dan interior di restoran tersebut.
"Bagus banget ya! Kampung nya aku baru pertama kali kesini.." jawab Hana merendah.
Arman hanya tersenyum.
"Kamu suka?" tanya Arman.
Hana mengangguk kan kepala dan tersenyum manis.
Tak lama, ada beberapa waiters yang datang menghidangkan makanan mahal yang sebelumnya tak pernah Hana lihat bentuk nya.
Juga ada beberapa makanan yang di olah langsung oleh chief nya.
Semua pegawai disana memakai jas dan dasi.
Bahkan lebih rapi daripada pak Arman atau bapak Malik kalau berangkat kerja.
Setelah makan siap untuk di santap, Hana memakan nya dengan hati - hati, tidak seperti biasa nya.
"Makan yang banyak ya.. " kata Arman menggoda sambil memotong daging Wagyu Kobe.
Hana sedang menikmati kaviar beluga, yang pertama kali ia cicipi.
Arman juga memesan bluefin tuna, jamur matsutake, saffron, beberapa cemilan manis dan jus.
"Mas.. Makanan sebanyak ini.. Memang nya bakal habis?" tanya Hana.
"Kalau sudah kenyang ngga usah di paksa sayang.. Aku pesan beberapa macam menu ter-hits disini agar kamu bisa memilih.. syukur - syukur kalau kamu mau mencicipi semua nya.." kata Arman lembut.
Kini mereka berdua semakin intim, dari cara bicara yang semakin hari semakin saling lemah lembut dan saling berhati - hati.
Hana mencoba mencicipi semua menu yang sudah di hidang kan.
"Mas aku cobain semua ya.. Biar ngga penasaran hehe" katanya sambil mengunyah.
Arman hanya mengangkat alisnya dengan sangat cool.
Di sela - sela Hana makan, Arman meminta izin untuk bicara sesuatu.
"Hmm, Sayang... boleh aku bicara?" tanya Arman.
Hana yang sedang memakan cemilan, hanya bisa mengangkat alis nya.
Arman mengeluarkan box cincin lagi, kali ini berwarna bening.
Dari box tersebut sudah terlihat Cincin permata yang mengkilap walaupun belum di buka.
Hana yang sedang tertunduk ke arah makanan, tertegun melihat box cincin tersebut di atas meja dalam genggaman Arman.
"Mau kah kamu jadi istriku?" tanya Arman tanpa basa - basi lagi.
Hana mengangkat kepala nya ke arah wajah Arman, sejajar.
Hana diam membisu, dengan kue coklat yang masih berada dalam mulut nya.
Disaat yang bersamaan, Arman juga masih menunggu jawaban Hana dengan cincin permata yang sudah di buka dari box nya.
Hana menelan kue tersebut dengan sangat berat, Dada nya berdegup kencang, ia mengambil gelas dan meneguk beberapa kali air mineral untuk memenangkan kikuk nya.
"Mau kah kamu jadi istri ku?" tanya Arman lagi.
Hana menatap Arman dengan dada yang menggebu.
Belum siap Hana mengambil cincin itu, ada pelayan yang datang memberi buket bunga ke tangan Arman dengan tulisan "Well you marry me".
Pelayan itu memberikan buket bunga ke tangan Arman.
Lalu, tiba - tiba musik terdengar berubah menjadi musik romantis. Hana menoleh syok ke arah pemain musik.
Semua tersenyum kepada Hana.
Ternyata semua sudah di atur oleh Arman untuk nya.
Hana benar - benar seperti di dalam mimpi.
Berkali - kali ia menelan ludah nya.
Ia bingung harus bagaimana, suasana menjadi kan Hana canggung sekali.
"Mau kah kamu jadi istri ku?" pertanyaan ketiga dari arman.
Dengan box cincin yang terbuka di tangan kanan nya dan sebuah buket bunga di sebelah kiri nya.
Semuanya nya itu di julur kan kepada Hana.
Setelah beberapa detik menatap mata Arman yang berbinar, Hana pun menganggukkan kepala dan tersenyum.
Ia menjulurkan jemari nya, walau dengan tangan yang sedikit gemetar.
Melihat gerakan tangan Hana yang maju, Arman bersiap mencopot cincin itu dari box nya dan memasang kan ke jari manis Hana sebelah kanan.
Karena jari manis sebelah kiri nya sudah terpasang cincin permata yang pertama.
Arman menghembuskan nafas panjang nya, mungkin meredakan nervous nya juga.
Cincin itu terpasang mantap di jari manis Hana.
Hana terpukau dengan cincin permata yang lebih. bagus dari yang pertama.
"Sayang suka?" tanya Arman.
"Suka banget, makasih ya mas..!" jawab Hana.
Hana kembali menimang - nimang permata di jari manis nya itu.
Setelah itu Arman memberikan buket bunga tersebut kepada Hana.
Hana menerima nya dengan senyuman di wajah nya. Ia juga mencium beberapa kali wangi harum dari bunga tersebut.
"Hmm... Kapan kamu siap untuk menikah dengan ku?" kata Arman bertanya dengan penuh harapan.
"Untuk jawaban kali ini, ku serah kan sama kamu saja mas, aku ikut aja.. Asal...." Hana menghentikan ucapannya dengan menatap Arman tepat di pupil mata nya.
Dengan mata yang berbinar - binar Arman pun menjawab "Pendidikan mu tidak akan ku halangi.." kata Arman dengan penuh keyakinan.
Tubuh Hana terlihat sedikit membungkuk dan mengangguk senang.