NovelToon NovelToon
Must Get Married

Must Get Married

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pengantin Pengganti Konglomerat
Popularitas:9.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ani.hendra

Johanna Kate seorang gadis cerdas yang kehilangan ibunya pada usia muda. Yohanna sama sekali tidak mengetahui keberadaan ayahnya dan mengharuskannya tinggal bersama bibinya dan Nara. Selama tinggal bersama bibinya, Yohanna kerap mendapatkan perlakuan tidak baik.
Setelah lulus SMA, Yohanna diusir. Lima tahun kemudian, Bibi Yohanna berulah lagi. Demi membayar utangnya Hanna di paksa harus menikah dengan lelaki yang sama sekali tidak dikenalnya.
Bagaimana kisah selanjutnya. Apakah Johanna harus menikahi lelaki yang sama sekali tidak dikenalnya.
ikutin terus yuk....
Novel ke sebelas ☺️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ani.hendra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KEKESALAN HANNA

💌 MUST GET MARRIED 💌

🍀 HAPPY READING 🍀

.

.

Hanna geram dan melangkah panjang untuk menghadang mobil itu. Ia merentangkan kedua tangannya.

"Keluar..!!!!!"

"Aku bilang keluar!"

Hanna begitu kesal. Ia memukul mobil hitam itu dengan telapak tangannya.

"Kau dengar tidak, Keluar..!!!!!" Teriak Hanna lagi. Gaya aksi Hanna kali ini seperti dalam drama saja. Pria itu jelas terkejut, ia terbelalak tidak menduga dengan apa yang dilihatnya.

"Keluar kataku, atau seluruh warga di sini aku panggil untuk menghajar mu." kata Hanna semakin berani.

Mendengar kata-kata itu, tentu saja pria itu tersenyum smirk. Bagaimana mungkin seluruh warga di sini akan menghajarnya, itu sangat lucu. Ia dilahirkan di kota ini. Siapa yang tidak mengenal keluarga George. Semua orang di sini mengenalnya. Sekolah, mall dan perumahan elit yang terletak di tengah kota adalah milik keluarganya. Pria itu menggeleng sambil tersenyum.

"Dia benar-benar wanita aneh. Kenapa begitu sulit menghadapi wanita?" Ia berdecak kesal sambil menatap lekat kepada gadis itu. Ia kembali keluar dari mobilnya, menutup pintunya dengan kasar.

Hanna mendekat dan mendengus kasar, matanya menyiratkan kebencian, ia tersenyum sinis seakan mengejek pria itu.

"Kau adalah lelaki brengsek, beraninya sama wanita saja." kata Hanna dengan nada sangat dingin. Ia kembali bersedekap menatap pria itu dengan lekat.

"Aku yakin kau bukan orang di sini?" Ucap Hanna menatap lelaki itu dengan senyuman angkuh.

"Apa maumu?" tanya pria itu dengan wajah kaku dan dingin.

"Aku hanya ingin kau minta maaf."

"Aku rasa bukan itu maumu nona, aku yakin kamu menginginkan uangku." Pria itu mengeluarkan beberapa uang kertas dari dompetnya. "Kau sengaja menahan ku karena menginginkan uangku kan?" ucapnya dengan seringai tipis. Ia memberikan uang itu ke tangan gadis itu. "Ambil ini dan aku minta maaf, kau puas?" kata pria itu dengan nada penuh kemenangan. Pria itu tersenyum melihat gadis itu diam membeku.

Sepersekian detik Hanna tertawa. Tawanya begitu nyaring namun terdengar hambar. Ia menatap pria itu dengan tajam. Hanna berusaha menahan emosinya yang hampir saja meledak kapan saja. Hanna meremas uang kertas yang dipegangnya dan langsung melempar ke wajah lelaki itu.

"Aku tidak butuh uangmu dan aku harap ini pertemuan terakhir kita. Kau adalah lelaki breng*sek yang pernah aku temui." kata Hanna dengan nada geram dan sangat dingin. Ia menghentak kakinya dan berjalan menjauh meninggalkan lelaki itu.

Hanna masih bisa mendengar, pria itu membanting pintu mobil cukup kuat. "Astaga mimpi apa aku tadi malam. Hari-hariku dipenuhi kesialan. Tadi pagi Nara tiba-tiba kesurupan. Dan siang ini, ia bertemu dengan lelaki aneh.

Pria itu membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia sengaja membunyikan klakson hingga membuat Hanna terkejut sambil menutup matanya dengan erat-erat. Hanna kembali meneriaki mobil itu.

"Dasar lelaki Arogan." geram Hanna. Ia menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan jantungnya yang tidak bisa diam. Hanna kembali berjalan menyusuri jalan. Hari ini nasibnya sangat buruk, ia bertemu lelaki sombong yang tidak punya hati. Hanna berharap tidak akan bertemu pria itu lagi. Ia melangkah cepat saat menyadari waktu berjalan begitu cepat.

🔹🔹🔹🔹🔹

Hanna langsung membawa minuman ice mocha latte ke dapur dan menuang minuman itu ke dalam gelas favorit Nara. Ia memasukkan es batu sesuai permintaan Nara. Setelah selesai melakukannya Hanna langsung membawa minuman itu ke meja ruang tamu.

Tok....tok....tok.....!

Hanna mengetuk pintu kamar Nara dan berkata. "Nara, minumannya sudah ada di atas meja."

Tidak ada sahutan dari dalam. Hanna kembali ke dapur membersihkan pecahan piring dan gelas akibat perbuatan Nara tadi.

"Setelah aku menunggu lama, beraninya kau mengetuk pintu dan mengganggu istirahatku. Kau benar-benar wanita tidak layak dikasihani." Kata Nara kesal. Matanya yang tajam, siap menghunus jantung Hanna.

Hanna terbelalak saat Nara menuang semua minuman ke tubuhnya tanpa sisa. Hanna melihat dirinya sampai ke bawah. Bajunya sudah basah terkena minuman ice mocha latte yang dibelinya tadi.

"Hampir satu jam aku menunggu. Kemana saja kau!"

Hanna mengangkat wajahnya dan menatap tajam ke arah Nara. "Apa yang kau lakukan Nara Lucia?" napas Hanna nampak tersengal menahan emosi. Suaranya sedikit bergetar. Ia merasakan air es mengalir ke tubuhnya.

"Kau tidak lihat, aku memberimu pelajaran. " Ucap Nara mencondongkan tubuhnya, berbisik kepada Hanna. Posisinya begitu santai dengan tangan melipat di dada.

"Dasar brengsek..." Hanna melangkah maju dan langsung mendorong tubuh Nara.

Nara kaget, tubuhnya terhuyung mundur ke belakang. Ia tersenyum sinis melihat Hanna yang nampak berantakan.

"Dari pertama kau dibawa ibu ke rumah ini. Kau lebih cocok jadi pembantu di sini. Kau tidak layak di kasihani. Dasar anak yatim-piatu."

"Apa yang salah dengan anak yatim-piatu? Apa aku terlihat rendahan?"

"Iya kau terlihat wanita rendahan yang tidak pantas dikasihani."

"Apa????" Hanna bahkan berteriak dengan Nara. Ia mencengkeram tangan Nara dengan kuat.

"Aku akan akan bilang ke ibu, untuk mengusirmu dari rumah ini." Ancam Nara saat tangannya di cengkram begitu kuat. Nara begitu kesakitan.

"Oh ya, silahkan saja, aku akan dengan senang hati pergi dari sini. Atau kau mau mengadu kepada pak kepala sekolah, agar mengeluarkan aku juga dari sekolah. Silakan saja. Aku ingin lihat bagaimana caramu mengatakannya . Apa kau akan bersujud di depan kakinya atau menyembah dengan cara merendahkan dirimu itu." Kata Hanna dengan luapan emosi yang meledak-ledak.

"Apa????"

"Pihak sekolah tidak semudah itu mengeluarkan aku Nara. Aku mengikuti olimpiade dan mengharumkan nama sekolah. Lihat saja, mereka yang akan menahanku agar aku tetap di sekolah itu. Kau selalu menggunakan cara kotor untuk mengeluarkan aku dari sekolah. Aku tidak akan termakan dengan caramu itu." Sengit Hanna. Matanya menunjukkan kemarahan yang siap mematikan Nara.

"Sombong sekali kau, dasar wanita rendahan. Wanita gila." Nara mendorong tubuh Hanna sampai mengenai meja makan.

Hahahaha Hanna tertawa. "Kalian memang berkuasa dan semaunya. Aku ingin buktikan sekarang. Ayo katakan kepada bibi. Aku akan dengan senang hati pergi dari sini." Tantang Hanna tidak mau kalah. Hari ini ia sudah siap dengan segalanya. Dikeluarkan dari rumah ini juga Hanna sudah siap. Masih banyak panti asuhan yang menampungnya.

Mendengar suara ribut dari arah luar, Renata langsung masuk ke dalam rumah. Ia keluar melihat Hanna dan Nara sedang bertengkar.

"Ada apa ini?" Renata menutup pintu sedikit kasar.

"Ayo, silahkan...katakan kepada bibi!" Hanna mengulangi kalimatnya dan menatap sinis ke arah Nara.

"Apa yang terjadi di rumah ini, kenapa semuanya berantakan seperti ini?" Renata melangkah panjang mendekati Nara dan Hanna. Ia hanya memeriksa keadaan Nara.

"Dan mengatakan apa maksudmu?" Kata Renata bingung. "Apa yang terjadi Nara?" Renata menatap ke arah putrinya. Ia meminta penjelasan dari Nara.

"Tanya sendiri kepada keponakan ibu yang tidak tahu diri itu."

"Apa? kau mengataiku tidak tahu diri?" emosi Hanna tersulut kembali. Walau ia sering mendengar kalimat itu, namun kali ini seperti berbeda. Ini seperti lahar gunung yang siap meledak hari ini juga. Hanna mendekat dan mencengkram baju Nara dan mendorongnya sampai terjatuh.

Melihat itu, Renata tidak terima. Ia memukul kepala Hanna dengan tangannya. "Sudah cukup, sekarang aku gak mau tahu bersihkan rumah ini. Awas kalau kau bertindak semaunya lagi." Ancam Renata.

Renata langsung mengambil tindakan untuk menghentikan pertengkaran itu. Ia langsung membawa Nara masuk ke dalam kamar. Sementara Hanna ia biarkan membersihkan kekacauan itu.

.

.

BERSAMBUNG

^_^

Tolong dukung ya my readers tersayang. Ini novel ke sebelas aku 😍

Salam sehat selalu, dari author yang cantik buat my readers yang paling cantik.

^_^

1
🌠Yona Yona🌠
semangat
🌠Yona Yona🌠
jadi ingat masa masa di sekolah dulu
dulunya hanya coretan baju doang...eh pulang pulang ke rumah kena marah enyak gue.... pokoknya paling suka jaman jaman sekolah dulu 😍
🌠Yona Yona🌠
semangat
🌠Yona Yona🌠
aku suka aku suka
Cheryl Emery
penasaran
Cheryl Emery
ngapain Levi ngajak ketemuan ya 😃
Mona Seila ☑️
🥰🥰🥰🥰🥰
Mona Seila ☑️
Wah mantap levi, langsung tembak aja gak usah tunggu lagi
Cheryl Emery
tetap semangat Levi, tunjukan bahwa kamu bisa mengambil hati Hanna 😀😃
✨Margareth💫
lanjut dong Tamba seru
✨Margareth💫
semangat thor
Hosanna Feodora
up dong
Hosanna Feodora
🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭
Angela Catrine 💢
ayooooo semangat
Angela Catrine 💢
baca berulang-ulang gak bosan Thor
Briana Annette
semangat
Briana Annette
mantap thor
Magdalena💨
lanjut
Magdalena💨
Baru baca Uda update lagi author
suatu keberuntungan buat aku dah 😆
🎄Claudya🎄
kesal Dia
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!