Buat yang gak suka gerah, harap melipir!
Bukan bacaan untuk anak yang belum cukup umur.
Ketika Aishe didorong ke laut oleh Farhan tunangan tercintanya, semua rasa cinta berubah menjadi tekad untuk membunuhnya.
Aishe tidak pernah berpikir bahwa Farhan hanya mencintai uangnya, dan tega berselingkuh bahkan mendorongnya ke laut.
Ketika ombak menelan tubuh Aishe, dirinya berpikir akan mati, namun keberuntungan berpihak padanya. Aishe terdampar di sebuah pulau kosong selama 59 hari hingga suatu hari dia diselamatkan oleh Diego, seorang pengusaha yang tampan namun lumpuh.
Dengan kekuatan dan kekayaan Diego, Aishe memiliki identitas baru dan wajah baru, dia bahkan menjadi sekretaris pribadi Diego. Diego, pria yang kaya dan berkuasalah yang dapat membantunya membalas dendam pada Farhan.
Setelah balas dendam selesai, senyuman menyeramkan muncul di wajah Diego, yang membuat jantung Aishe berdegup kencang menunggu kalimat selanjutnya.
"Sekarang giliranmu untuk membalas budi padaku."
Aishe menatap pria yang mendekat di depannya, dalam hati dia berkata, "Lolos dari mulut buaya, malah masuk ke mulut singa."
Ini bukan novel garis lurus yang bisa diambil banyak pelajarannya. Jadi kalian bisa berhenti jika alir terasa berputar-putar, membosankan, jelek dan yang lain.
Silakan kembali tanpa meninggalkan kesan buru di komentar.
Selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KAY_21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Di antara dua gedung berlantai 3 dan 4, terdapat jalan kecil yang hanya muat dilewati motor dan dua orang secara bersamaan. Ada sebuah plakat nama yang dipasang di pojok depan. Papan yang terlihat usang karena tulisan yang tertera sudah memudar sebagian.
Ashan berjalan lebih dulu, di ikuti Aishe yang berjalan di belakangnya. Tidak sampai 50 meter dari jalan utama, terlihat rumah dengan lampu yang berkelip-kelip, menyala di siang hari.
Aishe masih bertanya-tanya dalam hati, tapi enggan bertanya pada Ashan. Hingga mereka tiba di depan rumah.
Seorang wanita cantik dengan rambut gelombang, datang berlari menyapa Ashan. Dengan senyum ramah, dia menggandeng tangan Ashan tanpa permisi. Membuat seorang pria tua dengan jenggot putih, datang dan menepis tangan wanita itu.
"Jangan ganggu tamuku, Sha!" ucapnya.
"Kau masih galak seperti biasanya ya, Berd!" Ashan tersenyum menyapa pria tua itu.
"Apa yang membuatmu datang ke tempat kumuhku ini?"
Ashan tersenyum singkat, lalu melangkah ke samping agar pria tua yang kerap disapa Berd, dapat melihat Aishe. "Aku bawa pelanggan untukmu," ucapnya.
Berd bersedekap tangan, netra mata berwarna hitam itu naik dan turun memandangi Aishe. Sepersekian detik kemudian, dia melangkah maju, meletakkan tangannya di dagu Aishe. Menggerakkannya ke kanan dan ke kiri. Pada saat itu, dia mendapati garis melintang di pipi, yang ternyata bekas lukanya dulu.
"Kamu mau aku berbuat apa? Operasi plastik disini?" Berd menarik kembali tangannya dan mundur selangkah.
"Diego ingin dia terlihat cantik!"
Jawaban Ashan membuat mata Berd langsung melotot, bahkan bola matanya seakan mau lo pat dari tempatnya. Tangan pria tua itu tiba-tiba gemetar dan langsung dia sembunyikan ke belakang.
"A-ayo ikut!" ajak Berd.
Pria tua itu adalah Berd. Dulunya bekerja sebagai seorang stylish di New York. Namanya bahkan sudah cukup dikenal pada saat itu. Semua perpaduan gayanya selalu menjadi trend selama sepuluh tahun terakhir. Namun, dia harus kembali setelah sebuah tragedi besar menimpanya dua tahun lalu.
Kepulangannya seakan menutup jalannya menjadi seorang stylish, tetapi tidak menutup jalan rezekinya yang lain. Termasuk saat dia bertemu Diego dan tangan kanannya Ashan.
Berd membawa Aishe masuk ke dalam rumah dengan banyak koleksi baju yang tertata rapi di lemari kaca transparan. Menyuruhnya duduk di sebuah kursi putar dan langsung memasangkan selembar kain di dadanya.
Aishe tidak banyak bertanya, dia hanya diam dan patuh. Terutama saat dua orang wanita datang dan mengoles sesuatu yang dingin di wajahnya.
Lima belas menit berlalu … setengah jam … satu jam … dua jam. Aishe belum juga selesai, sementara langit sudah menguning, menampilkan hamburan rayligh yang cukup indah.
Ashen sudah merasa bosan, bahkan lebih membosankan dibanding menemani Diego pergi rapat dengan dewan direksi dulu. Beberapa kali, ia melihat arloji yang melingkar di tangannya sembari menghentakkan kakinya.
Hingga akhirnya, Aishe keluar dari ruang ganti.
Pandangan Berd terhenti sesaat, memandangi Aishe berdiri dengan penampilan terbarunya. Melihat Aishe yang terlihat cukup memukau, Berd sedikit menyanjunh dirinya dalam hati. Merasa bahwa keahliannya ternyata masih cukup bagus meski sudah 2 tahun fakum.
"Kau sudah simpan nomorku? Kalau butuh sesuatu langsung telfon saja. Jarak villa Luxury kesini cukup jauh." Berd menjelaskan.
"Iya. Terima kasih, Tuan."
"Sudah aku bilang, panggil saja Berd!"
"Baik baik. Senang bertemu denganmu, Berd." Aishe mengulurkan tangan, yang langsung disambut oleh Berd.
Misinya terakhirnya telah selesai, kini waktunya dia kembali ke rumah untuk membuktikan taruhan satu bulannya dengan Diego.
...||...
...☆TBC☆...