Lanjutan kisah dari Cinta Beda Usia, Kisah baru dari Keisha Alvina Putri Pramuja, anak ketiga dari Evano dan Violetta.
Keisha mendapatkan pengkhianatan dari suaminya, Miko setelah mereka menikah selama dua tahun. Alasannya, karena Keisha belum juga memberinya seorang keturunan. Tidak ingin dimadu, Keisha memutuskan untuk menggugat cerai suaminya.
Setelah beberapa bulan berpisah dari Miko, Keisha bertemu kembali dengan sosok laki-laki bernama Arya Wiguna Atmaja. Dia adalah laki-laki yang menyukai Keisha sejak ia masih kecil
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon echa wartuti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Matahari sudah menampakkan diri, membawa cahaya yang akan menyinari bumi. Sinarnya menyorot ke salah satu gedung apartemen, menebus melewati dinding-dinding yang terbuat dari kaca. Sorot dari sinar mentari masuk melewati celah gorden, menyinari salah satu kamar yang besar. Kondisi kamar itu sangat berantakan, seperti sudah terjadi pertemuan hebat di tempat itu.
Di atas ranjang dengan ukuran besar, Keisha tengah tertidur dengan begitu nyenyak. Tubuhnya yang polos tertutup oleh selimut berwana merah. Tidurnya yang nyenyak terganggu oleh sorot dari matahari yang tepat mengenai wajahnya. Tubuh Keisha mulai bergerak, mata yang tadinya terpejam mulai membuka, tetapi kembali tertutup karena silau dari cahaya matahari.
Keisha berbalik ke sisi lain. Setelah itu, ia bangun dan mengambil posisi duduk. Keisha mencoba bangun dengan memegangi kepalanya yang terasa berat.
"Awww! Kenapa kepadaku sakit?" keluh Keisha.
Beberapa kali Keisha mengedipkan matanya, agar bisa beradaptasi dengan cahaya yang ada di ruangan itu. Saat matanya terbuka sempurna, Keisha merasa terkejut. Keisha mengedarkan pandangannya, dirinya sama sekali tidak mengenali tempat itu.
"Di mana aku?" batin Keisha.
"Kenapa aku bisa ada di tempat ini?" Keisha bertanya pada dirinya sendiri.
Keisha kembali mengedarkan pandangannya, mencoba mengingat bagaimana dirinya bisa sampai di tempat itu. Keisha sangat terkejut saat melihat keadaan kamar yang berantakan, apalagi saat melihat pakaiannya tergeletak di lantai.
"Pakaianku?"
Keisha melihat ke dirinya sendiri, matanya terbelalak saat melihat kondisi tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang. Keisha langsung menarik selimut menutupi tubuhnya sampai batas leher.
"Apa yang terjadi? Kenapa aku tidak memakai baju? Dan siapa yang membawaku ke sini?" Keisha menoleh ke sekitarnya, dia tidak melihat ada siapa pun di tempat itu.
Mata Keisha sudah di penuhi oleh air mata. Pikiran negatif sudah menghantui dirinya. "Ya Tuhan, semoga yang aku bayangkan tidak terjadi."
Keisha berusaha mengingat apa yang terjadi semalam. Waktu di pesta Keisha mengingat jika dirinya duduk sendiri, karena Zio meninggalkannya. Setelah itu ada pesan dari Arya. Ketika akan membalas pesan dari pria itu tiba-tiba Mayang datang. Keisha mengingat Mayang meminta maaf padanya. Setelah itu dirinya tidak ingat apa yang tejadi lagi selanjutnya.
"Awww!" Semakin Keisha berusaha mengingat, semakin kepalanya terasa sakit.
Lamunan Keisha buyar saat mendengar suara gemericik air. Keisha sadar jika dirinya tidak sedang sendiri di tempat itu. "Siapa orang itu? Sebenernya aku ada di mana?"
Di manapun dirinya berada, Keisha merasa harus segera pergi dari tempat itu. Keisha segera menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya, lalu turun dari tempat tidur. Hawa dingin langsung menyerang kakinya, saat kakinya memijak lantai kamar itu.
Keisha mengambil pakaiannya yang tergeletak di lantai lalu memakainya segera. Saat akan pergi dari tempat itu Keisha dikejutkan oleh suara pintu kamar mandi terbuka.
"Kamu sudah bangun?"
Tubuh Keisha membeku seketika saat ia mendengar suara seseorang pria.
"Keisha."
Keisha tersentak saat kembali mendengar suara pria itu. Keisha merasa sangat mengenali suaranya. "Siapa pria itu? Suaranya sangat familiar?"
Meskipun takut Keisha juga merasa penasaran. Keisha mengumpulkan keberaniannya lalu menoleh ke arah belakangnya. Mata Keisha membulat sempurna saat melihat Arya berdiri du hadapannya. Pria itu hanya melilitkan handuk di pinggangnya, memperlihatkan dada telanjangnya, wajahnya terlihat segar, dan masih ada air yang menetes dari rambutnya.
"Ka-mu? A-pa yang kamu lakukan di sini?" gagap Keisha.
"Ini apartemenku. Aku bebas melakukan apapun di sini," jawab Arya.
"Apa? Ini apartemenmu?" Keisha tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. "Apa kamu yang membawaku ke sini?"
"Tentu saja. Memang kamu pikir siapa?" tanya Arya.
"Apa semalam aku tidur sini? Dan apa yang sudah terjadi?" Keisha menatap Arya, ia merasa tidak sabar mendengar jawaban Arya.
Namun, sepertinya pria itu sedang menguji kesabarannya. Sampai beberapa saat pria itu tidak mau menjawab pertanyaannya.
"Katakan apa yang sudah terjadi semalam? Kenapa saat aku bangun aku tidak memakai apapun?" Keisha mengulangi pertanyaannya.
"Jawab, Mas!" desak Keisha.
"Kei ... semalam itu ...." Arya merasa ragu untuk menjawab pertanyaan dari Keisha.
"Katakan, Mas!" pinta Keisha.
"Baiklah akan aku katakan," ucap Arya.
Wajah Arya menunduk, rasanya Arya tidak memiliki keberanian untuk menatap Keisha. "Harusnya dari apa yang kamu lihat kamu sudah bisa menebaknya."
"Apa? Apa maksudmu!" Keisha mendorong tubuh Arya. "Apa yang sudah kamu lakukan padaku?"
"Bukan aku Kei, tapi kita," ucap Arya.
"Kita melakukannya." Arya berucap sambil menatap mata Keisha.
"Apa hak-mu melakukan ini padaku?" Keisha menjerit histeris seraya mendorong tubuh Arya berulang kali.
"Kei ... maafkan aku!" Arya ingin mengusap air mata yang ada di pipi Keisha, tetapi Keisha menepis tangannya.
"Jangan menyentuhku!" larang Keisha.
"Kenapa? Apa kamu lebih suka disentuh oleh pria hidung belang itu?" tanya Arya.
"Apa mak-sudmu. Pria hidung belang apa?" Keisha bicara tergagap. Dirinya benar-benar tidak mengerti dengan perkataan Arya.
"Jangan berani berpikir jika aku wanita murahan yang mau tidur dengan siapapun." Keisha menunjukkan jari telunjuknya di depan wajah Arya.
"Maaf, Kei. Bukan maksudku mengatakan hal itu padamu," ucap Arya.
"Dengar ini! Aku memang sudah bercerai. Tapi aku tidak serendah itu," tegas Keisha.
"Kei ...." Arya ingin kembali menyentuh Keisha, tetapi Keisha kembali melarangnya.
"Sudah aku bilang, jangan menyentuhku!" larang Keisha.
"Kei, aku sungguh minta maaf." Raut wajah Arya menunjukan penyesalan yang amat dalam. Niatnya untuk menyelamatkan Keisha dari pria hidung belang itu justru membuat dirinya terjebak.
Keisha terisak, membuat Arya marah pada dirinya sendiri.
"Kei, apa kamu sama sekali tidak ingat apa yang terjadi semalam?" tanya Arya dengan suaranya yang lembut.
Keisha menggelengkan kepalanya dengan wajah yang terduduk. "Aku sama sekali tidak mengingat apapun? Yang aku ingat aku menghadiri pesta ulang tahun temanku di club malam."
Keisha mendudukkan dirinya di tepi tempat tidur, menutup wajahnya dengan kedua tangannya untuk menyembunyikan air matanya.
"Aku melihatmu bersama Mayang. Aku membututi kalian, karena aku merasa curiga saat melihatmu berjalan dipapah olehnya," ucap Arya.
"Ternyata kecurigaanku benar, Mayang membawamu ke sebuah rumah. Di sana ada pria hidung belang. Aku memergoki pria itu hampir saja ...." Arya menghentikan ucapannya. Meskipun dirinya tidak menyebutnya, Keisha pasti sudah tahu apa yang akan dirinya katakan.
"Aku sungguh minta maaf, Kei. Semalam terjadi begitu saja. Kamu terpengaruh obat perangsang. Kamu terus memancingku, membuat aku juga tidak bisa mengendalikan diriku sendiri," ucap Arya.
Keisha tenggelam dalam diam, ia berusaha keras untuk mengingat kejadian semalam.
Obat perangsang?
"Bagaimana aku bisa aku meminum obat laknat itu?" batin Keisha.
"Apa ada yang sengaja mencampurkan obat itu ke makanan atau minumanku tanpa aku ketahui?" batin Keisha.
"Aku menduga jika Mayang yang sudah memberimu obat perangsang tanpa kamu ketahui. Dia berniat menjual dirimu pada pria hidung belang itu. Dia ingin melakukan sesuatu yang buruk lagi padamu," tebak Arya.
"Benarkah Mayang yang melakukannya? Tapi semalam dia sudah meminta maaf padaku. Apa maafnya hanya untuk mengelabuiku? Jika itu benar, maka aku tidak akan mengampuninya." Keisha bicara di dalam hatinya.
Setelah mendengar penjelasan dari Arya, Keisha mengambil tasnya dan berniat untuk pergi. Melihat itu Arya segera mencegahnya.
"Kei, tunggu!" Arya mencegah Keisha pergi.
Keisha berhenti seketika. Meskipun begitu Keisha sama sekali tidak ingin melihat ke Arya.
"Lupakan apa yang terjadi semalam. Anggap saja itu sebuah kesalahan," ucap Keisha.
"Tapi, Kei ...." Arya berdecak saat Keisha tidak ingin mendengarkan dirinya.
"Jangan pernah temui aku lagi." Setelah mengatakan itu, Keisha keluar dari apartemen milik Arya, mengabaikan Arya yang terus memanggilnya dan mencegahnya pergi.