Sya yang merupakan fresh graduate tahun ini telah diterima bekerja di PT Santoso Group. Di hari pertamanya bekerja dia dikagetkan dengan seorang bocah berusia 3 tahun yang memanggilnya " Bunda".
" Dunda.. Dunda.. Kendla mau pipis. " seorang bocah laki-laki menarik celana kerjanya saat Sia berdiri di lobi kantor.
Maureen Calisya Putri ( 23 )
Sungguh mengejutkan ternyata bocah yang memanggilku Bunda adalah anak dari pemilik perusahaan tempatku bekerja.
Raditya Diko Santoso ( 30 )
Kamu hanya akan menjadi ibu sambung untuk anakku karena dia menginginkannya.
Bagaimana perjalanan kisah mereka disaat salah satu diantara mereka melanggar perjanjian yang sudah disepakati?
Akankah terus bersama atau memilih untuk berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggi Dwi Febriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mama tau
Mama
Kenapa Mama menelfonku lagi? Tanyaku didalam hati.
" Halo Ma? "
"Ayah, Kendla lupa tana, Dunda dikantol Ayah tidak? "
Yang terdengar bukan suara Mama, melainkan suara Kendra.
" Ya sebentar nak, Ayah lagi banyak kerjaan, nanti Ayah telfon lagi ya." Aku putuskan untuk mematikan sambungan telfonnya sebelum Kendra bersuara lagi. Aku harus jawab apa? sedangkan disini Lisa masih berdiri dengan berkas ditangannya. Tidak mungkin aku membicarakan masalah tentang Kendra yang memanggil Maureen Bunda, walaupun aku yakin jika dia tau pun dia tidak akan menyebarkannya kepada karyawan lain karena tau akan konsekuensinya. Hanya saja ada rasa tidak nyaman jika ada orang yang tau.
" Kamu boleh kembali keruanganmu Lis." Ujarku pada Lisa setelah dia meletakkan tumpukan berkas di meja kerjaku.
" Baik Pak, nanti akan saya ambil jika Pak Radit sudah menyelesaikannya. Saya permisi Pak."
Yang hanya aku jawab dengan deheman saja mencoba memfokuskan diri pada berkas didepanku ini.
Sedangkan Lisa segera keluar ruanganku begitu menyelesaikan tugasnya.
Jujur saja aku tidak bisa fokus dengan pekerjaanku. Jika Kendra saja bisa menelfonku dengan ponsel Mama, itu berarti Kendra sudah menceritakan tentang Maureen yang dipanggilnya Bunda itu. Aku harus menjelaskan apa, Mama pasti akan semakin mendesakku untuk menikah. Karena yang Mama tau aku tidak menikah lagi karena sangat mencintai almarhumah istriku itu. Mama tidak pernah tau tentang penghianatan yang telah dia lakukan kepadaku dan tentang ketidakinginanku untuk menikah lagi.
Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 17.00, itu berarti jam kerja kantor sudah habis. Dan apa yang aku lakukan sedari tadi? Hanya melamunkan permasalahan tentang Kendra dan Maureen. Hanya 2 berkas yang bisa aku selesaikan dalam kurun waktu 3 jam.
Tok... tok... tok...
" Masuk. "
Aku mendengar suara pintu yang diketuk. Ternyata Lisa yang datang.
" Maaf mengganggu Pak, jam kantor sudah habis, apa perlu saya lembur untuk membantu pekerjaan Pak Radit? " Tanya Lisa yang melihatku masih berkutat dengan berkas-berkas didepanku ini.
" Tidak usah, saya akan lembur sendiri. Kamu sudah boleh pulang. Berkasnya bisa kamu ambil lagi besok. " Jawabku tanpa melihatnya.
" Baik Pak, kalau begitu saya pulang dulu."
Baru saja Lisa akan keluar ruanganku, aku memanggilnya kembali.
" Sebentar Lis."
Lisa membalikkan badannya menghadap diriku.
" Iya Pak, ada yang bisa saya bantu? "
" Tolong kamu katakan pada Andre untuk memesankan saya makanan. Andre sudah tau apa yang harus dia pesan. Dan kamu boleh pulang setelahnya" Ujarku kepada Lisa.
" Baik Pak."
Sekarang Lisa sudah benar-benar meninggalkan ruanganku.
Aku berjalan ke pantry di ruanganku menuju coffee maker untuk membuat secangkir kopi.
Setelahnya aku kembali mengerjakan berkas yang dari tadi tertunda karena aku yang sibuk dengan lamunanku.
Tidak lama kemudian Andre datang membawa 2 kantong kresek berisi makanan.
" Ini pesanannya Pak." Ujar Andre.
" Kamu bisa letakkan dimeja Ndre."
Andre meletakkan makanan yang dibawanya di pantry dan duduk disana. Kemudian mengambil cangkir untuk membuat kopi juga.
Aku bangkit dari kursi untuk mengambil soto ayam yang tadi dipesan oleh Andre dan menyiapkan mangkoknya.
Aku dan Andre memang terkadang seperti teman, tidak seperti atasan dan bawahan saat kita tidak dihadapan klien, namun tetap saja dia tidak menanggalkan bahasa formalnya saat berbicara denganku.
" Sepertinya Kendra sudah menceritakan tentang Maureen kepada Mama, menurutmu aku harus bagaimana? " Kataku seraya makanan soto yang masih hangat ini.
Andre yang mendengar perkataanku seketika berhenti melakukan kegiatannya membukan bungkus sate.
" Memang Kendra cerita apa kepada Ibu Riana Pak? " Tanya Andre kemudian melanjutkan kegiatannya lagi.
" Aku tidak tau pasti, hanya saja tadi Kendra menelfonku menggunakan ponsel Mama, Kendra sendiri tidak bisa menggunakan ponsel selain untuk menonton yout*be. Jadi sudah dapat dipastikan jika Mama sudah tau cerita tentang Maureen. "
Memang Andrelah yang tau segala sesuatu tentangku. Dia sudah menjadi asisten pribadiku lebih dari 7 tahun. Sudah pasti dia juga tau betapa hancurnya aku saat penghianatan oleh istriku terjadi. Untuk itulah aku tidak sekedar menganggap dia sebagai asisten, dia sudah seperti teman dan adik untukku. Usia kita hanya terpaut 1 tahun saja.
" Sebaiknya Anda menunggu sampai Bu Riana bertanya langsung saja Pak, jika beliau tidak bertanya, Anda tidak usah menjelaskan apa-apa. Buat seolah-olah masalah ini bukan hal penting jika Anda memang tidak tertarik dengan Mbak Maureen. " Jawab Andre panjang lebar.
" Mungkin memang itu yang paling tepat."
Kami mengakhiri pembicaraan dengan sibuk dengan makanan masing-masing.
Sudah pukul 18.00, sepertinya aku akan sholat di mushola bawah saja dan langsung pulang kerumah.
" Kamu sudah boleh pulang jika sudah Ndre, saya pulang dulu. Jangan lupa kunci pintunya."
" Baik Pak."
Aku berjalan menuju kursi kerjaku untuk mengambil jas yang tersampir dibelakangnya. Aku sengaja melepasnya karena memang sedang tidak ada tamu formal yang berkunjung.
Aku keluar dari ruanganku dengan menenteng tas dan laptop. Sudah menjadi hal yang biasa jika Andre ada di ruanganku tanpa ada aku didalamnya. Aku sudah mempercayakan segalanya kepada dia. Dan sejauh ini Andre tidak pernah menghianatiku.
Selesai sholat di mushola bawah, aku menuju basement untuk mengambil mobil.
Tiba dirumah aku merasakan sangat sepi. Tidak ada celotehan lucu dari Kendra. Dan karena tidak adanya Kendra inilah ya membuat 3 asisten rumah tanggaku juga sudah masuk ke kamar mereka.
Aku memutuskan untuk langsung mandi karena memang tubuhku sudah terasa sangat lengket.
Setengah jam berlalu, aku sudah selesai dengan acara mandiku.
Masih pukul 7 sore, lebih baik aku kembali mengerjakan berkas yang tadi memang belum aku selesaikan.
Baru saja 1 jam aku bisa fokus dengan berkas ini, tiba-tiba ponselku berbunyi. Tertulis nama Mama id kontak.
*Mama
" Halo Assalamualaikum Dit*." Sapa Mama dari sebrang telfon.
" Halo Ma, Wa'alaikumsalam. Kenapa? Kendra rewel? " Aku mengaktifkan lospiker untuk mengeraskan suara Mama agar tetap bisa fokus dengan berkas ini.
" Enggak, Kendra nggak rewel kok, dia lagi nonton Coco Melon sama Aurel. Kamu sendiri udah di rumah apa masih di kantor? "
Tanya Mama langsung.
" Udah dirumah, tapi aku sedang lembur mengerjakan beberapa berkas lagi." Jawabku singkat.
"Sudah makan?" Tanya Mama lagi.
" Sudah, tadi di kantor. "
" Kenapa tadi siang telfon Kendra kamu matikan? "
Ya, sudah ku duga, sebenarnya inilah inti dari pertanyaan basa-basi Mama tadi.
" Tadi kerjaan aku banyak Ma, ada Lisa juga disana, jadi aku matikan telfonnya." Jawabku singkat.
" Ada yang kamu sembunyikan ke Mama? " Tanya Mama.
" Tidak. " Sekali lagi aku menjawab dengan sesingkat mungkin.
" Lalu siapa wanita yang Kendra panggil Bunda? "
selalu ngalamin itu, karena nama asli saya juga panjang banget 😂
kali ini Lo salah sya, gimana kalau keadaannya di balik?
mengingat sifatnya diawal bagaikan freezer 😂