"Caranya dapatin Zahra gimana sih?"tanya seorang pemuda bernama Xavier pada seorang gadis yang saat itu sedang membaca sebuah buku
"Mudah aja,kamu cukup belajar ilmu agama yang sekarang ini Zahra pelajari."balas Gadis itu acuh tanpa menoleh pada pemuda yang tadi berucap
"Kalau aku beneran ngelakuin kamu beneran bakalan trima aku?"tanya pemuda itu dengan suara pelan.Kalimat tersebut berhasil membuat gadis itu menoleh
"Jalanin aja dulu aku pengen liat sebesar apa perjuangan kamu tapi aku juga mau minta sesuatu bisa?"tanya gadis bernama Zahra itu
"Apa?"
"Kamu belajarnya Because off Allah yah.Jangan karna niat cuman mau dapatin apa yang kamu mau, niati karna Allah."ujar Zahra membuat pemuda itu tersenyum tipis
Xavier benar benar melakukan apa yang di perintahkan Zahra ia bahkan sudah bisa melampaui gadis itu.
Sampai pada Saatnya Zahra mendapat pinangan dari seorang gus akankah Zahra menerima pinangan itu atau terus menunggu Xavier yang malah tidak memiliki kabar lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CallMe_Nurul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 31
Kini Xavier terbaring lemah di atas brangkar rumah sakit. Kepalanya mengalami pendarahan, meski tidak terlalu parah namun, itu berhasil membuat pembesar agama itu tak sadarkan diri cukup lama.
Di sana sudah ada Al-fira juga Sage. Mereka khawatir di tambah lagi mereka tak tau berada di mana Zahra sekarang. Dihubungi tidak aktif, bahkan di rumah juga tidak ada.
"Apa jangan jangan sebelumnya ada masalah antara mereka berdua?"cicit Fira.
"Aku juga gak tau. Tapi masa ia, mereka kan baru aja pulang dari mekah. Satu minggu mereka tiba dari sana dan aku liat baik baik aja"jelas Sage.
"Terus Zahra di mana sekarang! Gimana kalau nanti Ameena tauk pasti dia bakalan berfikir aneh aneh dan bakalan kecewa bangat"khawatir Fira
"Ini lagi Xavier. Aku tuh pusing bangat dan bener bener takut liat keadaan nya"cicit Fira menintikkan air matanya.
Segera Sage memeluk istrinya dan menenangkan wanita itu. "Sabar, allah selalu kasi jalan apapun masalahnya. Xavier anak kita yang benar benar sangat kuat."
"Jelas ada yang terjadi pada mereka. Aku bakalan kirim orang untuk cari tau apa yang terjadi sebenarnya."lanjut Sage lagi.
Braakkk..
Suara pintu kamar rawat Xavier benar benar sangat keras. Terlihat seseorang berdiri dengan wajah yang pucat pasi. Segera sosok itu berlari menghampiri Xavier yang sedang terbaring di atas brangkar itu.
Fira dan Sage terdiam membeku mendapati sosok itu berdiri di samping Xavier
"Ka-kamu"gagap Sage
***
***
Sementara itu Zayn terlihat duduk di sebuah taman yang berada di belakang rumahnya. Mendongak, menatap ke arah langit malam.
Ia tersenyum tipis, entah kenapa akhir akhir ini ia merasa gadis yang selalu ingin ia jaga sedang tidak baik baik saja.
Jika saja boleh, zayn mungkin akan segera berkunjung kerumah Zahra.
Tapi ia sadar betul, kalau sekarang ini Zahra sudah memiliki suami. Jelas ia harus lebih sadar diri lagi.
"Aku cuman berharap, selamanya kamu bakalan sebahagia saat di mana kamu melangsungkan pernikahan dengan pemuda pilihanmu."
"Bukannya aku egois, tapi jika di tanya aku memng belum benar benar nerima ini semua mbak."
"Karna kenyataannya perasaan aku masih ada di kamu."cicit Zayn
Cukup lama ia menenangkan dirinya sendiri. Sampai pada akhirnya, seseorang datang dari belakang dan langsung duduk di samping Zayn.
"Dingin,"ujar sosok itu mulai membungkus tubuh Zayn dengan sebuah selimut tebal. Bukan lain adalah ibu dari Zayn yaitu Windi
"Hmm, kalau misal hatinya Zayn lagi kedinginan. Ibu bisa gak em, hangatin itu pakai selimut?"tanya Zayn membuat Windi tersenyum
Wanita paru bayah itu mengulurkan tangannya, mulai mengusap dada bidang putranya dengan pelan. Ia tersenyum dan berkata
"Udah berbulan bulan, masa ia gitu aja gak bisa di lupain."ujar Windi dengan suara yang pelan dan terus mengusap dada bidang anaknya pelan.
"Dosa tauk, mikirin istri orang mulu."lanjut Windi membuat Zayn menoleh pada nya dan memperlihatkan senyuman yang tampak menyedihkannya.
"Jika saja bisa, Zayn bakalan ngelakuin bu. Tapi enggak, bagi Zayn itu sangatlah sulit."cicit Zayn dengan mata yang berkaca kaca.
"Ada banyak perempuan di luar sana. Gak harus Zahra kan nak"tanya Windi pada putranya
"Tapi bagi Zayn, Zahra itu cuman ada satu di dunia. Coba ibu bayangin. Lima tahun, lima tahun adalah waktu yang Zayn gunakan buat ngumpulin keberanian"Jelas Zayn membuat Windi tersenyum ikut memperlihatkan kesedihan di matanya.
Sangat jelas Windi dapat merasakan bagaimana sakitnya saat menjadi diri putranya. Segera Windi memeluk putranya pelan.
"Kalau aja Zayn bisa egois, "cicit Zayn mulai menintikkan air matanya.
...ΩΩΩΩΩΩ...