Tanggal pernikahan sudah ditentukan, namun naas, Narendra menyaksikan calon istrinya meninggal terbunuh oleh seseorang.
Tepat disampingnya duduk seorang gadis bernama Naqeela, karena merasa gadis itu yang sudah menyebabkan calon istrinya meninggal, Narendra memberikan hukuman yang tidak seharusnya Naqeela terima.
"Jeruji besi tidak akan menjadi tempat hukumanmu, tapi hukuman yang akan kamu terima adalah MENIKAH DENGANKU!" Narendra Alexander.
"Kita akhiri hubungan ini!" Naqeela Aurora
Dengan terpaksa Naqeela harus mengakhiri hubungannya dengan sang kekasih demi melindungi keluarganya.
Sayangnya pernikahan mereka tidak bertahan lama, Narendra harus menjadi duda akibat suatu kejadian bahkan sampai mengganti nama depannya.
Kejadian apa yang bisa membuat Narendra mengganti nama? Apa penyebab Narendra menjadi duda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arion Alfattah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 - Pertanyaan Naqeela
Seperti yang diinginkan Narendra, Naqeela terpaksa tidur dalam kamar yang sama bersama Narendra atas hukuman dari pria itu. Sekarang dia bingung akan tidur dimana dikarenakan tidak ada karpet, sofa, ataupun alas lantai lainnya.
"Tidak, aku tidak boleh memikirkan ini terus."
"Memikirkan apa?" celetuk Narendra.
"Hah! Ti ..." seketika pandangan Naqeela tidak bisa lepas dari wajah Narendra. Rambut basahnya dengan tetes demi tetes air berjatuhan menambah kesan tampan, tubuh kekar dengan sentuhan air di tubuhnya berkilau silau membuat mata Naqeela tidak bisa berpaling. Sulit baginya tidak menatap pahatan sempurna wajah pria itu, sungguh menggugah selera. Bagian bawahnya sudah mengenakan celana selutut berwarna mocca.
"Tutup mulutmu, ilermu netes," kata Narendra seketika membuat Naqeela sadar dan cepat-cepat mengusap mulutnya.
"Mana ada iler netes? Aku tidak ileran," jawabnya mendengus kesal.
"Lalu ngapain menatap saya dengan tatapan berbeda? Nafsu sama saya?"
"Heh, enak sekali itu mulut bicara. Aku tidak pernah tuh punya pikiran nafsu, sok tahu." Naqeela memberenggut manyun, dia tidak terima di sebut begitu.
"Kamu ngapain di situ? Sini!"
"Mau apa lagi sih?" meski kesal, tapi Naqeela mendekat.
"Ambilkan pakaian buat saya!"
"Hah!" Lagi-lagi Naqeela dibuat heran, ini maksudnya apa coba. Apa dia disuruh melayani suaminya?
"Malah bengong, saya bilang ambilkan saya pakaian buat saya, buruan!" ujar Narendra mengulang lagi setiap kata yang dia ucapkan.
"Ok." Demi mempersingkat waktu, Naqeela nurut saja perintah Narendra dan mengambil apa saya yang dibutuhkan.
"Kenapa kamu tidak mengusirku dan tidak menceraikan aku?" Sambil mengambil baju, ia mencoba memberanikan diri bertanya. Heran juga, padahal dari cara Narendra tadi, ia meyakini suaminya akan marah besar dan mengusirnya, namun ia salah.
"Emangnya kamu mau pergi dari sini? Tidak semudah itu kamu pergi dari rumah ini sebelum hukuman kamu selesai." Dia mengambil baju yang ada di tangannya Naqeela, lalu mengenakannya.
"Kadang aku heran sama kamu, kamu itu sulit di tebak. Kadang baik, galak, suka marah, perhatian, kadang juga kasar, tapi kenapa dibalik sikap kamu itu aku malah makin tertarik sama kamu."
Tangan yang tadinya bergerak mengancingkan kancing kemeja lengan pendeknya tiba-tiba berhenti. "Kamu tidak mengenal saya," balasnya sambil kembali melanjutkan kegiatannya mengancingkan kancing baju.
Tatapan lembut Naqeela tertuju pada Narendra, pandangannya begitu sendu dengan mata mulai mengembun.
"Sampai kapan kamu menghukum ku? Apa selamanya kita akan berada dalam lingkaran pernikahan sedangkan hati kita tidak saling terpaut? Apa kita akan bahagia sedangkan kehidupan kita saja begini saja? Apa selamanya aku akan dihukum atas perbuatan yang tidak pernah aku lakukan? Sampai kapan?" Naqeela menuntun penjelasan mengenai kehidupan pernikahan mereka. Bukan tanpa alasan dirinya bertanya seperti itu, ia hanya ingin jelas tanpa ada kesalahpahaman.
"Jika saya menuntut kamu berada dalam lingkaran pernikahan ini kamu akan bersedia? Cinta memang tidak ada, tapi kita bisa mencobanya. Kita memang orang asing, tapi kita ditakdirkan bersama dengan caranya, entah cinta itu bisa hadir ataupun tidak lebih baik kita jalani saja dulu," balas Narendra.
Mata mereka tetap saling bertatapan. "Aku bingung, aku tidak mengerti dengan semua ini, aku tidak bisa menilai mana yang salah dan mana yang baik, mana yang pura-pura baik dan mana yang memang sungguhan baik, tolong ... Tolong jelaskan padaku?!"
"Karena Lintang yang meminta saya menikahimu untuk melindungi kamu dari kekasihmu," jawab Narendra lalu menjalankan kursinya.
Naqeela diam, ia mencerna setiap kata dan mencoba memahaminya. "Lintang memintamu menikahiku? Melindungi ku dari Fadhil? Mengapa? Ada hubungan apa Fadhil dan lintang?" Naqeela semakin penasaran, dia menuntut penjelasan dari Narendra dan mengejarnya keluar kamar.
"Tidak usah bertanya lagi, saya malas menjawab pertanyaan tidak bermutu darimu. Jangan ganggu saya!"
"Tidak akan ku biarkan kamu pergi sebelum menjawab pertanyaan aku. Beri tahu aku, tolong." Naqeela memaksa, ia menarik kursi Narendra dan segera berjongkok dihadapan Narendra.
"Jangan sekarang, saya sedang mencari sesuatu untuk mengumpulkan bukti seseorang, tapi saya janji akan memberitahu kamu tentang kebenarannya. Maafkan saya memaksa kamu masuk dalam lingkaran kehidupan saya," tutur Narendra begitu lembut dengan tangan beralih mengusap lembut kepala Naqeela, kebetulan dia sedang duduk di tepi ranjang.
Dan Narendra memilih ke luar kamar menuju ruangan kerjanya.
Tidak bisa berkata-kata, gadis itu sulit mengendalikan diri. Kenapa sikap Narendra penuh misteri? Tapi kali ini terkesan baik dan sedikit lembut serta mampu membuat Naqeela terkejut dengan segala sentuhannya.
Drrrttt .. Drrrttt.
Ponselnya Narendra berbunyi, lalu dia mengangkatnya. "Ya halo, saya tunggu kamu di ruangan kerja saya!"
Tatapan Naqeela mengikuti pergerakan Narendra sampai pria itu hilang dibalik pintu. "Ada apa dengan dirinya? Kenapa begini? Oh hati, salahkah rasa ini beralih padanya? Galak, tapi manis," gumam Naqeela seraya memegang dada merasakan getaran yang berbeda.
*******
Ruangan kerja.
"Gimana perkembangan hotel di Bali?"
"Sangat baik, banyak pengunjung menyukainya. Dan soal pemandu wisata kita butuh orang lagi," balas Dava.
"Gue serahkan semuanya sama elo, tapi pastikan mereka yang bekerja tidak memiliki masalah apapun. Gue gak mau usaha peninggalan bokap gulung tikar karena ulah bapak tiri gue."
Pandangan Narendra tertuju pada foto diatas meja, foto papanya yang sudah membangun hotel alexandria di beberapa tempat, termasuk di Bali dan kota J. Ia berjuang mempertahankan milik keluarga setelah hampir saja kehilangan akibat ulah Seto tanpa dia ketahui.
Dan usahanya sekarang membuahkan hasil, makin besar serta makin dikenal banyak orang. Apalagi hotel yang ada di Bali menjadi salah satu tempat favorit banyak pengunjung.
"Tapi soal mama lo ..."
"Biar itu menjadi urusan gue. Mulai hari ini segala pengeluaran yang berkaitan dengan mama gue, gue yang urus."