Sekar ayu terpaksa harus jadi pengantin menggantikan kakaknya Rara Sita yang tak bertanggung jawab.Memilih kabur karena takut hidup miskin karena menikahi lelaki bernama Bara Hadi yang hanya buruh pabrik garmen biasa.
Namun semua kenyataan merubah segalanya setelah pernikahan terjadi?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shania Nurhasanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB DELAPAN
Bara melangkah cepat menuju tempat parkir berada, langsung saja meluncur ke tempat yang sudah dishare oleh istrinya itu. Dalam perjalanan Bara terus merapalkan doa, untuk ayah mertuanya karena ia tau keadaan seperti ini akan membuat istrinya bersedih.
"Kamu harus kuat Sekar, aku percaya kamu bisa lalui semua ini sayang, eh," entah kenapa setelah mengatakan kalimat itu membuat wajahnya panas seketika dan jantung yang tiba tiba berdetak kencang.
"Mungkin karena cuacanya terik," sanggah Bara yang menyangkal perasaannya, heleh masih aja gengsian terus denial terus diculik orang baru tau rasa.
Setelah berkendara yang memakan waktu satu jam, barulah Bara tiba di rumah sakit tempat ayah mertuanya dirawat yang diberitahukan oleh Sekar. Segera ia berlari kecil untuk masuk ke dalam dikarenakan Bara tak tau arah ruang operasi berada. Maka ketika ada petugas kebersihan melintas langsung saja lekas ia bertanya.
"Pak, tau arah tempat operasi sebelah mana?"tanya Bara.
"Oh, mas tinggal naik aja ke lantai dua ada lorong sebelah kanan," ungkap petugas kebersihan.
"Terima kasih pak, informasi nya."
"Iya mas sama sama, semoga cepat pulih ya saudara nya."
"Amin...kalau begitu saya permisi dulu."
"Iya silahkan."
Tiba di lorong lantai dua yang disebut petugas tadi Bara melihat siluet ibu mertuanya yang sedang menunduk dikursi sedang menangis juga istrinya yang bolak balik didepan pintu masuk.
"Bu," panggil bara yang langsung menyalami ibu mertuanya, lalu setelah itu ia langsung memeluk istrinya yang sedang mematung tak bergerak karena terkejut. Akibat pelukan yang tiba tiba darinya membuat senyum kecil di bibirnya terlihat, sayangnya tak diketahui Sekar dan ibunya.
Setelah kesadarannya pulih akibat perlakuan bara, barulah ia bersuara dengan mendongak karena tingginya hanya sebatas telinga bara "Mas kenapa disini bukannya sedang kerja?"
"Gak mungkin lah kamu disini, saya kerja."
"Kamu khawatir sama sama aku mas?" tanyanya dengan raut binar senang yang entah kenapa seperti mata kucing menggemaskan.
"Ya gak mungkinlah, saya cemas karena kamu. Ya sama mertua saya lah yang jelas ada didalam," sanggah nya menutupi perasaannya.
"Heleh denial terus," ledeknya, kepada Bara
Ibu yang menyimak keduanya langsung menimpali, "ya kamu, udah tau bara khawatir sama kamu malah tanya terus. Mana mungkin jawab iya nanti kamu kegeeran."
"Bu," ucap bara ingin menyangkal langsung dipotong Sekar.
"Gak papa mas, Sekar terima kok mas Bara apa adanya. Meskipun gengsinya selangit, tapi cintanya melebihi muka bumi ini Sekar gak akan nolak," ungkapnya menggebu gebu.
"Kenapa malah jadi lebay sih Sekar, perasaan kamu gak gini?" herannya ibu tak pernah tau kalau anaknya ini kecentilan tingkat dewa, untungnya orang yang jadi korbannya suaminya sendiri tapi tetap saja membuat ilfil yang mendengar.
"Ibu, gak tau aja Sekar gimana," kalimat Sekar entah mengapa menghunus relung hatinya. Benar ia tak mengenal anaknya karena selalu membela anak tertuanya, yang jelas jelas suka membuat kesalahan. Seperti sekarang disaat bapaknya sekarat pun ia tak memunculkan batang hidungnya disini. Entah kemana perginya, ia pun tak mengerti jalan pikiran anaknya itu.
"Maafkan ibu, Sekar. Sebenarnya ibu menyayangimu hanya malu mengakui ibu salah didik terhadap kakakmu," ucapnya dalam hati sambil menahan tangis, namun tak sadar air mata mengalir.
"Bu kenapa nangis lagi? bapak kan masih ditangani, aku percaya bapak kuat pasti ia lalui semua ini,"
"Enggak kok ibu kelilipan aja," sambil mengusap matanya yang berair.
Saat asyik melihat ibunya, tiba tiba pintu ruangan terbuka terlihat dokter keluar ruangan di ikuti perawat segera semua bangun dari duduknya menghampiri dokter.
"Dok gimana keadaan mertua saya," tanya Bara kepada dokter.
"Alhamdulillah, operasinya berjalan lancar. Pasien sudah bisa segera dipindahkan ke ruang rawat biasa,"
"Terima kasih dok, sudah membantu bapak saya sampai akhirnya bisa melawati semua ini," balas sekar
"Ini semua berkat pertolongan Allah SWT kami hanya perantara,"
"Aih, dokter ganteng mah bisa aja merendah untuk meroket," puji Sekar
"Heh!!"
"Piss," sambil menunjuk dua jari didada "bercandya bercanda jangan dianggap serius ya dokter soalnya sayanya udah nikah udah sol out juga," dokter hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum heran dengan keluarga pasien ini, seperti baru keluar dari rumah sakit rawat jiwa ada aja kelakuannya, "kalau begitu saya permisi dulu"
"Ya dokter silahkan,"
"Mari," ucap dokter sambil berlalu pergi.
Setelah dokter pergi, Bara langsung memusatkan perhatian kepada istrinya lalu berkata,"Kamu jangan jadi lucu kayak tadi," ucap bara dengan mimik muka serius.
"Memangnya kenapa?" heran Sekar dia kan sudah bilang bercanda, kenapa masih dipertanyakan lagi.
"Kalau lucu nanti aku yang repot banyak saingannya,"
"Berarti mas bara cemburu sama dokter tadi, sudah cinta ya sama aku istrimu yang cantik ini," tanyanya dengan senyum merekah. Mengibaskan rambutnya dengan gaya centil.
"Bukan cinta malu dilihat orang," setelah mendengar jawabanku suaminya, Sekar langsung mengerucutkan bibirnya lucu.
"Kenapa makin kesini makin cantik saja, apalagi pasang muka gitu pengen nyium rasanya," gumam bara dalam hati.
waktu sore tiba, Sutrisno pulang dari pabrik dengan naik ojeg. Setelah sampai depan rumah, langsung ia menyuruh berhenti.
"Mas, disini mas." Lalu tukang ojeg memberhentikan motornya, dan Sutrisno pun turun dari motor lalu ia memberikan uang yang ada dikantong celananya.
"Ini mas uangnya, kembaliannya ambil aja
"Terimakasih mas," ucap tukang ojeg setelah menghitungnya, lalu ia memanggil penumpangnya lagi yang sudah berjalan menjauh, "mas...mas... mas."
"Apa sih mas? kan saya bilang ambil aja semuanya" cerocos Trisno.
"Bukan mas, tapi kurang uangnya."
"Oh kurang bilang dong," lalu Trisno menghampiri tukang ojek lagi.
"Saya kan udah bilang, masnya nyerocos terus kayak bajai."
"Sejak kapan bajai bisa ngomong?"
"Itu mas nya ngomong," sambil menyalakan mesin motornya lalu kabur takut ditimpuk.
"Somplak!! gila."
"Ngapa lu No," heran Bu Ani melihat Trisno marah marah.
"Itu, tukang ojek bikin kesel," tutur trisno sambil menunjuk ke arah ojek yang sudah pergi, diikuti oleh Bu Ani yang juga melihatnya.
"Gak ada, ah."
"Bu Ani tadi didalam makannya gak lihat."
"Oh, kenapa pulang sendiri tadi pagi sama mas Bara."
"Tadi mas Bara pulang duluan, karena mertuanya masuk rumah sakit."
"Iya juga, saya baru inget Sekar juga tadi pergi kesana."
"Kenapa masih tanya kalau udah tau," ucapnya dengan kening mengerut.
"kepo aja, siapa tau jawaban lu beda ternyata sama, sama sama pergi juga." Mendengar jawaban Bu Ani, Sutrisno langsung menghela nafas panjang lalu bersiap pergi. Namun tangannya dicekal.
"Apa lagi sih Bu? saya mau pulang."
"Lu marah sama gue?"
"Enggak Bu, yaelah saya cape mau istirahat."
"Kali aja, lu marah soalnya gue gak punya balon buat ngehibur."
"Bu Ani pikir saya anak kecil?"
"Iya, memang kecilkan."
"Siapa bilang!! punya saya gede kalau mau tau."
"Gede apaan emangnya?"
"Nyalinya lah, Bu."
"Oh, tapi kagak laku."
"Astagfjhg....pingin hujat takut kena take down suaminya serem soal nya."
"Cemen lu."
paksa hancurkan pernikahan anaknya..