Alana seorang gadis biasa yang sangat suka membaca novel di waktu senggangnya. Hingga ada satu novel yang membuatnya benar-benar sangat kesal.
Tapi siapa sangka ia justru terjebak menjadi pelayan dari penjahat utama dalam novel tersebut.
"Aku benar-benar akan mati jika terus begini." Gumamnya.
"Akh pangeran bajingan !" Umpatnya.
"siapa yang kau sebut bajingan ?"
"Mati aku..."
Dapatkah Melisa terus bertahan hidup dan dapatkah ia merubah akhir dari novel itu ? ayo saksikan kisahnya di "Transmigrasi menjadi pelayan pria jahat."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aif04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Goa
'Bodoh kau, Alana, bagaimana kau bisa begitu percaya diri. Tidak mungkin ada hubungan romantis antara kau dan pria jahat itu,' batin Alana, yang merutuki kebodohannya.
...***************...
Hari itu, matahari mulai terbenam di ufuk barat, memancarkan cahaya emas yang hangat dan lembut. Hutan yang mereka susuri mulai terlihat semakin gelap dan misterius, dengan bayangan pohon-pohon yang menjulang tinggi seperti tentara yang berbaris. Rion dan Alana berjalan berdampingan, dengan langkah yang pelan dan hati-hati, seolah-olah mereka tidak ingin mengganggu kesunyian hutan.
"Apa sekarang kita akan pulang, Yang Mulia?" tanya Alana, suaranya pelan dan ragu-ragu. Ia melihat ke arah Rion, yang masih terus berjalan tanpa menoleh ke belakang.
"Hmm," jawab Rion, suaranya singkat dan tidak jelas. Alana tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Rion, tetapi ia bisa merasakan bahwa pria itu sedang memikirkan sesuatu yang sangat penting.
Hingga tiba-tiba, sebuah goa mengalihkan perhatiannya. Tempat itu terlihat begitu menyeramkan, dengan mulut goa yang hitam dan dalam seperti lubang yang tidak berdasar. Alana merasa bulu kuduknya berdiri, dan ia tidak bisa tidak merasa takut.
"Cepat jalan!" perintah Rion, suaranya tiba-tiba terdengar keras dan berwibawa.
"Ternyata kau melihat itu, apa ini pertama kalinya kau melihat sebuah goa?" tanya Rion, suaranya sedikit lebih pelan dan lebih ramah. Alana merasa sedikit lebih tenang, dan ia menganggukkan kepalanya.
"Begitulah, Yang Mulia," ujar Alana, suaranya masih pelan dan ragu-ragu.
"Jika begitu, ayo periksa," kata Rion, berjalan menuju goa tersebut dengan langkah yang pasti dan berani. Alana merasa takut, dan ia tidak bisa tidak merasa bahwa Rion akan melakukan sesuatu yang sangat berbahaya.
"Ya-Yang Mulia, Anda tidak berniat untuk masuk ke dalam bukan?" tanya Alana, suaranya sedikit lebih keras dan lebih khawatir. Rion tidak menjawab, ia justru semakin mendekati tempat itu, lalu dengan langkah pasti, kini dirinya benar-benar memasuki tempat itu.
Di dalam goa, kegelapan menyelimuti segalanya. Suara tetesan air yang jatuh ke tanah terdengar seperti irama yang monoton, membuat Alana merasa seperti sedang berada di dalam sebuah gua yang tak berujung. Ia tidak bisa melihat apa-apa, bahkan tidak bisa melihat tangan sendiri. "Akh!" lirihnya saat menendang batu yang cukup besar.
"Perhatikan langkahmu!" ujar Rion, suaranya terdengar begitu menakutkan ditengah kegelapan.
Alana ingin sekali mengatakan bahwa ia tidak bisa melihat apa-apa, tapi ia tahu Rion akan marah padanya. "Bugh... Aw!" Ringis Alana saat keningnya harus menabrak dinding goa itu.
"Tidak bisakah kau berjalan dengan lebih baik, ha!" nada Rion terdengar kesal di telinga Alana.
"Huh..." Alana menghela nafasnya. "Saya tidak bisa melihat apapun, Yang Mulia..." lirihnya.
Dia bahkan tidak bisa melihat bagaimana ekspresi pria yang ada di depannya ini. Tapi ia bisa merasakan kehadiran Rion, seperti api yang membakar hatinya. "Pegang tanganku," perintahnya.
Alana hanya terdiam, merasa jika mungkin saja dirinya yang telah salah mendengar apa yang pria itu katakan. "Apa yang Mulia?" tanyanya untuk memastikan.
"Huh... kau lama sekali!" ujar Rion dengan suara tidak sabaran. Ia bisa merasakan kesabaran Rion yang mulai habis, seperti benang yang mulai putus.
Tapi sedetik kemudian, Alana merasakan jika ada sebuah tangan yang lebih besar menggenggam erat tangannya. 'Ini...' batinnya yang masih tidak percaya jika Rion benar-benar menggenggam tangannya.
Lagi-lagi jantung wanita itu berdetak dengan begitu kencang, bahkan hingga ia tidak bisa menghirup udara dengan baik dan benar. "An-anda..." gumamnya.
"Diamlah," perintah Rion yang masih menggenggam tangan Alana. Ia bisa merasakan kekuatan Rion.
Ini sungguh aneh bagi Alana, tapi perlahan tangannya membalas genggaman tangan Rion. Untung saja tempat itu begitu gelap, sehingga Rion tidak bisa melihat wajahnya yang benar-benar tersipu malu.
Hingga akhirnya, kini mereka telah berada di ujung goa tersebut. Ini aneh, saat wanita itu melihat ada cahaya yang ada di ujung jalan. Hingga setelah tiba, matanya tidak bisa tidak menunjukkan binar kekaguman saat melihat begitu banyak permata yang bercahaya di tempat itu, dengan sebuah kolam yang terdapat tepat di tengahnya.
"Wow!" Alana benar-benar sangat takjub saat melihat hal-hal indah itu. "Ini luar biasa, Yang Mulia!" serunya dengan menoleh pada Rion.
Tapi Alana benar-benar terkejut saat pria itu justru menatapnya. Ia bahkan mengedipkan matanya beberapa kali. "Apa kau menyukainya?" tanya pria itu dengan begitu tiba-tiba.
"Tentu saja, Yang Mulia, ini luar biasa!" seru Alana.
"Benarkah?" tanya Rion dengan mata yang terus menatap ke arah Alana.
"Tentu saja, saya benar-benar senang!" ulangnya dengan mata yang berbinar.
"Apa kau bisa berenang?" tanya Rion, suaranya terdengar santai dan tidak terlalu serius, namun wanita itu bisa merasakan ada sesuatu yang tersembunyi di balik pertanyaan itu.
Alana menatap bingung pada Rion, matanya berkedip beberapa kali sebelum akhirnya ia menganggukkan kepala. "Bisa, Yang Mulia," jawabnya dengan suara yang pelan.
Tapi sebelum Alana bisa melanjutkan kalimatnya, ia merasa jika tubuhnya terdorong ke depan, seperti ada sebuah kekuatan yang tidak terlihat yang mendorongnya. Ia berusaha untuk menahan diri, tapi tidak berhasil. Dengan teriakan kecil, tubuhnya jatuh ke dalam kolam yang berada di depannya.
"Akh... Byur!" teriaknya, suaranya terdengar dari dalam kolam. Alana merasa seperti sedang berada di dalam sebuah dunia yang berbeda, dengan air yang dingin dan gelap yang menyelimuti segalanya.
Saat ia berusaha untuk naik ke permukaan, wanita itu merasa jika ada sesuatu di bawah air yang mengintai ke arahnya. Ia tidak bisa melihat apa-apa, tapi ia bisa merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Air yang dingin dan gelap terasa seperti sedang menyelimuti dirinya, membuatnya merasa tidak nyaman.
semangat ya buat ceritanya Thor
semangat ya buat ceritanya Thor
semangat terus ya buat ceritanya Thor
semangat ya buat ceritanya Thor👍😊💪
semangat ya buat ceritanya Thor
Sedap jika di pandang mata.
Thooor, buat Rion jatuh cinta denga Alana.
Sehingga mereka berdua bisa hidup bahagia.
Up yang banyak tjooor.
🤭🤭🤭
semangat ya buat ceritanya Thor
Ngak mudah di tindas.
👍👍👍
Dari Andrea dan Melisa.
Aq pindah ke sini.
semangat ya buat ceritanya Thor 💪😊👍