Arya Bima

Bima dan alea memutuskan untuk pergi ke ibukota bersama,,namun keduanya tidak dalam satu kendaraan,, melainkan menaiki tumpangannya masing masing,,,alea masih bertahan dengan kendaraan trevel pesanan Papa Surya, sementara bima mengendarai motor sport milik nya.

Bima hanya bisa pasrah,, gadis nya memutuskan untuk tidak ikut bersama nya,, alhasil ia hanya mengikuti mobil trevel gadis itu dari belakang saja,,memang benar adanya,,dalam hidup itu kita jangan terlalu berekspektasi tinggi,,, karena kedepannya kenyataan akan berbalik dan menyakiti perasaan kita.

Begitu lah yang dirasakan bima,,, bermimpi terlalu tinggi hingga ia tersadar dan jatuh seketika saat tak sesuai kenyataan.

Sebelum berangkat bima sudah memberi kabar pada Bu Fatimah dan Atun keponakannya,, tentu saja alasan yang bima berikan bukan terkait alea namun semua itu berhubungan dengan pekerjaan nya,,jika ia memberitahukan pada sang ibu,, alasannya mendadak kembali ke ibukota,, rentetan pertanyaan pasti akan keluar dari sang ibu tentunya.

Keduanya sudah memulai perjalanan kurang lebih dua jam lalu ,, sempat beristirahat di salah satu pengisian bahan bakar,,lalu di lanjutkan dengan mengantarkan alamat penumpang masing masing,,tak terkecuali alea yang tiba di markas kedinasan siang itu.

" makasih pak " ucap alea pada sopir trevel yang saat ini sedang berusaha memberikan modus pelayanan membukakan pintu untuk nya,,namun kalah cepat dengan bima yang sudah tiba terlebih dahulu.

" oh,,,iya mba ,,,sama sama " ucap sopir tersebut sambil mengusap belakang kepalanya,, sepertinya modus nya mudah terbaca oleh pria gagah yang ada di samping alea,, terbukti wajah tak bersahabat bima yang nampak ketara.

setelah mobil tersebut pergi meninggalkan lokasi rumah dinas alea ,,bima masih lekat memandang gadis di depannya,,

" aku antar sampai ke dalam ya "

" hha.,,ehh ,,jangan ,,, peraturan di sini ketat,,, dan ngga bisa sembarang orang boleh masuk" ucap alea yang belum siap sebenarnya berdua dengan bima.

" bintang ada kan ,,,biar aku ketemu dia deh,," ungkap bima memberikan penawaran.

" mangkin ketemu dia ,,, bakalan ngga di ijinin keluar ntar akunya "

" makanya aku mau ngomong baik baik sama dia Lea,,,"

" ngga dulu deh,,,aku cuma sehari di sini,,,dia ntar nambah peraturan,,akunya yang pusing ,, ngga di bolehin ini ngga di bolehin itu,, ribet "

" ntar di kiranya aku nggak berani lagi ngadepin dia "

" lain kali aku bilang deh,,, ngga sekarang ya "

" ya udah kalau itu mau kamu "

" aku masuk dulu deh,panas banget di luar "

" ya ,,sana masuk,, istirahat dulu,,,mau Abang pesenin makanan apa "

" makanan berat kayak nya deh,,, soalnya laper"

" apa kita keluar aja cari makanan yang kamu pengenin "

" cape aku,,,pegel banget pinggang nya " ucap alea sembari mengelus pinggang nya,,

" di bilang ikut Abang aja malah milih naik trevel" ucap bima ,, tangan nya pun terulur ikut mengelus pinggang gadis itu,alea sedikit terkesiap,,namun setelah nya,,,,ia berusaha bersikap biasa.

Dulu,, sentuhan seperti ini selalu alea dambakan,, namun belakangan setelah mereka mengalami naik turun hubungan mereka,,, semuanya seperti canggung,, seakan,balik lagi ke setelan awal pacaran.

" balik gih,,aku mau cepet tidur" ucap alea yang sebenarnya masih ada rasa canggung,,

" beneran nggak mau keluar" tanya bima sekali lagi memastikannya.

" ngga,,, pengen langsung istirahat aja"

" ya udah,,,aku balik ya,,,salam sama bintang "

" hmem"

Sebelum beranjak,,,bima menatap lekat muka alea,,wajah putih nya tampak kemerahan karena terik matahari,,,ia ingin menyalurkan Rasa rindu nya pada gadis itu dengan pelukan,,namun ia urungkan karena mungkin terlalu jauh untuk memulai kembali kedekatan nya.

bima bisa merasakan kecanggungan di antara mereka,, tidak banyak yang bisa pria itu lakukan,,, hanya berusaha memberikan perhatian sekecil apapun yang ia bisa,, keinginan terbesar nya adalah,,, membaik nya hubungan mereka seperti dulu.

Setelah gadis itu pergi meninggalkan bima menuju rumah singgah sementara,,, sampai punggung dan bayangan nya tak lagi tampak,,,bima baru beranjak dan kembali menaiki kendaraan nya.

Melaju membelah jalanan ibukota yang masih tampak ramai kendaraan yang terlalu lalang,ia memutuskan untuk mengecek bengkel,, karena sudah beberapa hari bima tinggal kan,,dan ia percaya kan pada Evan juga beberapa karyawan yang bima percaya bisa menangani.

Meskipun Omelan dan juga umpatan bima dengar dari Evan perihal dirinya yang lama meninggalkan bengkel dengan Benyak nya kendaraan antri untuk perbaikan.

Sesampainya nya di tempat ia menyalurkan bakatnya,, tampak bima melihat sahabatnya itu begitu prustasi di samping sebuah mobil sport mewah dengan di dampingi dua karyawan nya.

Bima sangat tau kekesalan temannya itu,, rumit nya pekerjaan yang sedang ia hadapi,, membuat Evan tampak seperti seorang yang sedang Manahan amarah yang akan siap ia tumpahkan saat itu juga.

" gimana,,,aman bro " tanya bima yang kini sudah berada di samping Evan sambil bersedekap,,bima sengaja membuat sahabat nya itu semangkin kesal,,

" si Anj**g ,,,otak gue ngga aman ta*k " umpat Evan begitu ia melihat bima tampak begitu santai,, sementara saat ini,,Evan sedang berpikir keras demi menyelesaikan pekerjaan yang ada di depan nya saat ini.

Jika saja otak nya tidak tertutup oleh tempurung kepala,,,bisa di pastikan,, gumpalan putih yang ada di atas kepalanya itu sedikit demi sedikit berjatuhan hingga pada akhirnya habis tak tersisa.

" santai men,,, ngga usah terlalu larut dengan kesedihan" ejek bima

" emang gue ngapain,,Lo pikir gue putus cinta"

" lebih dari itu si kayak nya" tambah bima ,, dengan segera ia pun melepaskan kemeja nya hingga menyisakan kaos ketat.

" dah ah,,,gue tinggal,,,Lo makan tuh mesin,,," ucap Evan berbalik badan dan langsung meninggalkan bima dengan pekerjaannya yang semula jadi tanggung jawab pria itu.