Kisah cinta si kembar Winda dan Windi. Mereka sempat mengidamkan pria yang sama. Namun ternyata orang yang mereka idamkan lebih memilih Windi.
Mengetahui Kakanya juga menyukai orang yang sama dengannya, Windi pun mengalah. Ia tidak mau menerima lelaki tersebut karena tidak ingin menyakiti hati kakaknya. Pada akhirnya Winda dan Windi pun tidak berjodoh dengan pria tersebut.
Suatu saat mereka bertemu dengan jodoh masing-masing. Windi menemukan jodohnya terlebih dahulu dibandingkan Kakaknya. Kemudian Winda berjodoh dengan seorang duda yang sempat ia tolak lamarannya.
Pada akhirnya keduanya menjalani kehidupan yang bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Abi vs Babah
Rayyan mengirim pesan suara kepada Javier.
"Om, Rayyan udah balik ke Jakarta. Makasih sudah temenin Rayyan main, Om. Rayyan do'ain semoga, Om berhasil deketin anti."
Mendengar pesan suara dari Rayyan, Javier mengamininya. Saat ini Javier sedang memikirkan cara untuk dapat bertemu dengan Windi. Sedangkan ia sudah tidak memiliki nomor Windi. Karena, sejak kecelakaan itu, handphone nya rusak. Ia ganti handphone dan kartunya juga.
Javier segera menelpon Tomi untuk menjemputnya. Hari ini ia bertekat untuk mulai masuk kantor. Javier bersiap-siap memakai baju kerjanya lalu ia keluar dari kamarnya membawa tas kerja.
Melihat putranya sangat rapi dan tampan, Ummah pun bertanya.
"Lho, Javier. Kamu mau ke mana?"
"Kantor, Ummah."
"Serius?"
"Iya, Ummah. Memangnya kenapa?"
"Ah tidak apa-apa. Ummah senang sekali kamu bisa kembali bekerja."
"Hem, kalau begitu aku berangkat dulu. "
Javier mencium punggung tangan Ummah kemudian keluar menemui Tomi. Mereka pun berangkat ke kantor.
Ummah tersenyum melihat kepergian Javier. Bahkan Ummah meneteskan air mata karena terlalu bahagia melihat putranya kembali bersemangat seperti dulu lagi.
"Babah... Babah... "
Ummah berlari ke kamar menemui suaminya.
"Ada apa, Ummah?"
"Benar kata Kanzha. Putra kita sedang jatuh cinta. Ternyata dia tidak butuh obat dokter. Dia cuma butuh orang terkasih. Sekarang dia berangkat ke kantor. Babah, cepat lamar putri Tuan Tristan untuk Javier. Jangan sampai keduluan orang!"
"Sabar... aku sedang mencari informasi."
Javier baru saja sampai di kantor. Semua karyawan menyambutnya dengan senang hati. Mereka memberikan selamat atas kembalinya Javier ke kantor.
"Selamat datang kembali, Pak. Semoga anda selalu diberi kesehatan." Ujar sekretarisnya.
"Iya, Terima kasih."
Kenan yang mendengar kehadiran adik iparnya kembali ke kantor pun langsung pergi ke ruangan Javier.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
"Good job bro... nah gini dong! Kamu harus bangkit."
"Bang, segera persiapkan untuk launching produk baru kita. Jangan ditunda-tunda lagi."
"Oke siap. Kamu mau kapan?"
"Dua hari lagi."
"Oke, aku akan segera menggerakkan personil di bidangnya."
"Terima kasih, bang."
"Iya, Sama-sama. Aku kembali ke ruangan ku dulu. Kalau butuh bantuan lagi, segera panggil aku!"
"Iya, bang."
Kenan pun keluar dari ruangan Javier. Javier mulai membuka file dan beberapa berkas yang ia tinggalkan selama satu bulan lebih.
"Tomi, mana nomor telpon Pak Noval?"
"Sudah saya kirim, Bos."
"Oh, oke makasih."
Javier berniat menelpon Noval karena ingin menanyakan tentang Windi. Namun ia urungkan, karena ia harus memeriksa menandatangani beberapa berkas yang baru saja datang.
-
Tanpa sepengetahuan Ummah, hari ini Babah akan bertemu dengan Abi Tristan.
Saat menjelang makan siang, Babah pamit keluar.
"Mau ke mana, bah?"
"Bertemu teman."
"Ummah nggak diajak?"
"Urusan laki-laki, Ummah. Tenang saja, Babah tidak tertarik dengan wanita lain selain Ummah."
"Hem... ya sudah hati-hati."
Babah pergi ke sebuah restoran diantar oleh sopir pribadinya.
Tidak lama kemudian, Babah sampai di restoran. Ia langsung masuk ke ruang VIP untuk menemui seseorang.
Rupanya tadi Babah menghubungi Abi Tristan melalui mantan asisten pribadi almarhum Kakek Ferdi. Kakek Ferdi adalah orang tua Abi Tristan.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
Abi Tristan langsung berdiri menyambut kedatangan Babah. Mereka saling berjabat tangan. Babah tidak menyangka jika Abi Tristan akan meresponnya dengan baik. Bahkan Abi Tristan langsung mengiyakan ajakannya untuk bertemu.
"Maaf Pak Tristan, saya sudah mengganggu waktu anda."
"Oh tentu saja tidak, saya senang bisa bertemu dengan anda. Saya diberitahu bahwa anda ini adalah rekan kerja almarhum Abi."
"Iya, saya bekerja sama dengan beliau, lalu dilanjutkan dengan Pak Ricky. Dan sekarang putra saya melanjutkan dengan putra Pak Ricky."
"Iya, Pak Haji. Selama hubungan itu baik, semoga berlanjut sampai nanti anak cucu kita."
"Amin...Maaf, Pak Tristan. Saya sebenarnya bingung mau memulai dari mana. Tapi saya tidak ingin kehilangan kesempatan ini."
Babah pun menyampaikan maksudnya mengajak Abi Tristan bertemu dengannya. Meski sebenarnya Abi Tristan tahu maksud Babah, ia tetap pura-pura tidak tahu. Babah menyampaikan keresahan hatinya saat Javier kecelakaan dan gagal menikah. Mereka sempat kehilangan harapan.
"Apa anda yakin jika putra anda itu memang menyukai putri kami?"
"Saya sendiri tidak tahu, Pak. Tapi putri kami Kanzha sangat yakin. Bahkan Javier bisa semangat lagi hanya karena putri anda."
Abi Tristan menyunggingkan senyumnya.
Mereka menyerah obrolan dengan makan siang. Abi Tristan sudah menesan makan untuknya dan Babah. Mereka menikmati makan siang dengan penuh harapan.
Setelah selesai makan siang, mereka melanjutkan obrolan kembali. Dan ujung-ujungnya mereka membuat kesepakatan. Setelah selesai, mereka pun pulang meninggalkan restoran.
Sedangkan di kantor, Windi dari tadi matanya kedutan. Ia sampai tidak konsentrasi saat bekerja.
"Ini kenapa sih mataku?"
"Ada apa, Win?" Tanya Dinda.
"Mbak Dinda, mataku dari tadi kedutan."
"Wah kalau kata orang tua mah itu berarti ada yang sedang membicarakanmu."
"Masa' sih?"
"Iya, hehe... kamu boleh percaya atau tidak."
Windi melanjutkan pekerjaannya kembali. Namun beberapa saat kemudian ia mendapatkan notif di handphone nya. Ternyata ada kiriman foto dari Rayyan. Foto Rayyan bersama Javier saat mereka bermain di timeline zone. Foto tersebut diambil dari HP jam tangan milik Rayyan.
Tidak terasa Windi menyunggingkan senyumnya saat melihat foto tersebut. Ia jadi ingat kembali tatapan mata Javier kepadanya.
"Astagfirullah... tobat tobat Windi. Kalau Abi tahu bisa-bisa jadi tahanan rumah kamu." Lirih Windi seraya memukul pelan kepalanya dengan sebelah telapak tangannya.
"Sst... Win! Kamu kenapa?"
"Eh, Mbak Din. Nggak ada apa-apa kok, hehe... "
-
Sore harinya.
Javier pulang dari kantor bersama Tomi. Mereka mampir ke basecamp untuk mengantarkan bahan makanan untuk dibagikan kepada keluarga anak jalanan yang terjaring dalam naungan komunitas Javier. Setelah utu Javier langsung pamit pulang.
Ia duduk di mobil sambil mendengarkan lagu dari earphone yang dipakainya. Mobil mereka berhenti di lampu merah. Saat menoleh ke jendela, ia tidak sengaja melihat seseorang.
"Kirana... "
"Ada apa, Bos?"
"Lihatlah ke samping! Bukankah itu Kirana?"
Tomi pun menoleh. Dan benar saja Kirana ada dalam mobil yang berhenti di samping mereka. Ia khawatir Bosnya akan marah jika mengetahuinya.
"Be-benar sekali, Bos."
"Yang cowok sepertinya tidak asing?"
"Iya lah Bos. Roki, anak pengusaha granit itu Bos."
"Oh... iya, yang terkenal play boy."
"Bos nggak marah?"
"Untuk apa? Dia sudah bukan siapa-siapaku lagi. Terserah dia mau jalan sama siapa. Dari awal aku memang tidak terlalu menyukainya. Aku justru bersyukur dia sendiri yang meninggalkanku. Ya, meskipun di saat keadaanku yang menyedihkan. Sudah ketahuan kalau dia hanya mau enaknya saja."
"Anda benar, Bos."
Tomi mengelus dadanya. Ia bersyukur Javier tidak emosi.
Bersambung...
...****************...
Sudah double up ya kak 😊
semangat menulis dan sukses selalu dengan novel terbaru nya.
apa lagi ini yang udah 4tahun menduda. 😉😉😉😉😉😉