Terpaksa menikah dengan pria yang tak dicintai dan mencintainya
tifany larasati harus bergelut dengan perasaannya sendiri mempertahankan rumah tangganya.
demi keluarga yang diambang kehancuran tifany merelakan menikah muda dengan cavero abraham.
sosok angkuh dan egois yang tak mau melepas masalalu walaupun setelah menikah.
dengan semangat dan dukungan keluarga, tifanya menguatkan diri untuk tidak bercerai dari cavero.
bisakah tifany membuat cavero mencintainya atau hanya akan tetap menjadi pemilik raga tapi tidak hatinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri_uncu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
perhatian tifany
Sejak pagi hari elsa sudah menyambangi sahabatnya di rumah keduanya sedang di fase pengangguran tifany baru saja lulus dan elsa sedang menunggu hari pernikahannya sekaligus wisuda yang tinggal menunggu waktu
"ngapain sih pagi-pagi ganggu orang" tifany menarik selimutnya sampai menutup wajahnya, elsa berada di ranjangnya dan memeluk tifany serta memohon untuk menghubungi regi
Elsa dilarang untuk komunikasi dengan calon suaminya selama dua seminggu sebelum pernikahan
dan regi pun setuju karena dia masih percaya dengan hal yang orang tua katakan
sedangkan elsa merasa rindu padahal baru dua hari keduanya tak melakukan panggilan video maupun suara "fan, bangun!" elsa mengusik tifany dengan menggoyangkan badannya dan merengek
"telfonin kak regi fan, aku kangen banget" elsa masih tak bisa diam
"sshhhh! Brisik banget sa, iya bentar aku bok*r dulu" tifany beranjak dan masuk kamar mandi dan tak lupa menyahut ponselnya
Di dalam kamar mandi tifany mengecek ponselnya ada pesan masuk "tifany, kamu serius kita akan bercerai?" pesan dari cavero pagi-pagi
Tifany membalas segera "iya mas, ikuti saja prosedurnya" lalu memainkan ponselnya dan lama dikamar mandi karena mau mengerjai elsa
namun tak disangka jika cavero menelfonnya setelah membaca pesan dari tifany, dengan segera tifany keluar kamar mandi dan meminta elsa mengangkat panggilan telfon
"bilang lagi dikamar mandi" ucap tifany memberikan ponselnya pada elsa dan mengatupkan tangannya memohon pada elsa
elsa merasa menang dan tak mau cuma-cuma menolong tifany "setelah ini kamu paham harus apa?" ucap elsa
"iya bawel, buruan angkat dan bilang aku lagi dikamar mandi" tifany mengingatkan elsa agar tak salah bicara
"iya halo" elsa memencet tombol hijau dan menjawab suara dari telfon
"maaf ini bukan tifany ya?" cavero ragu sebenarnya mau menelfon namun ia masih butuh bicara dengan tifany
"iya om! Saya elsa tifany katanya di kamar mandi tadi ngga mau angkat telfon" ucap elsa
"ups maaf lupa fan!" elsa meledek tifany dengan menjulurkan lidahnya
"ya sudah kalau gitu, tolong sampaikan saya ingin bertemu" ucap cavero menyampaikan pesan pada elsa agar disampaikan pada tifany
yang cavero yakin tifany juga mendengarkannya lalu cavero mematikan panggilan telfonnya
"sial*n banget ya sa!" tifany menoyor kepala elsa karena kesal tak bisa diajak kompromi
"hahaha, maaf aku gugup denger suara orang ganteng" ucap elsa
"hei, aku bilangin kak regi ya" ancam tifany untuk menakut-nakuti elsa
"eh, jangan dong fan! Kak regi juga ngga kalah ganteng sedunia ini tapi mata ku ngga salah, mantan suamimu nomer 1 kak regi nomer 2 nya" ucap elsa makin ngga jelas
"dasar, ngga jelas!" tifany kembali merebahkan tubuhnya "aku ngga egois kan sa kalau tetep pingin pisah" tifany sudah meminta pengacaranya agar mengurus semua proses perceraian tifany dan cavero tanpa harus debat dan banyak drama
"ngga sayangku, kalau kamu sudah yakin dengan keputusanmu aku dan keluarga akan mendukungmu sepenuhnya, tapi hatimu bagaimana?" ucap elsa
tifany merasa ada yang menggajal "entahlah, apa yang ku rasa saat ini semua abu-abu" tifany tak mau mengambil kesimpulan perasaan ragunya karena rasa cinta untuk cavero yang tersisa
"ya sudah pikirkan lagi baik-baik, setiap orang pernah melakukan kesalahan dan mungkin saja kalian masih bisa kembali maka tanya hatimu yang paling dalam" elsa tak mau tifany menyesal nantinya
Meski elsa juga dulu sangat benci dengan cavero namun ia juga tak bisa memaksa tifany untuk benci jika nyatanya memang keduanya memiliki perasaan yang sama
"makasih ya sa, kamu memang sahabat terbaikku" tifany memeluk elsa namun malah ditepis oleh elsa
"awas bau, sana mandi dulu" elsa mengusir tifany agar mandi dan badannya menjadi lebih fress
"bodo amat, mau peluk" tifany masih tak mau melepaskan tangannya
Beberapa pesan masuk dari cavero tak mendapatkan balasan dari tifany karena tifany sudah kekeh ingin berpisah dari sang suami yang hanya statusnya saja tanpa pernah merasakan bagaimana rasanya benar-benar memiliki pasang hidup
elsa dan tifany masih asik bercanda di kamar dan tak disangka art nya memanggil tifany untuk turun kebawah dan melihat sesuatu
"non, maaf dibawah ada yang cari tapi...lihat sendiri aja non" ucap art tifany takut salah bicara
Tifany dan elsa segera bergegas ke lantai bawah dan melihat papinya sedang memukul cavero
"papi!" tifany berlari dan memeluk sang ayah agar tak melanjutkan perbuatannya pada cavero yang terlihat terluka
"biarkan saja fan, saya pantas menerimanya" cavero pasrah dihajar oleh papi tifany dan sama sekali tak mengelak ataupun melawan
"kamu bodoh banget, kenapa masih disini bukannya menghindar" tifany melepas pelukan pada papinya dan menarik tangan cavero membawanya ke kamar tanpa sadar
yang lain hanya diam dan berkomentar apa-apa pada tingkah tifany begitupun juga dengan cavero yang patuh dan ikut kemana tifany pergi tanpa menolak
"ngapain kamu kesini?" tifany mengambil kotak obat dan mengoleskan salep pada sudut bibir cavero yang terluka sambil ngomel dan marah-marah
"au, pelan fan perih" ucap cavero merasakan perih akibat salep yang tifany oleskan
"kalau tau sakit kenapa masih diam saja" tifany makin kesal
cavero menatap wajah tifany dan tersenyum "lalu kamu mau aku menghajar papimu, kalau begini kan jadi diobatin sama kamu" ucap cavero tak sepenuhnya kalah
karena masih mendapatkan perhatian dari tifany, tifany menyudahi mengobati cavero
"selesai silahkan pulang!" tifany menutup kotak obat dan beranjak
Cavero dengan cepat menahan tangan tifany " ini juga sakit sayang, eh fan" cavero memperlihatkan tangannya yang juga memar
"itu obatnya ada didalam, sekarang pulanglah dan jangan kembali lagi mungkin nanti papi akan lebih kejam lagi padamu" tifany memperingatkan cavero dan menarik paksa tangannya
bukannya pergi cavero malah merebahkan tubuhnya di ranjang tifany "nyaman banget, boleh ngga lebih lama disini"
Tifany tak menanggapi ucapan cavero dan dengan susah payah menarik tangannya "pulang atau mau babak belur lagi sama papi" tifany tak mau orang berfikiran macam-macam dan baru menyadari sikapnya pada cavero bisa membuat orang salah paham
"baiklah-baiklah, tapi aku mau bicara dulu fan. Bisakah kamu cancel gugatan perceraian kita?
Aku akan lakukan apapun fan agar kamu mau menerimaku kembali" cavero menarik tangan tifany dan keduanya duduk berdampingan
"maaf mas, aku ngga bisa" tifany langsung menolak permintaan cavero yang amat berat baginya
Gubrak
"hehe, maaf mau ambil ponsel" elsa dan mami yuanita menguping dibalik pintu
dan pintunya dibuka oleh tifany saat akan mengantar cavero keluar dari kamarnya
tifany menatap elsa tajam "awas kau nanti!" ucap tifany lalu mendorong cavero untuk cepat keluar dari kamar dan meninggalkan rumahnya
Tak mau cavero dipukul papinya lagi tifany mengantarkan cavero sampai ke mobil dan keluar dari pekarangan rumahnya