NovelToon NovelToon
Happy Story

Happy Story

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Murni
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Riska Darmelia

Karya ini berisi kumpulan cerpenku yang bertema dewasa, tapi bukan tentang konten sensitif. Hanya temanya yang dewasa. Kata 'Happy' pada judul bisa berarti beragam dalam pengartian. Bisa satir, ironis mau pun benar-benar happy ending. Yah, aku hanya berharap kalian akan menikmatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riska Darmelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hidup Baginya dan Hidup Bagiku part 1.

Sebuah puisi untukmu: Hidup Bagiku.

Hidup ini bukan hanya tentangmu dan tentang aku.

Hidup ini bukan hanya tentang kita dan kemauan kita.

Saat ini kamu boleh saja minta ini dan itu padaku.

Saat itu aku masih bisa mengabulkan kemauan-kemauanmu.

Karena bagiku kamu adalah segala-galanya.

Karena bagiku, hidup tanpamu tidak berarti apa-apa.

Tapi, satu hal yang harus kamu sadari, aku hampir mencapai batas.

Entah batas itu bernama apa selain batas.

Aku merasa cukup dengan keegoisanmu.

Aku merasa tidak bisa lagi berada di jalan hidup yang kamu tempuh.

Aku perlu waktu untuk menjalani hidup yang bisa kusebut sebagai jalan hidupku sendiri.

Aku butuh waktu untuk menikmati hidup yang harus kujalani.

Kalau membaca ini membuatmu muak, sadarilah, aku berkarya dan kamu bekerja.

Kamu mengatur dan aku mengisi.

Aku butuh waktu untuk berkarya dan mengisi dunia.

Sadarilah kalau kita sedang berjalan di jalan yang berbeda.

Sadarilah kalau kita tetap harus bersama apapun yang terjadi.

Karena kita menikah dan bukan lagi mengikat diri dengan hal yang semu.

Sampai jumpa dariku, suamimu, wahai istriku.

Aku geram setengah mati membaca puisi yang ia tulis untukku. Aku bukan pakar sastra. Bukan juga penikmat sastra. Seharusnya ia menulis surat yang lebih mudah untuk kumengerti.

Ia kabur untuk mencari inspirasi lagi seperti biasa. Satu-satunya cara untuk menemukannya adalah dengan menelpon sekretarisnya.

“Halo Saras. Bosmu kali ini kabur kemana?”tanyaku to the point saat Saras baru mengatakan ‘halo’.

Selain mengikuti kemauannya untuk berkarya, Andre juga punya perusahaan penerbit yang tidak terlalu terkenal. Tapi karena aku juga bekerja, penghasilan Andre bukan masalah bagiku. Bahkan kami berdua bisa dibilang hidup dengan gajiku. Setidaknya untuk keperluan rumah sehari-hari.

Saras tidak menjawab.

“Kamu mau jawab atau saya pecat!”ancamku.

“Saya lebih takut dipecat pak Andre, bu,”jawabnya dengan suara pelan.

“Cepat kasih tau dia pergi kemana!”

“Pak Andre cuma bilang seminggu lagi pulang. Soalnya seminggu lagi ada rapat bulanan perusahaan, Bu,”kata Saras, membuat kepalaku berdenyut-denyut.

Andre bersikap seperti ini lagi, pergi tanpa kabar dan pesan. Kalau saja dia punya teman perjalanan yang selalu pergi bersamanya, mungkin masih ada kemungkinan bagiku untuk melacak jejaknya. Tapi sejak dulu Andre adalah tipe penyendiri yang hanya ingin mengandalkan dirinya sendiri dari segala hal. Kadang-kadang aku berpikir Andre menikahiku hanya untuk se*s.

“Ya sudah. Kalau ada kabar dari Andre tolong hubungi saya,”kataku setelah mencoba meredam emosi.

“Tapi HP pak Andre dikasih ke saya, Bu. Katanya kalau ada urusan lewat saya saja.”

Ingin menangis rasanya.

“Sebenarnya ada hal mendesak apa Bu?”tanya Saras.

“Saya nggak bisa cerita ke kamu. Ini urusan rumah tangga saya.”

“Jangan-jangan Bu Sari udah positif, ya?”

“Tebakan bagus,”kataku sebelum mengakhiri panggilan. Aku tidak ingin bercerita banyak pada Saras. Aku ingin bercerita banyak pada suamiku.

Malam ini panas sekali. AC mati dan tidak ada tukang AC yang mau datang untuk membuat malam hariku lebih sejuk. Suamiku yang suka seenaknya sendiri itu sudah 5 hari tidak pulang. Entah sampai kemana ia melarikan diri dariku untuk mencari inspirasi. Atau mungkin dia hanya ingin libur dari status sebagai suamiku selama yang dia mau. Aku memang sadar dia benci aku mencerewetinya. Tapi aku merasa aku tidak pantas di perlakukan seperti ini.

“Panas banget!”teriakku kehilangan kesabaran. Aku beranjak dari kasur untuk mengambil air es di kulkas dapur.

Listrik tiba-tiba mati.

Aku berteriak histeris. Aku paling benci kegelapan. Aku mulai berkeringat dingin tanpa bisa bergerak. Saat tinggal di rumah orang tuaku listrik mati bukanlah hal yang menakutkan karena Ayahku pasti menghidupkan genset dan rumah akan kembali terang. Sekarang di rumah ini aku sendirian dan tidak ada genset untuk di hidupkan.

Aku menangis. Seandainya Andre ada di sini.

Aku berjalan kembali ke kamar dengan cara menggapai-gapai dalam kegelapan. Kakiku menabrak tempat tidur saat aku berhasil kembali ke kamar. Aku berbaring di tempat tidur lalu menyelimuti tubuhku sampai ke kepala. Setidaknya dengan begini kemungkinanku untuk melihat mahluk gaib di kegelapan akan berkurang. Walau nafasku jadi sesak dan aku jadi kepanasan, aku bertahan di dalam selimut.

Aku mengelus perutku. Aku tidak sedang sendiri. Aku di rumah ini bersama janin yang sedang tumbuh di dalam rahimku. Mungkin ia bisa merasakan ketakutanku. Dia tidak boleh merasakannya. Aku harus tenang.

Aku baru saja nyaman dengan kegelapan saat listrik menyala. Aku menghembuskan nafas lega. Kegelapan yang selalu berhasil membuatku takut akhirnya pergi.

Aku mengambil HP untuk menelpon Mama.

“Halo,”sapa Mama.

“Ma, Sari mau nginep di rumah Mama sekarang. Bisa?”tanyaku langsung.

“Kenapa?”

“Kangen sama Mama aja.”

“Ada masalah sama suamimu?”

“Dia lagi keluar kota mungkin. Kabur seperti biasa. Di rumah sendiri rasanya nggak enak.”

“Kalau pulang pun kamu bakalan sendirian juga. Papa sama Mama lagi liburan di Bali.”

Aku mendesah. “Kapan pulang?”

“Dua hari lagi.”

“Ya udah. Nggak jadi deh. Bye.”

Aku menelpon Saras setelah mengakhiri panggilan dari Mama.

“Ya, Bu Sari. Masih belum ada kabar dari Pak Andre, nih,”jawabnya langsung.

“Nggak masalah. Kamu ada waktu nggak?”

“Kebetulan lagi nggak sibuk. Mau apa Bu?”

“Saya mau ngobrol. Kita ke café, ya. Saya yang traktir.”

“Saya lagi di café juga kok, Bu. Café biasa.”

“Ngapain malam-malam begini di café?”

“Bikin naskah cerpen. Kalau Bu Sari nggak keberatan nyusul, kita bisa ketemu.”

“Oke.”

Café biasa yang Saras maksud adalah café favoritku untuk makan siang. Letaknya tepat diantara perusahaan penerbit milik Andre dan kantorku. Aku dan Saras sering bertemu di sana untuk bicara tentang rutinitas Andre yang kumata-matai lewat Saras. Aku memang mempekerjakan setiap sekretaris Andre sebagai informan. Aku tidak mempercayai suamiku, makanya aku memata-matainya. Saras adalah sekretaris kesekian yang bekerja untukku. Aku beruntung karena Saras mau diajak bekerja sama, tidak seperti kebanyakan sekretaris Andre yang memilih bekerja jujur.

Saat aku sampai di café, aku melihat Saras memang sedang sibuk dengan laptopnya. Saras melihatku sedang berjalan mendekatinya dan menyambutku dengan senyuman. Aku balas tersenyum.

“Kamu udah makan?”tanyaku setelah duduk di kursi yang berhadapan dengan kursinya.

“Udah.”

Aku memanggil pelayan dan memesan teh hijau. “Andre beneran nggak ada jejak?”

Saras tertawa. “Pak Andre udah bilang bakalan balik dalam seminggu Bu. Nggak usah di khawatirin. Paling seperti biasa. Pak Andre keluar kota sendiri dan bakalan cerita semua tentang perjalanannya sama semua orang. Lagi pula biasanya Pak Andre ngilangnya nggak jauh-jauh.”

“Itukan cuma dari cerita dia. Sekarang transportasi bisa menutupi jarak, Saras. Pergi ke luar pulau bisa dalam hitungan jam. Bisa aja nanti dia ngakunya di Jakarta aja padahal udah kemana-mana bareng cewek,”kataku muak.

Membayangkan Andre bersama orang lain dan bersenang-senang tanpa aku saja aku kesal. Apalagi jika dia bersama perempuan lain.

Saras menatapku dengan senyuman terkembang di bibirnya. “Saya penasaran kenapa Bu Sari masih bertahan di rumah tangga yang nggak stabil dan penuh kecurigaan kayak gini. Cinta? Atau terlanjur nyaman hidup sama Pak Andre?”

Aku hanya takut kehilangan rumah tanggaku yang sudah berjalan tahunan. “Saya nggak bisa jawab. Ada alasannya. Itu yang bisa saya bilang ke kamu.”

Saras tidak merespon. Dia hanya menatapku.

“Lagi nulis cerpen tentang apa?”tanyaku untuk mengalihkan topik sekaligus memulai obrolan.

“Cerpen yang temanya pernikahan. Untuk buku kumpulan cerpen bersama. Pak Andre bilang saya pantas jadi salah satu dari sekian banyak penulis yang dia pilih untuk nulis buku. Saya senang dan bangga, makanya berusaha untuk menulis kisah terbaik.”

Aku menatap lama wajah Saras yang terlihat berseri-seri. Aku tidak mengerti apa yang membuatnya begitu senang. Menulis karya sastra bagiku adalah beban saat masih sekolah dulu. Aku selalu meminta bantuan teman yang bisa dibayar untuk menulis karya yang ditugaskan guru. Karena itu orang yang bahagia karena bisa menciptakan karangan sama sekali tidak masuk akal untukku.

Pelayan mengantar kopi ke mejaku lalu pergi.

“Kamu menulis karya yang seperti apa? Ceritakan garis besarnya saja.”

“Terispirasi dari Pak Andre dan Bu Sari. Anda berdua pasangan yang keren menurut saya. Makanya saya menulis tentang Anda berdua.”

Aku mendengus. “Keren di bagian mananya?”

“Ada banyak perbedaan antara Pak Andre dan Bu Sari, tapi pernikahan anda berdua masih bertahan. Sudah hampir 10 tahun anda berdua menikah, kan?”

“Apa hebatnya menikah lama tapi sering bertengkar? Saya nggak ngerti cara pikir kamu Saras. Menurutmu kami keren hanya karena bisa bertahan lama dalam pernikahan kami?”

“Ya. Susah untuk mempertahankan komitmen untuk saya, Bu. Setelah hampir 2 tahun bekerja untuk Pak Andre, saya yakin Pak Andre dan Bu Sari adalah pasangan yang saling setia. Saya saja masih sering selingkuh saat masih pacaran. Rasanya Pak Andre dan Bu Sari adalah pasangan yang hebat.”

Aku cuma bisa tersenyum. Rasanya memang hebat karena bisa bertahan dalam hubungan yang penuh kecurigaan seperti hubungan kami. Tapi karena Andre rasanya selalu jujur, aku masih merasa ada yang patut di pertahankan dalam hubungan kami.

“Gimana kabar pacarmu?”tanyaku sebelum menyeruput kopiku.

“Sama yang sekarang udah agak serius. Dia udah minta ketemu orang tua padahal kami baru jadian 2 bulan. Saya belum mau ngajak dia ketemu orang tua dan dia kayaknya ada tanda-tanda mau mundur setelah saya nolak permintaan dia itu. Yah, nggak apa-apa juga sih. Saya merasa kami nggak terlalu cocok karena dia orangnya terlalu serius dan sedikit membosankan. Nggak mungkin saya mau hidup sama orang kayak dia.” Saras mendesah. “Rasanya susah sekali cari orang yang benar-benar cocok sama saya.”

“Ya, kamu benar. Dulu saat saya memutuskan untuk menerima lamaran Andre, kami tau kalau kami bukan orang yang benar-benar cocok. Tapi cuma dia yang ngajak saya serius makanya kami nikah.”

“Bu Sari udah pernah cerita. Dulu Bu Sari bilang karena udah 30-an Makanya mau diajakin nikah sama Pak Andre. Saat keburukan Pak Andre terlihat, Bu Sari cuma bisa menerima karena rasanya kekanak-kanakan sekali kalau bercerai karena hal-hal kecil seperti itu. Iya, kan?”

Aku tertawa. “Kamu memang pendengar yang baik, sampai-sampai masih ingat omongan saya dulu.”

“Gimana soal obrolan kita kemarin Bu? Bu Sari beneran udah positif?”

“Ya. Saya heran kenapa kamu bisa nebak.”

“Pak Andre cerita sama saya kalau Bu Sari sedang menjalani proses bayi tabung. Setiap hari Pak Andre ngobrol dan minta pendapat saya sebagai perempuan soal prosesnya. Saya senang prosesnya berhasil.”

Aku mendesah. “Saya udah 43 tahun. Udah nggak muda lagi. Saya senang akhirnya bisa punya anak.”

“Sayang sekali Pak Andre nggak ada di sisi Bu Sari sekarang. Saya akan mengabari Pak andre tentang kehamilan Bu Sari setelah Pak Andre pulang.”

Aku meneguk kopiku lagi. Rasanya memang hanya janji seperti itulah yang sekarang aku butuhkan.

1
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓
Hai ka.....
gabung di cmb yu....
untuk belajar menulis bareng...
caranya mudah cukup kaka follow akun ak ini
maka br bs ak undang kaka di gc Cbm ku thank you ka
Riska Darmelia
〤twinkle゛
Terima kasih sudah menghibur! 😊
Riska Darmelia: sama-sama/Smile/
total 1 replies
Tiểu long nữ
Suka dengan gaya penulisnya
Riska Darmelia: makasih.
total 1 replies
🍧·🍨Kem tình yêu
Nggak kebayang akhirnya. 🤔
Riska Darmelia: terima kasih karena sudah membaca.😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!